Saya adalah seorang pria yang berusia 23 tahun dan saya baru saja
selesai kontrakku dengan salah satu perusahaan pelayaran luar negeri.
Sekarang saya adalah pengangguran sebab saya tidak punya rencana untuk
kembali berlayar setelah 2 tahun lamanya. Semua yang saya ceritakan
dibawah ini adalah nyata. Memang cerita ini terlalu bertele-tele bila
dibandingkan dengan cerita-cerita yang pernah saya baca di 17thn, namun
inilah cerita yang ingin saya ceritakan bagi pembaca juga penggemar
17thn.
Cerita ini berawal dari seringnya saya pergi bolak-balik ke rumah
sakit untuk menjaga papa saya di rumah sakit swasta di daerah
Jatinegara, Jakarta Timur. Pada hari Minggu siang tanggal 5 November
2000, saya turun ke bawah tempat merokok di rumah sakit tersebut, namun
di saat saya menikmati rokokku itu, di dekat tempat dudukku ada seorang
wanita setengah baya yang kira-kira berumur 30 tahun. Ia tampak sibuk
sekali menelepon sana-sini dengan handphone-nya untuk mencari jasa derek
mobil untuk mobilnya. Entah karena saya merasa terganggu atau ada
keinginan untuk membantu wanita itu, akhirnya saya beranikan diri untuk
menawarkan jasa saya sebab siapa tahu kerusakannya masih sepele. Setelah
mengumpulkan semua keberanian untuk menawarkan jasa saya akhirnya
meluncur juga dari mulutku untuk membantu dia.
“Eee.. maaf Tante, kalo saya boleh tau, mobil tante rusak?” tanya saya dengan ragu-ragu.
“Iya Dik”, jawabnya singkat sambil tetap menghubungi seseorang dengan handphone-nya.
“Eee.. kalo boleh tau, Tante.. mobil Tante apa merk-nya?” tanya saya lagi.
“Honda, Honda Maestro”, jawabnya dan kali ini dia melihat saya.
“Kalo boleh, saya coba bantu Tante buat benerin mobilnya Tante, sebab
siapa tau saya bisa, Tante!” kata saya menawarkan pertolongan.
“Eee.. boleh-boleh.. Ayo ke mobil saya yuk”, pintanya.
Setelah itu kita berdua jalan meninggalkan tempat itu untuk menuju ke
mobil wanita itu, yang ternyata tidak jauh dari tempat merokok. Setelah
saya dibukakan pintu, saya coba starter mobilnya tapi hasilnya nihil.
Dengan kasus seperti ini, saya katakan pada wanita itu bahwa ada
kemungkinan bahwa ini masalah dinamonya dan saya sarankan untuk
mendorong mobilnya sebab tidak ada masalah sehingga dia bisa tiba di
rumahnya atau bengkel sebelum kesorean dan tidak perlu memanggil jasa
derek mobil karena biayanya yang mahal. Dan sepertinya dia berpikir
sejenak dan dia setuju dengan saran saya, hingga akhirnya saya memanggil
salah satu satpam yang saya temui untuk meminta pertolongannya untuk
mendorong mobil.
Agh, akhirnya mobil wanita itu nyala juga dan seperti dugaanku bahwa
masalahnya hanya masalah dinamo. Dengan posisi wanita itu di dalam mobil
dan saya di luar sambil memperhatikan dia untuk meninggalkan saya,
tiba-tiba dia memanggil saya dengan membuka kaca jendelanya dan
mengucapkan terima kasih kepada saya sambil memberikan uang 2 lembar
seratus ribu tapi saya tolak sebab pertolonganku adalah dari hati
nuraniku bukan untuk meminta balasan namun dia tetap memaksa saya dan
akhirnya saya ambil satu saja dan satunya lagi tetap di tangannya sambil
mengucapkan bahwa itu saja sudah lebih dari cukup. Akhirnya dia
mengalah karena saya tetap bertahan untuk tidak mengambil sisanya tapi
dia membuka tasnya dan mengambil kartu namanya dan diberikan buat saya
sambil menitip pesan bahwa kalau ada sesuatu atau saya sedang senggang
diminta menghubungi dia, dan saya terima kartu namanya. Sebelum pergi,
dia menanyakan nama saya sambil menyodorkan tangannya dan saya jawab
bahwa nama saya Willi dan dia mengatakan bahwa namanya Lucy. Dan
akhirnya ia pergi dengan mobilnya dan saya tetap berdiri melihat
mobilnya hingga hilang ditelan sebuah tikungan ke kanan.
