Pages

Jumat, 03 April 2015

KENIKMATAN GADIS SPG



Tika, gadis cantik yang dulunya berprofesi sebagai SPG yang juga memiliki toket gede – Tempat fitness saya cowok dan cewek dicampur, biasanya sih para cewek hanya ikut aerobik-nya saja. Jarang ada yang ikut angkat-angkat beban. Takut gede kali, ya! Padahal terus terang saya suka sama cewek yang berbody seperti XENA The Prince of Warrior (tau, khan ?). Nnaahh…kejadian ini berlangsung pada pertengahan 1998. Saat itu hari Selasa, seperti biasa sepulang dari kantor, saya pergi ke tempat fitness. Hari itu ada dua orang cewek baru (maklum…karena hampir setiap hari ke tempat fitness, jadi hafal mana member lama dan mana member baru), satu orang berbody agak gemuk, manis dan yang satunya lagi berbodi kecil dengan buah dada yang kecil, yah berukuran 32-an dan berwajah imut dengan rambut lurus sebahu.

Singkat cerita, saya berkenalan dengan keduanya. Si cewek yang berbody agak gemuk, bernama Dhea (nama sudah disamarkan!) menanyakan bagaimana mengecilkan dan mengencangkan badan, sedangkan cewek yang berbody kecil bernama Tika (nama sudah disamarkan!) ingin agar buah dadanya bisa besar dan kencang juga pantatnya agar naik dan padat. Yah…saya ajarin saja. Selesai fitness kami ngobrol ngalor ngidul. Mereka bekerja di suatu hotel, Dhea di bagian keuangan sedangkan Tika di bagian marketing. Ternyata Tika kost yang lokasinya berdekatan tempat kost saya. Seminggu kemudian, selesai fitness Tika mengajak main ke tempat kost-nya.

Suasana kamarnya kost-nya cukup apik, tempat tidur busa-nya hanya digelar di atas lantai yang dihampari permadani berwarna biru muda ditutupi dengan bed cover berwarna pink lembut. Di pojok ada lemari es kecil, terus ada televisi 17 inch dan VCD Player. Pokoknya apik penataannya, sehingga membuat betah. Tempat kost-nya campur cewek ama cowok. Dia bercerita kalo Dhea itu suka sama saya dannitip salam buat saya. Saya hanya tersenyum kecil, lalu saya bilang “Tolong sampaikan salam kembali sama Dhea, terima kasih telah menyukai saya. Tapi mohon ma’af, kalo Dhea bukan cewek tipe saya”. Terus si Tika nanya “Emangnya tipe cewek Mas, yang seperti apa sih?”. Saya jawab, “Saya suka cewek yang bertipe seperti si Xena”. Dia hanya menjawab, “Ooohhh…!!”. Saat itu setelah ngobrol ngalor ngidul, saya pamit untuk pulang. Tidak terjadi “hal-hal yang diharapkan”.


Pokoknya hampir setiap ketemu dengan Tika selalu menyampaikan salam dari Dhea. Sebulan kemudian, saat setelah selesai fitness hujan turun dengan deras. Sambil menunggu hujan agak reda saya dengan Tika ngobrol ngalor ngidul. Hari itu Dhea tidak fitness karena ada kerja lembur, maklum akhir bulan. Saat itu jam menunjukkan pukul 21:15 dan hujan mulai agak reda.
 

“Mas, pulang yok !”, sela Tika.


“Ayo!”, sahutku.


“Tapi anterin Tika, yah!”, rengek Tika. Saya cuma memberikan anggukan.

Sesampainya di tempat kost Tika. Sebelum masuk kamarnya, Tika menawarkan minuman, “Mau minum apa Mas, yang dingin atau yang hangat?”. Saya jawab, “Kalo ada kopi, boleh juga tuh !”. Lalu setelah menyajikan Kopi, Tika bilang, “Saya mau mandi dulu ya, Mas?”. “Silahkan!”, sahut saya.

Sambil menunggu Tika mandi saya keluarkan rokok, terus saya nyalakan. Nikmat sekali, apalagi ditemani dengan secangkir kopi panas. Tika masuk kembali dengan rambut yang masih basah dengan memakai celana pendek yang agak longgar dan t-shirt ngatung warna putih. Kelihatan sekali paha putihnya dan juga buah dada yang walaupun kecil tapi kelihatan menantang, karena ternyata si Tika tidak memakai BH.

“Wah…enak lho, Mas! Abis mandi segerr…”, kata Tika. Terus Tika menawarkan, “Mas mau mandi, nggak?”.


Karena memang penat setelah berbody building, aku jawab “Mau…dong…!”. Selesai mandi, saya hanya mengenakan celana pendek dengan handuk dikalungkan di leher. Pas saya masuk ke kamar, Tika agak gugup. “Kenapa sih?”, kataku.


“Ah…enggak…”, sahut Tika. Dan saya lihat ternyata Tika sedang menonton VCD, entah film apa yang ditonton. Terus saya tanyakan, “Film apaan sih?”. Setelah saya lihat ternyata film Kamasutra. Terus saya bilang,”Kenapa dimatikan?”. Sambil tersipu (menjadikan tambah imut) Tika mengguman,”Abiss…malu sih?”.

Akhirnya, saya nyalakan kembali VCD tersebut. 


“Kamu suka juga yah nonton VCD BF?”, kataku.
 

“Emmhh…baru pertama, koq!”, guman Tika.

