Pages

Senin, 30 Maret 2015

IBU GURU FATIMAKU




Seperti biasa pagi itu Bu Fat datang ke rumahku untuk mengajar ngaji anakku. Aku pun mempersilahkannya masuk.
”Eh, dik Lan, anak-anak sama dik Wati ke mana?” Tanya Bu Fat.
”Iya bu saya minta maaf sama ibu karena lupa ngasih tahu kalau hari ini anak saya libur dulu soalnya ikut ibunya ke rumah saudara, bantu-bantu mau ada hajatan”. Jawabku.
“Oh begitu, nggak apa-apa, wah dik Lan bujangan lagi dong hari ini?” Kata Bu Fat sambil tersenyum tipis.
Aku hanya tersenyum menanggapinya, lalu aku tawarkan padanya minum, pertamanya sih dia menolaknya tapi setelah kutawarkan lagi akhirnya Bu Fat mau juga. Aku pun segera pergi ke dapur membuat minuman.
“Kopi aja yah, Bu Fat” Tawarku.
”O, yah nggak apa-apa, apa aja deh”. Jawabnya.

Tapi tiba-tiba otak aku mula memikirkan yang bukan-bukan, sewaktu aku ke dapur, Bu Fat duduk di atas sofa dan kulihat kain yang di pakai Bu Fat tersingkap menampakkan paha Bu Fat yang agak besar. Aku mencuri pandang sedikit sambil terus berjalan. Karena mataku asik memperhatikan paha Bu Fat aku tidak sadar kalau saat itu sudah dekat dinding dapur hingga kepalaku terantuk, ku gosok-gosok jidatku untuk menghilangkan sakit. Melihatku terantuk Bu Fat langsung bangun dan mendekatiku.
“Eh.. dik Lan.. kenapa?” Tanya Bu Fat.
Aku tak menjawab, sedangkan wajahku meringis menahan sakit.
“Ada apa sih dik Lan? Bu Fat bertanya lagi sambil tersenyum, mungkin lucu melihatku meringis, sedangkan tangannya diulurkan untuk memegang tanganku yang sedang menggosok-gosok jidat.

“Nggak apa-apa bu..,” Jawabku.
Setelah tahu jidatku tidak apa-apa Bu Fat tersenyum lagi lalu dilepaskan pegangan tangannya yang memegang pergelangan tanganku, dan aku terus ke dapur untuk menyiapkan minum untuk Bu Fat dan sesudah siap kemudian ku hidangkan di meja tamu di depan Bu Fat.
”Kopinya di minum ya dik..” Kata Bu Fat sambil mengangkat gelas kopi lalu menghirupnya perlahan setelah meniup-niup permukaan air kopi agar tidak terlalu panas.
”Oh iya silahkan Bu..,” Aku mempersilahkan.

Saat itu nafsu seksku kembali naik ketika kuperhatikan lagi paha Bu Fat yang kembali tersibak, karena Bu Fat duduk persis dihadapanku, aku dapat melihat dengan jelas hingga ke celana dalamnya yang berwarna krem. Tapi lama-lama Bu Zila rupanya sadar, lalu dibetulkannya letak kain yang dipakainya sehingga pahanya tertutup.
“Wah.. dik Lan ini nggak boleh melihat pemandangan, matanya sampai nggak ngedip-ngedip.” Canda Bu Fat mengagetkanku.
”Ah Bu Fat bisa aja.” Elakku sambil cengar-cengir.

Nafsu seksku kian terbakar, otakku dipenusi fantasi seks dengan Bu Fat, bisa nggak yah aku ngedapetin wanita berusia 50 tahun ini, bisik hatiku bertanya. Ku coba mereka cara agar nafsuku terhadap Bu Fat dapat terlampiaskan . Aku memang sangat suka wanita yang sudah berumur seperti Bu Fat, bagiku mereka lebih seksi juga lebih memahami dan tidak egois dalam bermain sex.
“Er.. air kopi ni aja ke yang boleh hilangkan dahaga?” tanya aku dengan muka selamberr aja.
Kak Fat. tersentak sekejap.
“…maksud dik Lan? ”
”Eh.. mana ada maksud apa apa? Saya hanya bergurau saja..” kata aku.