Dua hari setelah kejadian itu, papa saya meninggal dan saya sibuk
menyelasaikan segala urusan yang berkaitan dengan papa saya mulai dari
rumah sakit, rumah duka, dikremasi hingga jadinya Akte Kematian.
Setelah semuanya selesai dan saya kembali pada kehidupanku yang hanya
menghabiskan hari demi hari saya dengan jalan-jalan dengan teman-teman
saya ke sana ke mari. Hingga pada suatu hari di bulan Desember 2000,
saya teringat kembali dengan wanita yang saya kenal di rumah sakit dan
saya cari kartu namanya dan akhirnya ketemu. Akhirnya saya hubungi
Handphone-nya walaupun di kartu nama itu ada nomor telepon rumah dan
kantornya.
“Hallooo?!” terdengar jawaban seorang wanita dari sana.
“Dengan Lucy-nya ada? ini Willi”, jawab saya lengkap.
Sejenak terdiam dan terdengar, “Iya ini Lucy sendiri dan saya ingat
kalo kamu yang nolong saya waktu saya di rumah sakit itu khan?” tanyanya
yang terkesan menebak.
“Iya.. ini saya Willi yang waktu itu”, jawab saya.
“Eee.. gimana sekarang kamu, Will?” tanyanya.
“Lagi senggang nich”, jawab saya.
“Kayaknya untuk sekarang ini saya nggak bisa lama-lama ditelepon..
bagaimana kalau malam ini kita ketemu, saya mau traktir kamu makan
malem, apa bisa?” sambungnya.
“Iya bisa. Saya nggak ada acara”, jawabku singkat.
“Oke kalo gitu kita ketemu di restaurant Tony’s Romas deket Ratu
Plaza aja jam 7 malam ini, Oke? kamu tau khan?” jawabnya menjelaskan.
“Iya saya tau, Oke dech sampe nanti”, jawabku.
Seperti janjiku dengan Lucy, saya datang ke Restaurant Tony’s Romas
dan saya tiba 10 menit lebih awal. Dan pilih tempat duduk yang kira-kira
saya bisa lihat kalau ada orang yang datang. Tepat jam 19.00, Lucy
datang, dan saya sangat terpana dengan pakaiannya yang begitu seksi. Dia
mengenakan baju terusan warna merah dengan strip warna biru dengan
model tali yang menggantung pada lehernya sehingga tampak dengan jelas
punggungnya dan berarti dia tidak memakai BH dan rambutnya yang
sepanjang bahu dia ikat ke atas sedang rambut depannya dibuat poni rata
dengan alis matanya tapi dengan tekukan ke atas. Dadanya yang lumayan
besar dan bulat seakan-akan mau keluar dari baju yang dia pakai. Wow,
saya begitu terpana dengan apa yang saya lihat, tapi saya tidak terlalu
terpana sebab saya harus memberitahu bahwa saya ada.
Saya mengangkat tangan mengisyaratkan siapa tahu dia melihat.
Ternyata ada seorang waiter yang melihat dan sepertinya dia tahu bahwa
saya memanggil Lucy, dan waiter itu pun mengatakan sesuatu pada Lucy
lalu menunjuk pada arahku.
“Hi.. udah lama?” katanya membuka pembicaraan sambil duduk dan merapikan baju terusannya sepanjang mata kaki.
“Belum”, jawabku singkat.
“Eee.. kamu udah pesen? kalo belum, kamu mau pesen apa?” tanya dia.
“Belum, saya belum pesen apa-apa”,jawabku sambil membuka buku menu.
Setelah kita berdua memesan makanan, dan sambil menunggu makanan kami
berbincang-bincang sana-sini dan akhirnya dia menanyakan bahwa mengapa
saya ada di rumah sakit saat itu, dan saya jelaskan dan saya katakan
pula bahwa papa saya sudah meninggal dan dia tampak kaget dan minta maaf
kalau dia membuat saya sedih.
