Memang sudah tidak aneh kalau ada dua orang anak kembar yang menyukai
selera yang sama dalam segala hal, termasuk soal memilih pacar. Tapi ada
sedikit pengalamanku yang benar-benar hebat dengan dua anak kembar di
sekolahku. Bukan berpacaran dengan salah satu dari mereka atau keduanya
sekaligus, tapi meniduri mereka berdua sekaligus, itu baru luar biasa.
Hari itu seperti biasanya, aku dari sekolah tidak langsung pulang, aku
dan beberapa orang temanku duduk-duduk sambil sedikit ngobrol, yah tentu
saja tidak jauh dari soal cewek dan sex. Alf salah satu temanku yang
kebetulan duduk di sebelahku bercerita tentang pengalamannya dengan satu
dari sepasang kakak beradik yang kembar. Kalo saja mereka tidak
ketahuan penjaga sekolah, pasti Alf sudah berhasil melakukan niatnya.
Alf sedikit kecewa dengan pengalamannya itu, tapi dia sedikit senang
karena dia berhasil meremas dada kanan gadis itu sambil menciumnya.
Saat itu kedua gadis kembar itu lewat, dan dengan gaya centilnya mereka
menyapa kami berempat. Alf yang sedari tadi bercerita langsung berdiri
hendak menghampiri mereka, tapi seketika itu juga dilihatnya penjaga
sekolah yang memergoki mereka, kontan saja Alf duduk lagi. Aku sendiri
tetap duduk sambil memandang kedua gadis itu menjauh dari kami berempat.
Lumayan juga, memang tidak terlalu cantik, tapi cukup manis.
2 hari kemudian, tanpa sepengetahuan ketiga temanku, kuajak salah satu
dari mereka makan siang di kantin sekolah, sebut saja namanya Adriana.
Aku yakin ketiga temanku tidak tahu, karena mereka berencana untuk
berenang sepulang sekolah. Aku sedikit berbincang-bincang dan saat itu
kakak kembar gadis itu datang, sebut saja Cinderella datang menghampiri
kami berdua. Dia datang ketika aku mengajak Adriana sedikit refreshing
setelah pra-EBTA yang benar-benar bikin kepala pusing.
Cinderella langsung merengek untuk ikut juga, tentu saja aku tidak
menolak, kapan lagi aku bisa mengajak dua orang gadis pergi bersama,
apalagi mereka kembar. Akhirnya kami bertiga sepakatuntuk pergi ke
Pangandaran, kebetulan sekolah libur 3 hari setelah pra-EBTA.
Singkat cerita, kami sampai ke Pangandaran, dan kami menyewa 2 kamar,
satu untukku dan satu lagi untuk mereka berdua. Tentu saja kami sedikit
berjalan-jalan dulu sebelum akhirnya memutuskan untuk beristirahat. Aku
sebenarnya tidak ingin tidur, karena itu aku tetap terbangun walaupun
aku berbaring di tempat tidurku.
Pukul 11 tepat, pintu kamarku diketuk. Ketika kubuka, Adriana dengan
tenang masuk ke kamarku. Aku memang memintanya untuk datang ke kamarku
kalau kakak kembarnya sudah tidur. Kamiberbincang sebentar, dan akhirnya
perbincangan itu kuakhiri dengan sebuah ciuman. Mulanya hanya ciuman
selamat malam, tapi begitu tahu kalau dia membalasnya, aku tidak segera
melepaskan bibirnya, dan terus kulumat bibir seksinya itu.
Tanganku yang semula diam, mulai nakal dan memanjat naik ke dadanya,
tetapi ketika kuremas dadanya, Adriana meronta, “Aku sudah milik orang
lain, apalagi dia Alf temanmu.”
Aku tersenyum, “Aku tidak akan mengambilmu darinya, hanya untuk malam ini saja.”
Adriana tersenyum nakal, diraihnya tanganku, “Oke, siapa takut..!”
Aku tersenyum, lalu melanjutkan permainanku. Kupagut lagi bibirnya, sedang tanganku tidak lagi meremas dadanya, kedua tanganku melingkar di tubuhnya, dan kulepas bra di balik baju tidurnya.
Aku tersenyum, “Aku tidak akan mengambilmu darinya, hanya untuk malam ini saja.”
Adriana tersenyum nakal, diraihnya tanganku, “Oke, siapa takut..!”
Aku tersenyum, lalu melanjutkan permainanku. Kupagut lagi bibirnya, sedang tanganku tidak lagi meremas dadanya, kedua tanganku melingkar di tubuhnya, dan kulepas bra di balik baju tidurnya.
Tanganku yang semula diam, mulai nakal dan memanjat naik ke dadanya,
tetapi ketika kuremas dadanya, Adriana meronta, “Aku sudah milik orang
lain, apalagi dia Alf temanmu.”
Aku tersenyum, “Aku tidak akan mengambilmu darinya, hanya untuk malam ini saja.”
