Cerita dewasa
dengan tante ini terjadi bersama ibu majikanku yang memang terlihat
sangat ganas sekali dan haus sseks sekali. Sebagai laki - laki normal
yang hanya pernah mendengar dalam cerita, tentu aku tidak mampu menolak
dan menyia-nyiakan kesempatan ini. Kenyataan inilah yang harus kualami,
apalagi ini adalah perintah majikan.
Tanpa berpikir
panjang lagi, aku segera menjatuhkan kedua tanganku di atas bukit kembar
itu. Mula-mula hanya kusentuh, kuraba dan kuelus-elus saja, tapi lama
kelamaan aku mencoba memberanikan diri untuk memegang dan
menekan-nekannya. Ternyata nikmat juga rasanya menyentuh benda kenyal
dan hangat, apalagi milik majikanku. Ibu majikanku kelihatan juga
menikmatinya, terlihat dari nafasnya yang mulai pula tidak teratur.
Desiran
mulutnya mulai kedengaran seolah tak mampu menyembunyikannya di depanku.
"Auhh...terus Nis, nikmat sayang. Tekan...ayo...teruuuss...aakhh...
isap Nis...jilat donk.." itulah erangan ibu majikanku sambil meraih
kepalaku danmembawanya ke payudaranya yang kenyal, empuk dan tidak
terlalu besar itu.
Aku tentu saja
tidak menolaknya, bahkan sangat berkeinginan menikmati pengalaman
pertama dalam hidupku ini. Aku segera menjilat-jilat putingnya,mengisap
dan kadang sedikit menggigit sambil tetap memegangnya dengan kedua
tanganku. Aku tidak tahu kapan ia membuka celananya, tapi yang jelas
ketika aku sedikit melepas putingnya dari mulutku dan mengangkat kepala,
tiba-tiba kulihat seluruh tubuhnya telanjang bulat tanpa sehelai
benangpun di badannya.
"Ayo Nis, kamu
tentu tau apa yang harus kamu perbuat setelah aku bugil begini. Yah
khan?"pintanya sambil meraih kedua tanganku dan membawanya ke
selangkangannya. Lagi-lagi aku tentu mengikuti kemauannya. Aku
mengelus-elus bulu-bulu yang tumbuh agak tipis di atas kedua bibir
lubang kemaluannya yang sedikit mulai basah itu.
Aku rasanya tak
ingin memindahkan mulutku dari bukit kenyalnya itu, tapi karena ia
menarik kepalaku turun ke selangkangannya di mana tanganku bermain-main
itu, maka aku dengan senang hati menurutinya.
"Cium donk. Jilat sayang. Kamu ngga jijik khan?" tanyanya.
"Ngga bu'"
jawabku singkat, meskipun sebenarnya aku merasa sedikit jijik karena
belum pernah melakukan hal seperti itu, tapi aku pernah dengar cerita
dari temanku sewaktu di kampung bahwa orang Barat kesukaannya menjilat
dan mengisap cairan kemaluan wanita, sehingga akupun ingin mencobanya.
Ternyata benar,
kemaluan wanita itu harum dan semakin lama semakin merangsang. Entah
perasaan itu juga bisa di temukan pada wanita lain atau hanya pada ibu
majikanku karena ia merawat dan menyemprot farfum pada vaginanya.
Pinggul ibu
majikanku semakin lama kujilat, semakin cepat goyangannya, bahkan
nafasnya semakin cepat keluarnya seolah ia dikejar hantu.
Kali ini aku
berinisiatif sendiri menguak dengan lebar kedua pahanya, lalu menatap
sejenak bentuk kemaluannya yang mengkilap dan warnanya agak kecoklatan
yang di tengahnya tertancap segumpal kecil daging. Indah dan mungil
sekali. Aku coba memasukkan lidahku lebih dalam dan
menggerak-gerakkannya ke kiri dan ke kanan, lalu ke atas dan ke bawah.
Pinggul ibu
majikanku itu semakin tinggi terangkat dan gerakannya semakin cepat. Aku
tidak mampu lagi mengendalikan gejolak nafsuku. Ingin rasanya aku
segera menancapkan penisku yang mulai basah ke lubangnya yang sejak tadi
basah pula.