Acara makan malam saya bersama Lucy berlangsung lancar dan kita
berdua mau pulang, dia memaksa mengantar saya pulang sebab selain hemat
biaya lagipula ternyata rumah Lucy searah dengan saya, dia tinggal di
daerah Kelapa Gading dan saya yang menyetir dengan ijin dia terlebih
dahulu.
Dalam perjalanan, tanpa saya tanya, dia mengatakan bahwa dia sudah
cerai dengan suaminya sejak anaknya berusia 6 bulan dengan alasan mantan
suaminya itu punya simpanan. Saat dia menceritakan itu, saya tidak tahu
apa yang harus saya lakukan sebab rasanya kalau diterus-teruskan
mungkin akan membuat dia sedih dengan pengalaman pahitnya, hingga pada
akhirnya mengatakan bahwa sebaiknya tidak perlu diteruskan sebab mungkin
akan membuat dia ingat dengan masa lalunya itu tapi dia mengatakan
bahwa dia ingin saya tahu dengan siapa yang dia kenal (maksudnya dia
sendiri). Dari ceritanya, dapat saya simpulkan bahwa dia wanita karier
yang lumayan bagus dengan kariernya.
Setelah dia selesai menceritakan semuanya, kita terdiam sejenak dan
hanya tembang-tembang Ebiet G Ade yang kita dengar. Tapi dengan
tiba-tiba dan membuat saya kaget, Lucy mendekatkan kepalanya dan
menyandar diantara bahu dan ujung jok mobil. Saat itu saya tidak tahu
harus bagaimana, jadi saya diam saja. Namun yang menambah kurang
konsentrasinya saya dengan jalan adalah, setiap saya mengganti
persneling, lengan saya bersentuhan dengan dadanya yang lumayan besar
dan ini tidak mengubah cara dia duduk, dia tetap dengan posisinya.
Setiap kali bersentuhan saya minta maaf padanya dan hati serta
kemaluanku tegang. Rasanya saya teramat salah tingkah sebab selain
menggangu pikiran saya, saya pun menikmati apa yang terjadi. Sampai pada
akhirnya Lucy memecahkan kesepian pada saat itu dengan mengatakan,
“Will, kamu sudah pernah bercinta?” Wah, rasanya seperti disambar
geledek dengar pertanyaan Lucy. Setelah terdiam sebentar karena kaget,
saya jawab pertanyaannya itu dengan jujur bahwa saya sudah pernah
bercinta dan saya jelaskan pula bahwa itu dengan pacar saya. Lalu dia
bilang, “Eee.. kayaknya kamu sekarang sudah terangsang ya dengan
posisiku kayak gini ini?” sambil tangan kirinya dengan cepat meraba
daerah kemaluan saya. Saya benar-benar terhenyak dengan sikap Lucy dan
saya biarkan tangan kirinya meraba-raba dengan halusnya kemaluan saya
dari celana panjang saya sebab selain inilah yang yang inginkan, saya
pun lagi-lagi dalam posisi sulit.
Saya tidak tahu berapa lama dia meraba-raba kemaluan saya hingga pada
akhirnya dia membuka reitsleting celana saya dan makin berani sehingga
sekarang dia meraba-rabanya di celana dalam saya. Sambil meraba-raba dia
bilang (dengan nada nakal dan manja), “Will, punya kamu ini besar ya?!
panjang lagi.. dan kayaknya udah pengen maen nich.” Namun saya tidak
memberi jawaban sebab selain saya tidak tahu harus menjawab apa, saya
merasa sedang terbang.
Dan saya pun tidak tahu pasti berapa lama dia meraba-raba kemaluan
saya dari atas celana dalam saya. Hingga pada akhirnya dengan tiba-tiba
kepalanya seperti terjatuh ke daerah kemaluan saya dan dia
menjilat-jilat celana dalam saya dengan tangan kirinya yang tetap
meraba-raba rambut kemaluan saya yang mungkin sebagian keluar dari
celana dalam. Saya yakin bahwa celana dalam saya sudah basah dengan air
liurnya sebab rasanya sudah agak lama dia jilati. Tidak berapa lama
setelah saya berpikir seperti ini, dia membuka celana dalam saya dan
langsung menelan semua kemaluan saya. Wah, rasanya benar-benar nikmat
dan saya benar-benar harus membagi dua pikiran saya antara kenikmatan
yang sedang saya rasakan juga jalanan.