Adriana tersenyum nakal, diraihnya tanganku, “Oke, siapa takut..!”
Aku tersenyum, lalu melanjutkan permainanku. Kupagut lagi bibirnya, sedang tanganku tidak lagi meremas dadanya, kedua tanganku melingkar di tubuhnya, dan kulepas bra di balik baju tidurnya.
Aku tersenyum, “Aku tidak akan mengambilmu darinya, hanya untuk malam ini saja.”
Adriana tersenyum nakal, diraihnya tanganku, “Oke, siapa takut..!”
Aku tersenyum, lalu melanjutkan permainanku. Kupagut lagi bibirnya, sedang tanganku tidak lagi meremas dadanya, kedua tanganku melingkar di tubuhnya, dan kulepas bra di balik baju tidurnya.
Adriana mendesah dalam, dipegangnya tanganku seolah memohon untuk lebih
lembut sedikit. Aku tahu hal itu, karenanya kulepaskan dada kirinya,
tapi sebagai gantinya, hap.., buah dadanya seolah kumakan dengan liar.
Kuhisap sedikit sambil kumainkan lidahku memutar putingnya yang sudah
berdiri tegak di puncak kedua bukit itu.
Belum selesai kubermain, aku tersentak kaget. Kulihat Cinderella berdiri
di ambang pintu yang lupa kukunci. Dia tersenyum ke arahku, lalu
mendekat. Aku benar-benar menyesal karena lupa mengunci pintu, tapi
penyesalanku berubah menjadi senyum kemenangan ketika Cinderella membuka
pakaian tidurnya.
“Jangan hanya berani melawan adikku, bagaimana kalau kau buktikan kejantananmu pada kami berdua sekaligus..?”
“Jangan hanya berani melawan adikku, bagaimana kalau kau buktikan kejantananmu pada kami berdua sekaligus..?”
Aku tidak banyak berbicara lagi, kusambar tubuh Cinderella yang sudah
setengah telanjang itu, kutarik bra-nya hingga putus, lalu kubanting dia
ke tempat tidurku. Seperempat detik kemudian lidahku sudah bermain di
puting dadanya yang sedikit lebih besar dari Adriana. Cinderella
mendesah dalam sambil menikmati permainanku, kulihat Adriana duduk
memandang kami berdua, kutarik tubuhnya, dan kubaringkan di sampingku.
Cinderella di sebelah kananku, dan Adriana di sebelah kiriku, sedang aku
telungkup di tengah sambil meremas dada mereka. Selagi tanganku bekerja
meremas dan mengelus, mulutku bergantian menghisap dan menjilati dada
mereka yang lainnya secara bergantian.
Setelah kurasa cukup, aku berdiri, dan membuka seluruh pakaianku, begitu
pula Adriana dan Cinderella. Kubuka agak lebar kaki Adriana, dan
lidahku langsung bermain di sekitar kemaluannya. Adriana
bergoyang-goyang keenakan. Kutarik kepala Cinderella ke selangkangan
kakiku dan tanpa disuruh lagi, langsung dikulumnya kejantananku. Hebat
juga permainannya, sesekali dihisapnya kejantananku, lalu dijilatinya
kepalanya yang berwarna ungu, itu membuatku sedikit geli dan semakin
liar menjilat kemaluan Adriana.
Kulihat juga klit-nya mulai terlihat walau tersembunyi, kugosok dengan
telunjukku, dan Adriana mendesah sambil menegangkan otot pinggulnya. Aku
tahu dia menyukainya, karena itu kugosok lagi, dan sesekali kujilat
benda itu. Tidak lama kemudian Adriana menyerah, tubuhnya menggoncang
hebat, dan dia sedikit memekik menahan nikmatnya puncak birahi.
Kemaluannya semakin basah, dan terlihat lendir mengalir perlahan dari
sela surga dunia itu.
Kudorong kepala Cinderella, dan kuregangkan lebih lebar paha Adriana.
Cinderella tahu kalau aku akan menusuk kemaluan Adriana, karena itu dia
duduk di belakang Adriana, sepertinya hendak membantu Adriana menahan
goncangan-goncangan yang sebentar lagi akan terjadi. Kugosokkan sebentar
kepala kejantananku yang sudah basah oleh liur Cinderella. Dan kutekan
sedikit di kemaluan Adriana. Tangannya meremas sprei dan mulutnya
terbuka sedang matanya terpejam.
Setelah masuk kepala kejantananku, kugerakkan naik turun sedikit, dan
dengan sedikit hentakan, seluruh kejantananku masuk semua ke dalam
kemaluannya. Adriana menjerit tertahan dan tubuhnya terdorong ke
belakang. Cinderella berusaha menahannya dan kembali menegakkan tubuh
Adriana yang seolah tergeletak tidak bertenaga.