 Untuk kesekian kalinya, setelah Bu Fat menghirup kopi, diletakkannya gelas kopi di atas meja, tapi ketika itu Bu Fat lantas bangun. Aku diam saja, dalam hatiku bertanya Bu Fat mau ngapain yah?. Ku lihat Bu Fat berjalan menuju ke lemari dimana aku memajang benda-benda hiasan.
“Istri dik Lan cantik yah?, anaknya juga cakep” Katanya sambil mengamati fotret istrik dan anakku.
“Pasti dong bu, siapa dulu bapaknya” kata aku mencuba bercanda.
“Katanya istri dik Lan sedang mengandung anak kedua?” Tanya Bu Fat.
Aku mengiyakan.
“Sudah berapa bulan?”
“5 bulan Bu”.
“Wah, itu artinya air naik ke kepala dik lan?” Lanjut Bu Fat sambil memandangku.
“..Emmh, maksud ibu? ” Tanyaku tidak mengerti maksud perkataan Bu Fat.
”Nggak usah di terangin juga dik Lan nanti pasti ngerti, tadi kan dik Lan puas memandang selangkangan ibu memangnya ibu nggak tahu, udah gitu gaya dik Lan ini seperti orang yang tak puas saja” Serang Bu Fat.
“Tapi.., tadi itu saya, eu.. eh..,.. bukan.. anu..,” Kata ku tergagap tak tahu harus berkata apa untuk membela diri.
“Ya sudah dik Lan, tenang aja mungkin rezeki dik Lan bisa melihat paha ibu.” Kata Bu Fat sambil tersenyum aneh.
Aku bingung melihat sikap Bu Fat, hatiku bertanya-tanya apa sih maksud Bu Fat sebenarnya.
“Istri dik Lan perginya lama nggak?” Bu Fat bertanya.
“Sepertinya sih lama bu, soalnya dia pergi kerumah uwaknya, mau ada hajatan katanya, jadi ya.. bantu-bantu disana, malah mungkin nginap disana” Jawabku.
“Oh.. gitu.. toh” Kata Bu Fat.
Bu Fat lalu membalikan badannya dan berjalan menuju kembali ke sofa lalu di hempaskan badannya.
”..Ssshh, ahh.., panas banget yah, rasanya semua bagian badan ibu berkeringat nih..” Gumam Bu Fat, kemudian dibukanya kerudung yang dipakainya.
Aku hanya diam sambil memperhatikan saja.
“Apa Bu Fat mau mandi?, atau mau buka baju saja, silahkan saja bu” Kataku. Kuberanikan diri untuk mulai memancingnya ke arah situasi yang kuinginkan.
“Kalau iya gimana dik Lan, tapi tutup dulu dong gordennya nanti keliatan orang nggak enak.” Sambut Bu Fat sambil melihat ke arah gorden.
Entah perasaan apa yang kurasakan ketika itu, aku segera bangun, kutarik kain gorden sampai rapat sambil membelakangi Bu Fat. Samar-samar ku dengar bunyi resleting di buka, aku menoleh kebelakang, nampak Bu Fat sedang membuka kain bagian bawah yang di pakainya lalu melepasnya.

“Jangan berdiri saja dik Lan, kalau mau lihat, kesini dong biar dekat.” Goda Bu Fat.
Mendengar itu, segera ku dekati Bu Fat yang tengah menyandarkan dirinya atas sofa, dengan hanya memakai baju kurung tanpa kain bawah. Mata Bu Fat tampak dipejamkan sambil tangannya mengipas-ngipas badannya, sedangkan aku bermaksud kembali ketempatku semula, namun tiba-tiba Bu Fat menarik tangan aku saat aku melintas di depannya hingga badanku terhuyung mau jatuh di atas tubuhnya, kemudian tanpa ku duga Bu Fat lalu menarik ke atas baju kurung dia, dan terpampanglah bra yang menutupi buah dada Bu Zila yang besar. Mataku terbelalak melihatnya.

Dia kembali menyandarkan dirinya ke sofa, aku masih berdiri bingung di samping Bu Fat, kemudian bu Fat menarik pantatnya ke tepi sopa lantas bangun dan berdiri.
“Dik Lan, ibu mau ke kamar mandi, mau mandi biar segar.” Kata Bu Fat .
Aku mempersilahkannya, lalu berjalan di depannya untuk menunjukan kamar mandi. Tak lama, terdengar suara air jebar-jebur sepertinya Bu Fat sedang mandi, tiba-tiba ku dengar suara benda jatuh dari dalam kamar mandi.
“Kelumpanggggg!!!!!! Pang pang pang!!!!”
”Aduhhhhh……!” Suara Bu Fat menjerit.

