Kali ini aku akan berbagi Cerita Sex hubunganku dengan seorang
pramugari cantik yang masih muda tetapi sudah menjanda di umurnya yang
masih 28 tahun. Aku kenal Sarah ketika pulang dari rumah Oom Dhar.
Perjalanan Jakarta – Semarang kami tempuh dengan naik pesawat. Tak ada
yang istimewa dari perjalanan itu selain aku bisa berkenalan dengan
salah seorang pramugarinya yang sexy. Namanya Sarah, tubuhnya sedikit
kurus tapi buah dadanya montok banget. Sebenarnya kulit tubuhnya agak
gelap, tapi tak apalah, kesannya kayak cewek latin. Aku berpura-pura
pergi ke toilet, tapi sebenarnya menemui cewek pramugari itu. Langsung
saja aku ajak cewek itu berkenalan dan sok ramah tamah memberikan nomor
HP. Dari situlah aku tahu bahwa Sarah yang berumur 28 tahun itu sudah
menjanda tanpa anak. Dan akupun jadi tahu kalau Sarah hidup sendiri di
sebuah rumah di daerah Bintaro.
Ketika pesawatnya mendarat segera aku
berpura-pura tidak bisa melepas sabuk pengamannya. Dengan senyum penuh
pengertian Sarah datang membantu, tentu saja diiringi dengan ledekan
keluargaku. “Mbak bisa bantu lepaskan sabuk pengaman saya.” pintaku. “Oh
iya, tentu saja. Penerbangan pertama yah?” kata Sarah ramah. “Iya,
begitulah.” jawabku. “Yah.. begitulah..” ledek Ingrid adikku yang
kemudian segera aku pelototi. Keluarga segera turun lebih dulu seakan
memberikan kesempatan padaku. Itulah yang aku suka dari keluargaku,
selalu pengertian. Sehingga akupun memiliki kesempatan ketiga, “Geni
abang napsu abang, manjingo ing jabang bayine Dony Bara. Geni abang
napsu abang, manjingo ing jabang bayine wanito ing netro. Geni abang
napsu abang, lebur dadi siji ing lebur jiwo. Leburen jiwane manungal ing
jabang bayine Dony Bara. Lebur.. lebur.. lebur..” “Mbak Sarah..” Sarah
yang masih sibuk melepaskan sabuk pengamanku yang segaja aku belitkan
sebelumnya. Dan fuuhh.. tepat ketika dia memandangku. “Apa kita bisa
ketemuan habis ini?” tanyaku kemudian. “Oh.. ah.. iya.” jawabnya sedikit
linglung.
“Dimana?” tanyaku lagi. Dengan terburu-buru Sarah menyelipkan selembar
kartu nama ke saku hemku dengan berbisik, “Jam tujuh.” Lalu segera
berlalu dengan kerlingan matanya yang indah. Dan akupun segera berlalu
menyusul keluargaku yang telah menunggu.
Jam tujuh malam. Aku sudah berada di
depan rumah mungil bercat hijau itu. Aku ketuk pintunya perlahan. Sarah
membukakan pintunya dengan senyum merekah. “Hai Don, aku tak sabar
menunggumu.” Aku segera masuk ke dalam ruang tamunya yang tak begitu
luas tapi tertata apik. Tapi aku lebih tertarik pada Sarah yang sexy.
Apalagi Sarah langsung saja menarikku ke dalam kamarnya yang hangat.
“Aku sangat tersanjung dengan penyambutanmu, Sarah.” kataku kemudian
duduk di daybed dekat jendela kamar. “Bagaimana menurutmu dengan
penampilanku, Don?” “Lingerin itu sangat cantik kau kenakan. Aku bisa
melihat tubuhmu yang indah.” kataku memandangi Sarah yang membelai
setiap lekuk tubuhnya dari wajah sampai pahanya yang terbalut lingerin
merah menyala yang cool tipis. “Laluu..?” desahnya menggugah birahiku.