Karena saya pun terangsang dengan kuluman Lucy, dengan berani saya
memegang dadanya dan meremas-remas kecil. Walaupun saya tidak melihat,
namun saya dapat membayangkan bagaimana rasanya apabila saya
menghisapnya. Wah, sulit dikatakan. Hingga pada saatnya, saya mengatakan
pada Lucy bahwa saya rasa saya akan klimaks, tapi buru-buru dia
menghentikan kulumannya dan mengambil posisi duduk normal. Dan dia
bilang bahwa dia pun sudah terangsang dan ingin berhubungan seks. Dia
mengajak saya menginap di salah satu hotel. Sebelum mengiyakan ajakan
Lucy, saya katakan bahwa saya harus memberitahu sama orang rumah bahwa
saya tidak pulang agar mereka tidak perlu menunggu saya.
Setelah semuanya sudah beres, akhirnya mobil yang kita tumpangi saya
arahkan ke daerah Sunter, sebab saya tahu bahwa di situ ada hotel,
walaupun saya belum pernah menginap di situ. Akhirnya kami tiba di hotel
yang saya maksud dan saya beserta Lucy masuk dan mengurus urusan-urusan
di Front Office di hotel itu, dan setelah semua selesai dengan biaya
yang ditanggung Lucy, kami pun diantar ke kamar yang sudah dipilih
dengan Bellboy.
Setelah mengecek sana-sini dalam kamar, akhirnya Bellboy meminta ijin
untuk keluar setelah menghidupkan TV dengan Channel MTV. Dan setelah
terdengar suara pintu kamar kami ditutup oleh Bellboy, saya dan Lucy
dengan cepat saling berpelukan dan berciuman sambil berdiri karena
sama-sama sudah tidak bisa menahan gairah seks masing-masing.
Lucy memang kelihatan sudah terangsang berat dan pandai berciuman
sebab saya dapat merasakan permainan lidahnya yang sangat Hot. Sambil
bermain lidah, tangan Lucy dan tangan saya saling meraba-raba bagian
terlarang satu sama lain. Tangan kiri saya tetap memegang bagian
belakang kepala Lucy sedang tangan kanan saya mengelus-elus bagian
punggung Lucy yang terbuka dan mulus putih tanpa cacat, sesekali meraba
ke bagian tekukan bawah payudaranya. Sesekali tercium olehku aroma
parfum yang dia gunakan. Sedangkan tangan kiri Lucy menelusup ke bagian
belakang celana saya sedang tangan kanannya merabanya dari depan mulai
dari kemaluan saya hingga ke daerah pusar.
Lama-kelamaan, tangan saya membuka sebagian baju bagian dadanya
sehingga saya dapat memegang dengan jelas bentuk payudaranya. Saya
rasakan bahwa besar payudara Lucy terasa mantap dengan posisi jemari
saya seperti mau mengambil payudaranya itu. Saya usap, elus dan mainkan
puting susunya yang terasa makin lama makin agak keras. Dengan tetap
sambil berciuman, memainkan lidah dan saling menggigit bibir bawah atau
atas satu sama lainnya. Sedangkan tangan Lucy sedang berusaha membuka
celana saya dengan membuka reitsleting celana dan berusaha membuka ikat
pinggang saya.
Setelah celana saya dapat dibuka oleh Lucy, dengan sigap dia
mengambil kemaluanku yang sudah tegang dari balik celana dalamku lalu
memaju-mundurkan tangannya sambil tetap menggenggam kemaluanku. Sambil
meraba-raba dan tetap memainkan puting susunya, tangan saya yang lain
berusaha untuk membuka kancing yang terletak di leher belakang Lucy. Dan
akhirnya saya dapat membuka kancing itu walaupun sedikit sulit sebab
hanya dengan satu tangan. Begitu baju terusannya dapat saya buka, dengan
otomatis baju terusan itu turun ke lantai sehingga payudara Lucy
sekarang sudah tidak tertutupi sesuatu apa pun.