Tapi ia belum memberi aba-aba sehingga aku terpaksa menahan sampai ada sinyal dari dia.
"Berhenti
sebentar Nis, akan kutunjukkan sesuatu" perintahnya sambil mendorong
kepalaku, lalu ia tiba-tiba bangkit dari tidurnya sambil berpegangan
pada leher bajuku. Kami duduk berhadapan, lalu ia segera membuka kancing
bajuku satu persatu hingga ia lepaskan dari tubuhku. Ibu majikanku itu
segera merangkul punggungku dan menjilati seluruh tubuhku yang
telanjang. Dari dahi, pipi, hidung, mulut, leher dan perutku sampi ke
pusarku, ia menyerangnya dengan mulutnya secara bertubi-tubi sehingga
membuatku merasa geli dan semakin terangsang.
"Nis, aku
sekalian buka semuanya yach....." pintanya sambil melepaskan sarung dan
celana dalamku. Aku hanya mengangguk dan mebiarkannya menjamah seluruh
tubuhku.
Sikap dan
tindakan ibu majikanku itu membuat aku melupakan segalanya, baik masalah
keluargaku, penderitaanku, tujuan utamaku maupun status dan hubunganku
dengan majikannya. Yang terpikir hanyalah bagaimana menikmati seluruh
tubuh ibu majikanku, termasuk menusuk lubang kemaluannya dengan
tongkatku yang sangat tegang itu.
"Bagaimana
Nis....? enak yach?" tanyanya ketika ia berhenti sejenak menjilat dan
memompa tongkatku dengan mulutnya. Lagi-lagi aku hanya mampu mengangguk
untuk mengiyakan pertanyaannya. Ia mengisap dan menggelomoh penisku
dengan lahapnya bagaikan ****** makan tulang.
"Aduhhh...akhhh...uuuhhhh...." suara itulah yang mampu kukeluarkan dari mulutku sambil menjambak rambut kepalanya.
"Ayo
Nis....cepat masukkan inimu ke lubangku, aku sudah tak mampu menahan
nafsuku lagi sayang,," pintanya sambil menghempaskan tubuhnya ke kasur
dan tidur terlentang sambil membuka lebar-lebar kedua pahanya untuk
memudahkan penisku masuk ke kemaluannya.
Aku tak
berpikir apa- apa lagi dan tak mengambil tindakan lain kecuali segera
mengangkangi pinggulnya, lalu secara perlahan menusukkan ujung
kemaluanku ke lubang vaginya yang menganga lagi basah kuyup itu.
Senti demi
senti tanpa sedikitpun kesulitan, penisku menyerobot masuk hingga amblas
seluruhnya ke lubang kenikmatan ibu majikanku itu. Mula-mula aku gocok,
tarik dan dorong keluar masuk secara pelan, namun semakin lama semakin
kupercepat gerakannya,sehingga menimbulkan suara aneh seiring dengan
gerakan pinggul kami yang seolah bergerak/bergoyang seirama.
"Plag..pliggg....ploggg,,,decak...decikkk..dec
ukkk k" Bunyi itulah yang terdengar dari peraduan antara penisku dan
lubang vagina ibu majikanku yang diiringi dengan nafas kami yang
terputus-putus, tidak teratur dan seolah saling kejar di keheningan
malam itu.
Aku yakin tak
seorangpun mendengarnya karena semua orang di rumah itu pada tidur
nyenyak, apalagi kamar tempat kami bergulat sedikit berjauhan dengan
kamar lainnya, bahkan peristiwa itu terjadi sekitar pukul 11.00-12.00
malam.
"Bu...bu.....aku
ma..mau..kkk" belum aku selesai berbisik di telinganya, ibu majikanku
tiba-tiba tersentak sambil mendorongku, lalu berkata:
"Tunggu dulu.
Tahan sebentar sayang" katanya sambil memutar tubuhku sehingga aku
terpaksa berada di bawahnya. Ternyata ia mau merubah posisi dan mau
mengangkangiku. Setelah ia masukkan kembali penisku ke lubangnya, ia
lalu lompat-lompat di atasku sambil sesekali memutar gerakan pinggulnya
ke kiri dan ke kanan. Akibatnya suara aneh itu kembali mewarnai gerakan
kami malam itu "decik...decakkk..decukkk".