“Aku bisa memandangi dadamu yang kencang dan montok itu hingga menjadi
gila.” kataku memandangi Sarah yang meremas- remas kedua buah dadanya
yang bersembunyi di balik lingerin yang membuat Sarah nampak semakin
dewasa itu. “Ooohh.. laluu..” desahnya memacu libidoku. “Aku bissa
memandangi perutmu yang langsing hingga aku makin bergairah padamu..”
kataku sambil memandangi Sarah yang membelai perutnya yang langsing
terbuka tanpa terbalut kain apapun hingga membuat jantungku berdetak
keras. “Laluu.. Doonn..” desahnya membuat nafasku tersengal. “Aku bisa
memandangi pahamu yang sekal sampai aku merasa ingin selalu
membelainyaa..” kataku sambil memandangi Sarah yang mengelus pahanya
yang terbalut stoking tipis di atas kursi. “Lalu.. apalagi Donn..”
desahnya semakin panjang. “Aku.. bisa memandangi bokongmu yang padat dan
kenyal sampai.. membuat air liurku bagai menetes.” kataku sambil
memandangi Sarah yang meremas kedua bokongnya yang sengaja menungging
memancing gairahku yang semakin membakar. “Teruss.. apalagi Doonnyy..”
erang Sarah. “Aku bisa..” “Bissa apaa.. sayaanng..” desah Sarah sambil
membuka resleting lingerinnya yang melingkar menutupi bagian
kemaluannya. “Aku.. bisa.. memandangi pussymu.. yang ingin aku korek
dengan nagakuu.. manis..” kataku sambil melucuti kaos dan celana
jeansku.
Segara saja aku menyergapnya, dan kami
bercumbu dengan penuh gairah. Kami berciuman, beradu lidah dan
bergantian mengisapnya. Kuciumi semua permukaan wajahnya dan kujilati
semua lekuk wajahnya. Hingga lidah Sarah menjulur menjilat lidahku lalu
menghisapnya kuat-kuat. “Aaacchh.. Sarf.. ummhh..” desahku dengan nafas
tersendat- sendat menahan gemuruhnya kawah birahi yang seakan ingin
meluap.
Tanganku tak diam. Membelai kelangsingan perutnya, punggungnya, dan
meremas- remas bokong Sarah yang padat. Kemudian tanganku membelai
vaginanya yang menyembul dari lingerinnya yang melekat ketat di
tubuhnya. Jari manis dan telunjukku merenggangkan pinggiran vagina
Sarah. Lalu jari tengahku menekan-nekan klitorisnya dengan penuh sampai
membuatnya mendengus manja. “Oooh.. sshh.. terus.. say.. iya.. enak
disitu.. uuhh..!” Lendir kenikmatan Sarah membasah di jari-jariku.
Gerakannya menggila meremas- remas rambut dikepalaku yang serasa mau
rontok saja. Lalu jemari Sarah menurun membelai-belai punggungku dan
cumbuannya beralih pada dadaku yang berbulu kemudian menciumi kedua
puting susuku yang kecil dan dihisapnya penuh perasaan. “Aaahh..”
pekikku penuh dengan perasaan yang sebelumnya tak pernah ada. Baru kali
ini puting susuku dihisap oleh cewek dan rasanya.. geli dan nikmat
banget. Sekali kesempatan aku buka resleting lingerinnya dan Sarah pun
menarik perlahan lingerin itu seiring cumbuannya pada daerah sekitar
perutku.
Darahku bagai berhenti mengalir ketika
Sarah menghisap pusarku lalu menjilati lubangnya dengan lidahnya.
“Aachh.. Sarf.. kamu pintar sayang..” mulutku menceracau tak karuan.