Dengan turunnya baju terusannya ke lantai, saya hentikan ciuman bibir
dengan Lucy dan saya langsung mencium bagian dada kiri dan kanan Lucy
yang begitu ranum dan kencang seakan-akan masih dalam pertumbuhan. Dalam
setiap hisapanku atau permainan lidahku pada puting susunya, Lucy
mendesah kenikmatan, “Uuuh.. aaghh.. enakk..” dengan sesekali
menambahkannya dengan nama saya dan disertai denga nafas yang memburu.
Sedangkan tangannya dengan bergantian tetap memegang kemaluan saya dan
mengocoknya.
Setelah saya agak puas dengan payudaranya, jilatan, hisapan dan
kecupan kecil saya mengarah ke bawah dan makin ke bawah dengan tetap
diiringi desahan Lucy yang saya rasa sudah terangsang karena kenikmatan.
Namun tangan saya tetap meraba serta mengelus-elus payudaranya. Hingga
pada akhirnya tangan Lucy melepaskan kemaluan saya karena posisi kami
yang tidak memungkinkan.
Jilatan dan kecupan kecil pada bagian bawah dada Lucy makin liar
dengan makin tidak dapat mengontrol diri saya sendiri dengan gairah seks
yang meluap-luap dan dengan sesekali saya membuka mata saya dan melihat
bagian tubuh Lucy yang putih bersih serta mulus dan lembut. Saya pun
dapat merasakan detak jantungnya yang makin kencang.
Sambil tetap menjilati dan memberi kecupan kecil, tangan saya
dua-duanya meraba-raba bagian kemaluannya yang masih tertutup oleh
celana dalam yang dia gunakan. Setelah saya meraba-raba dengan halus
semua daerah kemaluannya serta bagian pantat Lucy, baru saya ketahui
bahwa dia mengenakan celana dalam dengan model tali yang mana lekukan
pada daerah lubang analnya berupa tali dan melingkari pinggangnya pun
berupa tali yang diikat pada bagian pinggang kiri. Dan ini menambah
gairah seks saya yang membludak.
Setelah dengan mudah dapat saya buka celana dalamnya, jilatan juga
kecupan kecil, saya lanjutkan pada daerah kemaluannya hingga saya dapat
merasakan bahwa saya sedang berada di beberapa centimeter di atas liang
kewanitaannya. Daerah yang ditumbuhi oleh rambut-rambut yang tidak
terlalu lebat dan terkesan dirawat rapi. Dan saya tetap menikmati dengan
makin mendesahnya Lucy dengan apa yang saya lakukan pada tubuhnya.
Tangan saya pun mulai memainkan kemaluannya yang basah, saya meraba
kemaluannya dengan jari telunjuk atau jari tengah saya dengan sesekali
saya masukkan ke dalam kemaluan Lucy. Sedang jempol saya, saya naik
turunkan di daerah antara kemaluannya dengan rambut kemaluannya.
Saya makin menikmati semua ini dengan menyentuh ujung lidah saya pada
kemaluannya bagian atas.
Tercium pula bau khas dari kemaluan Lucy.
“Ughhh, Will.. sayaaang.. kamu pintar sekali, sayang..” rintih Lucy
ketika saya menghisap-hisap klitorisnya dan sesekali menjilatnya.
“Teruuus.. terus.. sayang.. agh.. ahhhh..” rintihnya sambil memegang
kepala saya dengan kedua tangannya dan seakan-akan menekan wajah saya ke
dalam kemaluannya. Waktu itu, saya agak sulit bernafas dengan posisi
seperti ini, namun saya tetap menjilati dan memainkan klitorisnya.