Dengan tergopoh-gopoh ku dekati kamar mandi, tanganku mencoba mendorong pintu kamar mandi, ternyata tak dikunci, ku beranikan diri saja membuka pintu kamar mandi dan alangkah terkejutnya aku, nampak Bu Fat dengankeadaan tubuhnya yang telanjang bulat terduduk di lantai kamar mandi dengan kedua kaki mengangkang menampakkan memeknya yang di tumbuhi bulu agak lebat denan bibir memeknya sedikit tebuka, sedangkan sepasang buah dadanya yang besar tampak menggantung berguncang-guncang.
“Kenapa bu, apa yang terjadi.. bu?” Tanyaku khawatir.
“Ibu jatuh, kepeleset dik, lantainya kamar mandinya licin, aduhhhh.. pantat ibu sakit.” Kata Bu Fat dengan suara menahan sakit.
Tanpa berkata-kata lagi segera ku raih dan ku bopong tubuh Bu Fat lalu memapahnya keluar dari kamar mandi dalam keadaan tubuhnya masih telanjang bulat, sambil tertatih-tatih ku papah Bu Fat ke sofa lalu ku baringkan.
“Oh, yah ibu mau saya ambilkan baju ibu di kamar mandi?” Tanyaku.
“Nggak usahlah dik, lagian bukannya tubuh ibu sudah nggak ada lagi yang belum dilihat sama dik Lan kan?” Jawab Bu Fat.
Aku diam aja.

“Dik Lan… tolong dong urutin ini.” Pinta Bu Fat sambil menunjuk bagian belakang tubuhnya.
Aku mengganguk saja, Bu Fat kemudian membaringkan badannya di atas sofa sedangkan aku duduk di sampingnya sambil memijitkan tanganku ke tubuh Bu Fat. Pantat Bu Fat yang besar montok membuatku sangat bernafsu untuk meremas-remasnya, namun aku coba menahan diri kupikir belum waktunya.
”Bawahan sedikit dik Lan, dekat pinggang, nah itu!”
Aku turutkan saja permintaan Bu Fat. Seperti saat Bu Fat memintaku mengurut bagian pinggangnya. Kulit Bu Fat terasa Lembut meski sudah tidak kencang lagi.
Semakin lama nafsuku semakin tinggi hingga aku menjadi sedikit liar dan nekad. Pijatanku kini sudah semakin ngaco dan hanya ku arahkan ke bagian-bagian tubuh Bu Fat yang menurutku menarik secara seksual. Pantat Bu Fat ku remas-remas sambil sesekali jariku sengaja ku sentuhkan ke memeknya. Kontolku semakin keras dan tegang saja. Hingga akhirnya aku tak kuat lagi menahan nafsu, kuciumi saja pantat Bi Fat dan ku panjangkan lidahku mencoba menjangkau memek Bu Lizah.

“Eh.., dik Lan, koq malah ke situ?” Tanya Bu Fat dengan suara perlahan.
Tak ku indahkan lagi pertanyaan Bu Fat, nafsuku sudah sangat tinggi, dengan liar ku jilati memek Bu Fat, ku kuakkan kaki Bu Fat hingga memek Bu Fat yang berjembut agak tebal itu tampak lebih lebih jelas lagi. Aku terus menurunkan lagi lidahku menikmati bahagian bawah memek Bu Fat yang ternyata sudah basah oleh lendir, saat lidahku menyapu sekitar bibir Bu Fat, Bu Fat terdengar mengeluh.
“..Mmmmmmmm.., sshh.., jilat yang dalam dik Lan..” Desah Bu Fat.
Aku pun menjilati memek Bu Fat dan sesekali mengigit kecil bibir memek serta itil Bu Fat.
Sambil menjilat, jari tangan ku ku masukan dan ku putar-putar di dalam lubang memek Bu Fat.
“..mmm.., aahh.., ayo masukin yang dalam jarinya, dik lan, nah ..sshh, aahhh.., putar-dik, ahhh..,” Racau Bu Fat semakin ghairah.

Nafsuku semakin tak terbendung lagi, kuminta Bu Fat untuk terlentang. Bu Fat lalu bangun dan menyandarkan tubuhnya ke sofa lalu kakinya mengangkang, muka ku langsung ku hujamkan ke memek Bu Fat. Bu Fat memegang erat kepala aku sambil meramas ramas rambutku.

“..sssshh.., mmhh.., aahhhh..,” Badan Bu Fat sampai terhempas-hempas menikmati jilatan lidahku pada memek dan itilnya, sesekali ku gigit pelan sampai Bu Fat melenguh agak keras..
“Awwwww.., uiiih…, seperti itu.., yaaaa…, aahh.., ayo lagi dik Lan.” Lenguh Bu Fat lagi.
Sambil ku nikmati memeknya, tangan ku meremas-remas tetek Bu Fat yang menggantung bergantian, dan Bu Fat membongkokkan badannya untuk meraih kontolku, aku terus saja menjilat dan menghisap memek Bu Fat sampai aku rasakan seluruh badan Bu Fat bergeletar.