“Ssst.. tenanglah say.. aku akan menikmatkanmu..” ujarnya sambil merosot
CDku. Dan dengan sigap disepongnya penisku yang sudah penuh dengan
tegangan tinggi itu. “Ssooff.. ahh.. enak say.. sambil mainkan buahnya
say.. aduh nikmatnya.. ohh..” erangku penuh emosi birahi. Saking tak
tahannya aku terduduk kembali di daybed dan Sarah mengikuti dengan
berjongkok dengan tubuhnya yang sudah bugil itu.
Seluruh persendiaku terasa mau pecah
oleh permainan lidah Sarah yang menjilat-jilat ujung penisku yang merah
membara dan permainan bibirnya ketika tangan Sarah membimbing penisku
masuk keluar rongga mulutnya. Reflek kutarik dan kumasukkan kembali
penisku ke arah mulutnya berulang kali. Sedangkan tanganku mulai sibuk
mencari-cari payudara Sarah yang menggelantung di dadanya. Ah.. eh..
desah Sarah di sela-sela penisku merasakan setiap cubitan-cubitan kecil
di puting susunya.
Ketika aku meremas-remasnya, terasa
begitu kenyal daging yang tumbuh tak proporsional dengan badan Sarah
itu. Permainan lidah Sarah semakin menjadi-jadi hingga membuat nafasku
seakan tak bisa mengimbangi semangatnya. Sarah terus mengenyot-ngenyot
penisku dan menekan-nekannya sambil mempermainkan buah zakarku. Mendadak
saja aku merasakan bahwa magmaku ingin menyembur keluar. “Aduh.. sayy..
aku hampir nyampe.. aku tekan yaa..” Sarah mengeluarkan batang penisku
dari mulutnya dan aku segera menekannya lalu croot.. croot.. air maniku
keluar banyak banget dan menyembur ke wajah Sarah, seluruhnya. Cairan
putih kental itu nampak menjijikkan. Tapi Sarah dengan nikmat
menjilatinya.
Aku mengelap mukanya dengan lingerinnya.
Sarah kembali melumat 1/2 bagian penisku lalu menghisapnya hingga air
maniku habis keluar. “Mmmhh.. ahh.. spermamu enak say..” katanya sambil
mengocok ngocok penisku di dalam mulutnya. Penisku kembali bangun dan
menyodok-nyodok rongga mulut Sarah. Makin absolutist muka Sarah nampak
memerah nafasnya berat dan mendesah-desah. “Shh.. aahh.. ahh.. Doonn aku
hampir sampai nih..” katanya sambil mendongak kearahku. “Kamu nungging
bell sayang..” kataku. Sarah segera menunging membelakangiku. Tanganku
berpegangan pada payudara Sarah yang menggantung bebas sedangkan Sarah
menjadikan pahaku sebagai pegangan. Setelah siap segera aku mengambil
ancang- ancang menyodokkan penisku kearah lubang vaginanya yang licin
dan basah. Sleepp.. bless.. aku langsung memasukkan batang penisku
terburu-buru. Kepala penisku dengan mudah menembus lorong kawin Sarah
yang tak perawan lagi itu. “Aachh.. uhh..” pekiknya membakar gairahku.
Kutekan penisku agar menghunjam lebih dalam lagi. Dan akupun segera
menggoyangnya dari belakang. “Aduh Donn.. enak terus.. yang cepat say..
shh.. ahh.. oohh..!” Ssuurr.. lendir kenikmatan Sarah menghangat di
sekujut penisku. Segera kutarik dan kumasukkan kembali batang penisku
kearah vaginanya.
Sarah semakin menceracau ketika aku
kembali menggoyangnya dan diapun menggoyangkan bokongnya. Tangannya
menuntunku meremas- remas payudaranya yang semakin besar dan kencang
karena bengkak. “Iya.. gitu yang.. remas terus..” “Kita kekasur yuk
say..” kataku. Sarahpun menurut dan segera menghempaskan tubuhnya
terlentang di kasur. Aku segera berjongkok di atas perutnya dan mencumbui sekwildanya
sedangkan naga kecilku ikut- ikutan menusuk-nusuk susu Sarah. Aku
remas-remas payudara Sarah itu dengan sedikit kasar tapi menggairahkan
buktinya Sarah menggeliat-geliat merasakan amukan badai cinta. Aku remas
terus kedua buah dada yang mengeras itu sambil sekali-kali
menekan-nekan putingnya. Sarah mendesis-desis, “Sayang.. kamu hot
banget..” Aku membalas ucapan Sarah dengan ciuman di bibirnya.