Agak lama saya memainkan klitorisnya dan sesekali memasukkan satu
atau dua jari saya ke dalam kemaluan Lucy. Mulanya yang sudah basah,
sekarang hingga kering dan sekarang agak lembab dengan bercampurnya air
liur saya. Mungkin karena saya yang terlalu menikmati yang sedang saya
lakukan atau mungkin karena dia sudah terangsang, dengan tiba-tiba dari
dalam kemaluan Lucy menyembur cairan hangat yang belum pernah saya temui
sebelumnya. Dengan menyemburnya cairan itu dari dalam kemaluan Lucy,
makin didorongnya kepala saya ke arah kemaluan Lucy dan kali itu saya
merasa sulit sekali bernafas namun kejadian itu tidak berlangsung lama
sebab setelah itu, Lucy melepaskan kepala saya sehingga saya dapat
bernafas kembali. Namun saya tetap menjilati dan menghisapnya yang
terasa agak lengket dan sedikit bau amis.
Tak berapa lama setelah cairan itu menyembur, Lucy mengangkat kepala
saya, yang maksudnya agar saya berdiri. Saya pun berdiri dan wajah saya
dekat dengan wajahnya. Dan Lucy menciumi bibir saya dengan masih adanya
sisa cairan yang menempel di bibir dan lidah saya. Ganas sekali dia
menciumi saya yang diiringi dengan permainan lidah dan terengah-engah
nafasnya.
Setelah puas berciuman, Lucy menghentikannya dan mengatakan, “Will,
sekarang gantian.. saya yang mau menikmati tubuh kamu.” Sebelum aba-aba
atau jawaban dari saya, Lucy langsung membuka kaos saya dari bawah dan
menelusupkan satu tangannya ke atas ke bagian dada saya. Sambil
mengelus-elus dada saya, dia bilang bahwa dada saya lapang, tidak
seperti suaminya yang seolah-olah mempunyai buah dada. Lucy pun
mengatakan bahwa perut saya tidak gendut, seperti peminum minuman keras.
Setelah saya membuka kaos saya sendiri, dengan segera Lucy memulai
kecupan kecil di daerah dada saya dan sesekali menjilatinya, sedangkan
tangannya menuju pada kemaluan saya dan seperti semula, dia
memaju-mundurkan kemaluan saya. “Aaah.. aaah.. enak, Luc”, desahku
kenikmatan karena selain dijilati atau dikecup, kemaluanku pun
dikocok-kocok dengan pelan-pelan namun pasti. Seperti halnya yang saya
lakukan pada tubuh Lucy, Lucy pun menjilati, mengecup dan menghisap
semua bagian depan tubuhku dan makin lama makin ke bawah hingga akhirnya
pada kemaluanku.
Pada saat di kemaluanku, Lucy langsung mengulumnya seakan-akan mau
menelan semua kemaluanku yang kira-kira panjangnya 16-18 centimeter.
“Aaagghh.. aah.. eeenak, Luc!” desahku agak keras tidak bisa menahan
rasa nikmat yang saya rasakan begitu Lucy memainkan lidahnya di bagian
lubang kemaluanku. Tidak bisa saya ungkapkan kenikmatannya dan saya
benar-benar menikmati apa yang saya rasakan.
Lama sekali Lucy menghisap, menjilat, mengulum dan memainkan kemaluan
saya, dia pun menjilati lubang anal saya. Hingga pada akhirnya
terlintas dalam pikiran saya untuk menyelesaikan pemanasan ini dan
memulai berhubungan seks.
Seperti halnya yang Lucy lakukan pada saya dengan mengangkat kepala
saya dari kemaluannya, begitu pula yang saya lakukan untuk menghentikan
kulumannya pada kemaluan saya. Saya angkat kepalanya dan saya dekatkan
wajahnya kepada saya lalu menciumnya dengan kecupan-kecupan sesekali
menciumnya dengan sedikit memainkan lidah.
Saya pun menuntun Lucy untuk tiduran di kasur dengan posisi
telentang. Setelah saya beri ciuman dan sedikit kecupan kecil pada
bibirnya, saya memegang kemaluan saya dan mengarahkan pada liang
senggamanya. Kedua kakinya yang telah dibuka olehnya membuat saya lebih
mudah untuk memasukkan kemaluan saya. Sambil memasukkan kemaluan saya,
saya lihat raut wajah Lucy. Dia tampak mengejamkan kedua matanya sambil
mendesah, “Ooohh.. eeemhhh..” lalu menahan nafas sejenak, sedangkan
kedua tangannya memegang kedua pantat saya lalu mencekeramnya agak
keras.