Selanjutnya kami asyik menyimak film tersebut, kami duduk agak berjauhan. Tika menyender di tembok, sedangkan saya ber-sila.Saya lihat Tika tidak enak duduk, sebentar-sebentar dia ganti posi duduk, asalnya selonjoran, terus sila, terus nkedua kakinya diangkat dengan dagu ditempelkan. Tiba-tiba Tika mengguman lirih,”Masss…sini dong? Tika kedinginan, nih!”. Saya tidak menyangka akan hal ini, walaupun memang ini yang diharapkan. He…he…he… Saya terus mendekat kepadanya, sehingga kami bersandar di tembok. Tika langsung merebahkan kepalanya ke dada saya. Saya jadi kaget untuk yang kedua kalinya. Untung tidak jantungan.

Untuk yang ketiga kalinya saya dibikin kaget oleh Tika,”Mas…ganti dong Film-nya, terlalu banyak ngobrolnya. Tolong ambilin di lemari kecil itu”, sambil menunjuk ke arah lemari yang dimaksud. Terus saya beranjak ke arah lemari tersebut, dan saya jadi kaget lagi untuk yang kesekian kalinya. Ternyata dalam lemari tersebut ada sekitar 10 buah VCD BF. Saya ambil semua, saya serahkan sama Tika. Terus Tika mengambil satu yang berjudul The Phoneix. Saat itu jam 23:15.

Setengah jam setelah nonton, saya lihat Tika makin gelisah. Sambil tetap saya peluk, saya lihat tangannya mengusap-ngusap pahanya, naik sampe ke arah memeknya. Demikian terus menerus. Melihat kegiatan yang Tika lakukan, maka saya pun jadi konak. 


Tangan saya yang sedang meluk Tika, bergeser turun ke arah buah dadanya, agak ragu juga sih. Tapi begitu tangan saya sampe di buah dadanya, si Tika malah makin membusungkan dadanya. Tangan saya masuk dari bawah kaosnya merayap ke arah buah dada sebelah kiri. Saya remas pelan, terus saya raba putingnya yang sudah mengeras, saya pelintir-pelintir pelan. Tika menaikkan pinggulnya, sambil mendesah,”Ooohhh …. Mmhhaasss ….”. Saya yang mendengar desahan tersebut makin konak saja. Posisi saya dengan kaki berselonjor dan Tika duduk di depan saya diantara ke dua paha saya. 


Menjadikan saya lebih leluasa untuk meremas buah dadanya. Tangan kiri saya masih terus meremas buah dada yang kiri, sedangkan tangan kanan saya mencoba membuka t-shirtnya. Ternyata Tika mengerti apa yang saya kehendaki. Sekarang bagian atas Tika sudah toples, saya lihat buah dadanya yang kecil tapi indah dengan puting berwarna agak kecoklatan dan sudah mengeras, ditambah dengan kulitnya yang kuning langsat. Melihat pemandangan seperti itu dari arah belakang atas punggungya menjadikan saya makin bertambah nafsu untuk menjadikan Tika lenih terangsang. Cerita film sudah tidak disimak lagi, malahan kami yang sekarang sedang beradegan. He…he…he… Setelah yang kiri, tangan saya beralih ke arah buah dada yang kanan. Tangan kanan saya merayap mengusap pahanya, terus beralih ke arah memeknya yang masih ditutupi celana pendeknya. Saat tangan kanan saya meraba memeknya, sambil bersandar ke dada saya, pinggul Tika dinaikkan, sambil mendesah, “Ahhh … ahhhhh ……. Oohhh …”.

Terus tangan kanan saya naik ke arah perutnya, pas di pusarnya saya elus-elus, terus menyelinap ke dalam celana pendeknya, saya raba lagi memeknya yang masih dibungkus dengan CD satinnya. Tangan saya gosokan naik turun di antara celah memeknya. Tika makin melentingkan pinggulnya. Karena ditempat kost, Tika hanya mendesah “Ahhhh … ooohhhh …. aaahhhh …”. Tangan kanan saya lalu menyusup ke arah memeknya melalui celah-celah CD-nya dekat pangkal paha, dan memang sudah basah. Terus saya cari Clit-nya, yang sudah menonjol keluar, sehingga memudahkan untuk menggosoknya. Saya usap pelan-pelan, makin lama saya gosok makin cepat. Pinggul Tika makin melengking dengan raut wajah yang sudah sangat terangsang. Tika hanya bisa mengeluarkan desah, “Aaauuuhhhh ….. ooohhhhh …..”. Makin lama jari tangan kanan saya pasif, yang aktif makin keras adalah goyangan pinggul Tika, naik turun makin cepat.

Dan akhirnya Tika sampai pada klimaksnya kedua tangannya memeluk bahkan hampir mencekik leher saya, sambil berteriak lirih, “AAAAUUUHHHHH ….. MMMHHHAAASSSSS ……OOOOOHHHH…”. Tubuhnya lemas bersandar di dada saya. Sambil kepalanya tengadah, saya kecup bibirnya. “Terima kasih, Mas…”, ujarnya lirih. 


Saat itu sudah jam 24:30. Saya pamit untuk pulang. Sejak saat itu kami selalu melakukan hal yang sama, tetapi tidak sampai Coitus. Karena saya pernah mencoba melakukan Coitus, tetapi Tika tidak mau. Dan kebetulan Tika suka mengulum batang kemaluan saya. Maka dalam melakukan percumbuan, timbal baliknya adalah setelah Tika orgasme, gantian Tika yang mengulum batang kemaluan saya.


Dalam melakukan percumbuan, tidak mesti saya melakukan Coitus. Saya merasa puas dan senang bila cewek tersebut terpuaskan oleh saya. Saya sangat menyukai bila melihat wajah cewek yang lagi konak dan orgasme, juga mendengar desahan cewek yang sedang konak dan pada saat mencapai klimaks. Biasanya kalau saya melalukan Coitus, melihat-lihat dulu siapa ceweknya. Kalo ternyata ceweknya sudah terbiasamelakukan Coitus, ya…saya akan melakukan Coitus.

0 komentar:

Posting Komentar