Mau tak mau tubuh kami mendekat hingga
naga kecilku menempel diulu hatinya. Kemudian Sarah menangkapnya lalu
membelainya dengan mesra. Birahiku kembali meluap. “Sarah.. sayang..
payudara kamu kok gede banget sih say..” kataku kemudian. “Penny kamu
juga gede Don.. aku suka..” jawab Sarah menggelitiki ujung kepala
penisku. “Aachh.. kamu nakal. Aku makan nih ehmm..” Langsung saja aku
kulum puting payudara Sarah. Cewek itu melenguh menggenggam- genggam
penisku. Aku segera membalasnya dengan menghisap payudaranya kuat-kuat.
“Ohh Donny.. kamu panas banget.. ohh..” desah Sarah sambil meremas
penisku sampai rasanya ingin remuk. Aku serang payudaranya semakin
garang. Aku terdengar detak jantungnya yang memburu berpacu dengan
naluri bercinta kami. Tangan kiriku segera bekerja menyusuri goa
kemaluan Sarah yang semakin becek aku telusuri lorong-lorong sempitnya,
aku pelintir juga clitorisnya yang berdenyut-denyut. Tiba-tiba Sarah
mengerang, “Achh.. uuhh.. Donny.. entotin aku lagi say..” pinta Sarah.
Tapi aku belum puas bermain- main.
Segera kuangkat tubuh Sarah, lalu
kuletakkan bantal dibawah pantatnya. Nampak paha mulus Sarah masih
terbalut stocking tipis. Terlihat pula goa kenikmatan Sarah yang berbulu
tipis licin mengkilap. Penisku makin menegang. Sarah mengerang saat
jari telunjukku menguak kedua dindingnya yang merah.
Otot pahanya meregang saat kujilati bagian dalamnya dan
menusuk-nusuknya. “Aaahh.. sstt.. oohh..!” rintih Sarah tiada aku
perdulikan aku segera menghisap clitorisnya. “Ouuwww.. ooh.. sshh..
say.. cepet masukin!” rintihan kenikmatannya kali ini terdengar nyaris
seperti jeritan. Tiada tega aku mendengarnya maka segera saja aku tekan
penisku memasuki lubang kawinnya yang menganga.
Bless.. masuk! Segera
saja aku pompa masuk keluar masuk keluar lalu berputar. “Ogghh.. terus
sayang.. nikmat sayang.. terus sayangg..” Aku terus memompa sampai
rasanya lubang kawin Sarah berdenyut-denyut. Dan tak absolutist kemudian
kami merasa akan mencapai oragasme lagi. “Ssshhtt.. aahh..” rintih
Sarah. “Hoohh.. aahh..” erangku bagai teriakan. Aku cabut penisku dari
vagina Sarah.
Lalu kami terlentang diatas kasur empuk itu. Bau keringat
kami berbaur, demikianpun bau lendir-lendir kenikmatan kami. Nafas kami
berangsur accustomed kembali. “Don, makasih ya kamu mau capital denganku
malam ini.” “Makasih juga sama pussymu yang memuaskanku malam ini,
Sar.” Malam itulah kali pertama aku capital sex sama cewek yang bukan
perawan. Rasanya lain banget, tapi Sarah istimewa hingga kemudian aku
merasa belum saatnya menghapus lebur jiwo dari diri Sarah. Aku ingin
mengulanginya lain hari.
0 komentar:
Posting Komentar