Sambil mengeluarmasukkan kemaluan saya ke kemaluan Lucy, saya menekuk
kedua kakinya dengan kedua tangan saya sehingga telapak kaki dan tulang
keringnya terangkat. “Uuughh.. esshhh.. aaahh.. eenak.. sayang..” desah
Lucy sambil memejamkan matanya. Saya pun mendesah kenikmatan dengan
keluar masuknya kemaluan saya di dalam kemaluan Lucy. “Aaahh.. eeessh..
Luss.. eenak..”
Kira-kira kami melakukan posisi itu selama 5 menit, lalu saya angkat
kedua kakinya sehingga menghimpit kepalaku dan tetap mengeluarmasukkan
kemaluanku. Dan saya tidak tahu berapa lama saya dan Lucy melakukan
posisi ini hingga akhirnya Lucy menarik saya untuk mendekatkan kepala
saya dengan kepalanya, lalu dia mendekap punggung saya dengan erat
bahkan saya merasa sangat keras. Dan mendesah panjang, “Eeenghhh…
eeesshhh.. eeenakk..”
Lalu Lucy menghentikan sebentar dan mengeluarkan kemaluan saya dari
kemaluannya. Ia lalu menungging dan saya tahu maksudnya dan tanpa
disuruh olehnya, saya mengarahkan kemaluan saya untuk kembali menghujam
kemaluan Lucy. Sambil memegang kedua belah pantatnya bagian atas, saya
tetap mengeluarmasukkan kemaluan saya dan sesekali saya melihat reaksi
Lucy yang mengangkat sedikit kepalanya ke atas dan sesekali mengibaskan
rambutnya sambil mendesah-desah kenikmatan, “Aaaghh… eeesshh.. terus
sayang..”
Rasanya lama sekali melakukan hubungan seks, hingga saya merasa
sedikit kelelahan begitu juga Lucy, hingga saya putuskan untuk
mempercepat gerakanku. Makin kupercepat kemaluanku di dalam kemaluan
Lucy. Dengan makin kupercepat gerakanku, makin terdengar dengan jelas
suara gesekan antara kemaluan saya dengan kemaluannya yang telah diulasi
oleh cairan dari kemaluan Lucy. Saya pun sesekali memegang payudaranya
dengan kadang meremasnya sebab saya rasa payudaranya akan naik turun dan
menggantung karena posisinya.
“Aaakhh.. enakk!” desah Lucy sedikit teriak.
“Luc.. saya mau keluar nich.. eeesshh..” desahku pada Lucy.
“Keluarin di dalem aja, Will.. eesshh..” jawabnya sambil mendesah.
Hingga akhirnya saya merasa bahwa saya akan mencapai puncak, saya
agak menunduk mengikuti posisi Lucy yang menungging dan saya pegang
kedua buah dadanya sambil sedikit meremas keduanya. “Uuugghh.. aaaggh..
eeenak Luss” teriakku agak keras dengan bersamaannya sperma saya yang
keluar dan menyembur di dalam kemaluan Lucy.
Setelah saya berdiam sejenak setelah ejakulasi, saya keluarkan
kemaluan saya dan saya tuntun tubuh Lucy untuk membalik sehingga kami
dapat berpelukan. Sambil saling memeluk, Lucy mengatakan bahwa saya
hebat dan dengan ijin saya, dia ingin menceritakan ini pada temannya.
Waktu itu, saya katakan bahwa tidak ada masalah andai dia ingin
menceritakan ini pada temannya sebab (waktu itu) saya pikir, Lucy tidak
akan mengenalkan temannya itu pada saya.
Kami pun hening sejenak sambil tetap saling berpelukan dan tubuh
masih dalam keadaan telanjang bulat dan saya pun masih dapat mencium bau
parfum yang Lucy gunakan. Dalam keheningan itu, terdengar dengan
samar-samar lagu When You Said Nothing At All yang dibawakan oleh Ronan
Keating dari pesawat TV yang ada. Kami pun secara bersamaan tersentak
dan ingin melihat. Lalu kami saling meregangkan pelukan kami, dan Lucy
mengambil remote Tv yang berada di atas meja dekatnya lalu menambah
volume suaranya. Setelah itu, Lucy mengajak saya untuk berpelukan lagi,
saling mendekap lagi sambil menikmati lagu Ronan Keating tersebut.