Setelah
beberapa menit kemudian ibu majikanku berada di atasku seperti orang
yang naik kuda, ia nampaknya kecapean sehingga seluruh badannya menindih
badanku dengan menjulurkan lidahnya masuk ke mulutku.
Aku kembali merasakan desakan cairan hangat dari batang kemaluanku seolah mau keluar.
Aku merangkul punggung ibu majikanku dengan erat sekali.
"Akk..aakuuu
tak mampu menahan lagi bu'. Aku keluarkan saja bu...yah" Pintaku ketika
cairan hangat itu terasa sudah diujung penisku dan tiba-tiba ibu
majikanku kembali tersentak dan segera menjatuhkan badannya di sampingku
sambil terlentang, lalu meraih kemaluanku dan menggocoknya dengan keras
serta mengarahkannya ke atas payudaranya. Cairan hangat yang sejak tadi
mendesakku tiba-tiba muncrat ke atas dada dan payudara ibu majikanku.
Iapun seolah sangat menikmatinya. Tarikan nafasnya terdengar panjang
sekali dan ia seolah sangat lega.
Tindakan ibu
majikanku tadi sungguh sangat terkontrol dan terencana. Ia mampu
menguasai nafsunya. Maklum ia sangat berpengalaman dalam masalah sex.
Terbukti ketika
spermaku sudah sampai di ujung penisku, ia seolah tau dan langsung
dicabutnya kemudian ditumpahkan pada tubuhnya. Entah apa maksudnya, tapi
kelihatannya ia cukup menikmati.
"Nis,,
anggaplah ini hadiah penyambutan dariku. Aku yakin kamu belum pernah
menerima hadiah seperti ini sebelumnya. Yah khan?" katanya seolah sangat
puas dan bahagia ketika kami saling berdamping dalam posisi tidur
terlentang. Setelah berkata demikian, ia lalu memelukku dan
mengisap-isap bibirku, lalu berkata:
"Terima kasih
yah Nis atas bantuanmu mau memijit tubuhku. Mulai malam ini, Kamu
kujadikan suami keduaku, tapi tugasmu hanya menyenangkan aku ketika
suamiku tidak ada di rumah. Mau khan?" katanya berbisik.
"Yah,,bu'.
Malah aku senang dan berterima kasih pada ibu atas budi baiknya mau
menolongku. Terima kasih banyak juga bu'" jawabku penuh bahagia, bahkan
rasanya aku mulai sedikit terangsang dibuatnya, tapi aku malu
mengatakannya pada ibu majikanku, kecuali jika ia memintanya.
Sejak saat itu,
setiap majikan laki-lakiku bermalam di luar kota, aku dan ibu majikanku
seperti layaknya suami istri, meskipun hanya berlaku antara jam 21.00
sampai 5.00 subuh saja. Sedang di luar waktu itu, kami seolah mempunyai
hubungan antara majikan dan buruh di rumah itu. Aku sangat disayangi
oleh seluruh anggota keluarga majikanku karena aku rajin dan patuh
terhadap segala perintah majikan, sehingga selain aku diperlakukan
layaknya anak atau keluarga dekat di rumah itu, juga aku dibiayai dalam
mengikuti pendidikan pada salah satu perguruan tinggi swasta di kota
Makassar, bahkan aku diberikan sebuah kendaraan roda dua untuk urusan
sehari-hariku.
Sayang aku
dikeluarkan dari perguruan tinggi itu pada semester 3 disebabkan aku
tidak lulus pada beberapa mata kuliah akibat kemalasanku belajar dan
masuk kuliah.
Karena aku
sangat malu dan berat pada majikan laki-lakiku atas segala pengorbanan
yang diberikan padaku selama ini, terpaksa aku meninggalkan rumah itu
tanpa seizin mereka dan aku kembali ke kota Bone untuk melanjutkan
pendidikanku pada salah satu perguruan tinggi yang ada di kotaku
tersebut. Untung aku punya sedekit tabungan, karena selama kurang lebih 2
tahun tinggal bersama majikanku, aku rajin menabung setiap diberikan
uang oleh majikanku.