“Jilat dik Lan, Jilat semuanya,..ssshhh.., mmmmmmm.., yah..,”
Bu Fat mengangkat kepalaku sambil tersenyum dia berkata..,
“Ayo dik Lan, biar ibu udah tua tapi memek ibu masih legit koq..,” Kata Bu Fat sambil memegang dan menepuk-nepuk memeknya.

Aku senyum, tanganku ku usap-usapkan ke permukaan memek Bu Fat, jembutnya ku tarik pelan-pelan.
“Sekarang gantian, ibu pengen ngelihat punya dik Lan.” Pinta Bu Fat.
Aku bangun dan berdiri didepan Bu Fat, ku lepas celanaku, dan tersembulah kontolku yang sudah mengacung keras itu. Melihat itu Bu Fat tersenyum.

“Ini kalau ibu jilatin sebentar juga pasti keluar” Kata Bu Fat tersenyum.
Aku tak menanggapinya, Bu Fat lalu mendekatkan wajahnya ke kontolku dan mulutnya meraih kontolku, setelah terlebih dahulu lidahnya menjilati. Kontolku terasa hangat ketika Bu Fat memasukannya ke dalam mulutnya.
Kontolku lalu dihisap-hisapnya dengan gerak maju mundur.

“mmmmph….. mmmmmppphh” Bunyi mulut Bu Fat ketika menghisap kontolku yang bercampur air liurnya. Bu Fat juga kemudian mengulum pula buah zakar ku.
Sesekali Bu Fat memasukkan seluruh batang kontolku kedalam mulutnya dan pada bagian inilah yang aku sangat tak tahan.
“..mmmhhhh…, oohh.., Bu Fat terus bu” Aku mengeluh enak sambil ku pegang erat kepala Bu Fat, waktu kurasakan air maniku tak dapaat ku tahankan lagi.
”..aahh.., bu saya keluar bu” Erangku.
Air maniku pun muncrat di dalam mulut Bu Fat yang terus saja menghisapi kontolku sambil memainkan lidahnya mengulas-ulas kepala kontolku.
Bu Fat tetap memegangi kontolku yang mulai mengecil. Aku terus duduk di sebelah Bu Fat.
“Wah nggak nyangka ibu pinter banget ngisep..,” Kata ku memuji.
“Iya dong dik Lan, soalnya lelaki itu sebenarnya banyak yang lebih suka itunya di hisap dan dijilati, perempuan juga sama banyak yang lebih suka barangnya dijilati saja. Sebab tidak menguras tenaga. Pastinya, kalau lelaki pandai membuat perempuan itu puas secara begini, perempuan akan dapat melayani kembali lelaki itu dengan sempurna.” Bu Fat menerangkan.
”Ibu memang sangat suka ngewe, tapi kalau ngewe tapi akhirnya tak puas buat apa? Mending usaha sendiri aja sampai puas.” Kata dia lagi sambil meremas-remas kontolku yang perlahan mulai mengeras.

”Hah .. Macam dik Lan ni,, batang dahlah boleh tahan.. besar.. panjangnya cukup.. dan air pulak banyak.. puaslah perempuan tu.. tapi kalau dik lan tak reti.. susahlah nanti. Syok Sendiri.” kata dia lagi. Aku pun dah mula nak meara main cipap Kak Zi pula.
“Dik lan, memek ibu memang sudah agak longgar sedikit, maklum aja ibu kan sudah tua, makanya dik Lan harus menusukkan kontolnya keras.” Kata Bu Fat.
”Tenang saja bu soal tusuk menusuk sih rasanya saya sanggup.” Kataku sambil tersenyum.