Saya lihat jam tangan, jam menunjukan pukul 12.45 dini hari. Dan kami
pun tertidur hingga kita berdua bangun bersama-sama sekitar jam 07.00
pagi, karena ada seberkas sinar matahari.
Setelah mandi, akhirnya kita sepakat untuk keluar dari hotel tersebut
dan Lucy mengantarkan saya pulang hingga di depan rumah, setelah itu
dia akan kembali ke rumahnya hanya untuk mengganti pakaian dan
diteruskan ke kantor.
Di dekat rumah, Lucy mengatakan bahwa dia sangat puas dan ingin
mengulang kembali apa yang terjadi tadi malam dan dia mengeluarkan
sejumlah uang yang saya kira cukup banyak buat saya. Katanya saat itu,
“Will.. ini buat kamu.. siapa tau bisa bantu-bantu kamu kalau kamu
pengen beli sesuatu..” namun belum selesai penjelasannya, saya jawab
bahwa saya tidak mau menerima uang sesen pun dari dia sebab apa-apa yang
saya lakukan adalah karena atas dasar suka sama suka dan saya pun
mengatakan bahwa saya akan merasa sangat terhina kalau dia tetap memaksa
saya untuk menerima uang itu.
Akhirnya dia mengalah dan kita terdiam sejenak dan dia mengambil
handphone-nya dan mengatakan bahwa itu adalah pemberian dari dia bukan
balasan atas yang saya lakukan, dia pun menjelaskan agar dia dapat
menghubungi saya. Setelah saya pikir-pikir sambil dia tetap berharap
agar saya menerima itu, akhirnya saya mau juga karena saya pikir
handphone ini tidak akan selamanya, saya dapat mengembalikannya suatu
saat nanti.
Setelah tiba di rumah, saya pun memohon diri dan sempat memegang
tangannya bahwa apa yang dia rasakan antara saya dan dia, mungkin yang
saya rasakan pada saat itu.
Hari itu Lucy menelepon saya dua kali lewat handphone-nya, yang
pertama mengatakan bahwa dia sudah tiba di rumah dan yang kedua adalah
dia sudah berada di kantor.
Sejak itu, Lucy tidak pernah menghubungi saya lagi. Tadinya saya
pikir bahwa dia sibuk, dan saya pun sadar dengan posisi saya. Hingga
akhirnya saya dihubungi seorang wanita lewat handphone pemberian Lucy.
Wanita itu mengatakan bahwa Lucy pernah cerita semuanya tentang hubungan
saya dengan Lucy mulai dari mula hingga akhir, dan wanita ini
mengatakan bahwa dia ingin mengatakan sesuatu pada saya dan ingin ketemu
dengan saya.
Hingga pada akhirnya saya setuju untuk bertemu tanggal 8 Desember di
suatu Mall. Dalam pertemuan tersebut, wanita itu yang seumur dengan Lucy
yang mengaku sebagai temannya dan mengaku bernama Julliet ini
mengatakan bahwa ada pesan dari Lucy untuk mengatakan yang sebenarnya
pada saya bahwa Lucy telah bersuami dan sudah 1.5 tahun belum dikarunia
anak dan dikatakan bahwa suaminyalah yang tidak mampu berproduksi sebab
Lucy secara diam-diam sudah memeriksakan dirinya tanpa sepengatahuan
suaminya, dan pesan Lucy yang terakhir adalah dia menyampaikan
permintaan maaf sebesar-besarnya untuk saya sebab Lucy tidak ingin
bertemu dengan saya lagi. Julliet ini pun mengatakan bahwa ia ingin
melakukan hal yang sama seperti Lucy namun bukan dengan tujuan untuk
memiliki anak sebab ia mengatakan bahwa ia dan suaminya tanpa masalah
dalam memproduksi anak, yang jadi masalah adalah suaminya yang setelah
selesai hubungan seks, ia selalu langsung meninggalkan Julliet tidur.
“Jadi, andai Lucy hamil, ada kemungkinan bahwa itu adalah benih saya”,
pikirku.
0 komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.