Setelah itu kugerakkan pinggulku maju mundur, dan sesuai dengan irama
maju mundur itu, Adriana mendesah-desah. Cinderella sendiri memeluk
adiknya sambil mengelus lengannya, seolah menghibur kalau ini akan
segera berakhir. Semakin lama kocokanku semakin cepat, dan desahan
Adriana sudah berganti menjadi jeritan-jeritan tertahan yang membuat
nafsuku semakin membara. Beberapa menit kemudian kurasakan kejantananku
panas, aku akan mencapai puncak, karena itu kupercepat gerakanku, dan
ketika hampir keluar, kucabut kejantananku dari kemaluan Adriana.
Aku teringat artikel yang kubaca di situs ini, yang berjudul “Pria Multi
Orgasme” (kalau tidak salah). Karena itu segera kutekan bagian bawah
buah kemaluanku, tempat antara dubur dan batang kemaluanku (lengkapnya,
baca saja artikel itu). Aku tetap merasa kenikmatan orgasme, dan kulihat
tidak ada mani yang keluar dari kejantananku, hanya saja ketika
kenikmatan itu berakhir, kulepas jariku dan kulihat cairan bening keluar
sedikit dari kejantananku. Adriana sendiri bergoncang-goncang menikmati
puncak keduanya. Cinderella sedikit kesulitan menahan badan adiknya
yang bergoncang-goncang.
Tetapi akhirnya itu berakhir. Adriana segera ke kamar mandi untuk
membersihkan tubuhnya yang penuh keringat. Aku tidak menunggu lagi,
kejantananku yang sudah sangat basah masih tetaptegang dan siap
digunakan, karena itu aku langsung menyambar tubuh Cinderella yang
sepertinya sudah tidak sabar juga.
Aku tidak perlu membasahi kemaluannya, karena sudah sangat basah.
Rupanya dia menikmati dan menonton pertunjukkanku dengan adiknya. Kali
ini aku tidak bermain dari depan, kubalikkan tubuhCinderella dan kutusuk
dia dari belakang. Cinderella berusaha menahan goncangan ke depan
dengankedua tangannya, tapi sepertinya dia tidak kuat, berkali-kali aku
harus menarik pinggulnya yang semakin terseret maju akibat kocokanku.
Di luar dugaanku, ternyata dengan teknik pria multi orgasme itu aku
menjadi lebih lemah, dan belum aku puas mendengar jeritan dan desahan
Cinderella, kejantananku sudah panas dan hampir keluar. Aku segera
melepaskan kejantananku dari kemaluan Cinderella, dan sambil memberi
sedikit waktu pada kejantananku, kukunci pintu yang lupa kukunci. Tidak
lama, tapi cukup untuk memberi waktu pada kejantananku untuk
beristirahat.
Setelah itu kulanjutkan permainanku, kukocok kemaluan Cinderella dari
belakang, dan beberapa saat kemudian kucabut lagi, kali ini kuarahkan ke
lubang duburnya. Kutekan, tapi hanya sedikit saja yang masuk. Kutekan
lagi lebih keras, dan terus menerus, tapi tidak juga masuk semuanya. Aku
tidak peduli, kukocok walaupun sulit. Akhirnya aku menyerah, kepala
kejantananku terasa sakit karena lubang duburnya jauh lebih sempit dari
kemaluannya.
Kubalikkan tubuh Cinderella yang sudah basah karena keringat, dan
kukocok kemaluannya dari depan. Cinderella menjerit dan berdesah sebelum
akhirnya mencapai puncak. Aku sendiri sudahhampir mencapai puncak,
karena itu kupercepat gerakanku, semakin cepat dan semakin liar. Ketika
hampir keluar, kucabut dari kemaluannya, dan kuselipkan di antara dada
Cinderella.
Kugosok-gosokkan seolah sedang mengocok kemaluannya, dan tidak lama
kemudian aku mendesah panjang dibarengi dengan cairan putih kental yang
memancar keluar ke wajah Cinderella, dan jugaleher serta di sela-sela
dadanya. Setelah berbaring sebentar, aku menggendong Cinderella ke kamar
mandi, dan membersihkan diri di sana, bertiga dengan Adriana.
Kami sempat bermain sebentar di kamar mandi, tapi tidak sampai puncak,
karena aku sudah terlalu lelah untuk bermain dengan mereka. Kami tidur
bertiga dengan tubuh masih telanjang, dan paginya kami pulang ke Bandung
dengan sejuta kenikmatan. Malam itu benar-benar menyenangkan dan tidak
akan kulupakan seumur hidupku.
Melalui cerita ini juga aku ingin meminta maaf pada Alf, “Sorry,
kutiduri pacarmu. Tapi dia memang benar-benar luar biasa. Aku
sungguh-sungguh menyesal tidak mengajakmu ikut, tapi mungkin lain kali
kita bisa bermain berempat dengan mereka berdua. Sekali lagi maafin aku
ya Alf, aku janji lain kali nggak bakalan niduri dia lagi tanpa ijin
eloe..”
0 komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.