Bu Fat lantas menyandar kembali di atas sofa dan mengangkangkan kakinya, memeknya terlihat sudah basah.
”Ayo Dik Lan masukin kontolmu cepat.” Pinta Bu Fat.
Aku pun tanpa menunggu lagi segera saja memasukkan kontolku kedalam memek Bu Fat, ku hentak dengan sekuat hati.
“Aww.., aduuhh., ayo hentak lagi dik Lan, puaskan ibu…” Bu Fat mengerang.
”Dik Lan coba goyangin sedikit kontolnya deh, biar memek ibu semua ngerasain.” Kata Bu Fat.
Ku ikuti permintaannya, sambil mendorong koputar kontolku bahkan seperti hendak menyungkit isi memek Bu Fat keluar.
Gerakan ku menusuk-nusukan ****** kulakukan dengan simultan, aku juga meremas-ramas tetek Bu Fat sambil tetap ku hetakan kontoku kedalamnya.
Ku rasakan Bu Fat mengemut-ngemutkan memeknya hingga kontolku serasa di remas-remas nikmat. Aku dan Bu Fat kemudian berganti posisi, Bu Fat memutar badannya supaya aku menusuknya dari belakang.
“..aahh, ..oohhh, ..aaahh, …oohhh, …mmmhhh. ..” Bu Fat mengeluh keenakan.
Hingga beberapa saat kemudian,
“Aaaahh.., sshh…..” Bu Fat mendesah-desah disertai gerakan tubuhnya yang semakin liar sepertinya Bu Fat klimaks.
Aku segera mencabut kontolku dari lobang memek Bu Fat yang ternyata di fahami oleh Bu Fat dengan memutar badannya dan disongsongnya kontolku dengan mulutnya. Dan dihisap-hisapnya kontolku lagi, hingga akhirnya kurasakan cairan kenikmatan menjalari kontolku, kenikmatan itu bertambah dengan hisapan yang di lakukan Bu Fat memberi sensasi seks yang berbeda yang tentunya lebih dahsyat karena spermaku seakan-akan disedot keluar oleh mulut Bu Fat. Tubuhku mengejang sedangkan tanganku sibuk mempermainkan sepasang tetek Bu Fat, merasakan kenikmatan itu sampai tetes terahir.

Setelah aku dan Bu Fat sama-sama terdiam beberapa saat, Bu Fat lalu beringsut kemudian berjalan ke kamar mandi. Ku dengar air mencebok, sepertinya Bu Fat sedang membersihkan memeknya. Bu Fat keluar dari kamar mandi sudah dengan memakai celana dalamnya tanpa BH karena Bhnya dan juga pakaiannya di bawa di tangannya sehingga tetek Bu Fat tampak berayun-ayun mengikuti gerak jalan Bu Fat. Ketika ku perhatikan teteknya Bu Fat tampak tanda merah yang secara nggak sadar ku buat ketika ngewe dengan Bu Fat tadi.

Bu Fat tersenyum kecil saja ketika melihat ku, dipakainya kembali pakaiannya. Dia kemudian mengenakan kerudungnya dan kembali ke sofa.

Aku yang masih bertelanjang bulat santai saja tiduran di sofa. Bu Fat lalu duduk di sampingku, dipegangnya kontolku yang sudah layu itu dan di remas-remasnya hingga keras dan tegang lagi.
“Wah, dik Lan mau lagi ya?, ininya keras lagi nih.” Goda Bu Fat sambil tersenyum.
Aku Tak menjawabnya hanya tersenyum sambil mengedipkan mata. Bu Fat mengangsurkan mukanya mendekati kontolku dan mulutnya menggapai kontolku untuk kemudian dihisapnya lagi.
”Dik Lan kita main sekali lagi yah..,” Ajak Bu Fat kepadaku.
Langsung ku anggungkan kepalaku, karena memang itu yang aku maui apa lagi setelah kontolku di sepongnya tadi nafsuku bangkit lagi.

Aku dan Bu Fat akhirnya ngewe lagi kali ni Bu Fat masih memakai kerudungnya membuatku semakin bernafsu mengewenya.

Akhirnya setelah merapikan lagi pakaian dan kerudung yang di pakainya, Bu Fat pamit, dia bilang mau pergi mengajar lagi satu di rumah. Aku mengenakan celanaku dan kubukakan pintu untuk Bu Fat, dia tersenyum melirikku sambil memakai sepatunya.
”Istirahat dulu ya dik, biar lebih segar makan telur setengah matang 2 butir dan minum air dicampur madu.” Pesan Bu Fat sambil berbisik.
“Kalau dik Lan kepengen lagi, kasih tahu ibu yah, atau talepon dulu” Lanjut Bu Fat.
”Baik bu..,” Jawabku sambil meremas pantat Bu Fat yang gempal..

Hubungan ku dengan Bu Fat terus berlangsung hingga kini, kapan pun aku mau ngewe dengan Bu Fat aku tinggal meneleponnya, dan Bu Fat tak pernah menolaknya, karena biar pun Bu Fat sudah tua ternyata nafsu seksnya masih tetap tinggi.


0 komentar:

Posting Komentar