Well, namaku Wanda, umurku 21 tahun. Kata orang aku cantik, dan aku mengetahui hal itu, haha..
Tinggiku 160 cm dan beratku 52 kg,Ukuran BHku 34 C dan celana jeansku
28. Bentuk tubuhku nyaris sempurna, kenapa aku bilang nyaris karena kan
tidak ada orang yang sempurna, Yah dengan segala kelebihanku ini aku
merasa harus membaginya dengan sesama, itu lah kenapa aku suka
berpakaian minim dan memamerkan tubuhku.
Umm apa ya sebutannya, ah ga penting yang penting kalian tahu maksudku kan?
Aku mengetahui kelainanku ini ketika duduk di kls 1 sma, waktu itu di
kelasku mayoritas cowok. Sehingga cewek-cewek di kelas diperlakukan
bagai Putri.
Tetapi di kelasku itu hanya ada 3 orang cewe yang berwajah lumayan,
aku, teman sebangkuku Achie dan satu lagi aku ga begitu kenal dekat tapi
kalau ga salah namanya Nadia. Jadilah kalau pelajaran kosong atau
istirahat cowok-cowok di kelas cari muka dengan aku dan Achie teman
sebangkuku.
Entah kenapa aku merasa senang skali jadi pusat perhatian, jadi
mulailah sedikit demi sedikit baju seragamku mengetat, dan rok ku
memendek Achie yang sedikit tomboy dan sudah punya pacar terkadang kalau
istirahat langsung ngeloyor ke kelas cowoknya, sedangkan aku diam di
kelas meladeni cowok2 kesepian itu.Namun keberanianku cuma sampai disitu
saja.
Hingga sewaktu aku naik kelas 2 aku ikut ekskul cheerleaders sehingga aku makin2 jadi pusat perhatian.
Cheerleaders yang kalau tampil selalu pakai baju ketat dan rok mini.
Sehingga aku pun semakin berani menampilkan diri, terkadang sampai basah
vaginaku bila cowok-cowok yang menonton melihat dengan pandangan
yang mupeng seakan-akan melihatku bagai tanpa busana.
yang mupeng seakan-akan melihatku bagai tanpa busana.
Aku ingin menceritakan pengalaman beraniku sewaktu kelas 3 SMA, waktu
itu hari sudah sore, anggota cheers baru selesai latihan, beberapa
langsung pulang dan beberapa lagi langsung mandi di ruang locker.
Sedangkan aku memilih untuk bersantai di kelasku 3 IPS 3 yang berada di
lantai 3 paling pojok.
Kelasku ini paling nyaman dibanding kelas-kelas lainnya, kelas ini
satu-satunya yang memiliki 3 AC sekaligus, jadi lebih sejuk di kelas
ini, selain AC kelas ini juga paling besar dan punya fan juga. Pokoknya
kelas paling enak deh, aku berlari dari aula lantai 2 tempatku berlatih
ke lantai 3.
Sampai di kelas karena hari itu sudah hampir pukul 5, dan sepi banget,
aku memutuskan untuk ganti baju disitu. Aku lepaskan celana pendek
daleman rokku dan juga kaosku yang sudah basah oleh keringat. Aku lupa
tidak membawa baju ganti, jadi kuputuskan untuk memakai baju seragam
putihku.
Tapi sebelum aku berganti baju aku tidur-tiduran di atas meja, tepat
dibawah fan untuk meng”adem”kan badanku. Latihan cheers tadi menguras
keringatku jadi seluruh tubuhku basah. Aku hanya memakai rok cheers yang
pendek dan celana dalam g-string warna hitam serta Bra hitam mini, aku
tidur-tiduran di atas meja sambil sesekali mengelap tubuhku dengan
handuk kecil, tetapi ternyata aku kecapean hingga ketiduran.
Tiba-tiba aku dengar pintu dibuka, aku tersentak kaget dan kulihat si
ganteng Evan anak IPA itu memasuki kelas, aku melirik jam ternyata aku
ketiduran 20 menit. Bukannya aku mencoba menutupi tubuhku tapi malah aku
pasang posisi menggoda dan pura-pura tertidur. Evan si ketua osis itu
melongo melihatku seperti itu. Namun perlahan tapi pasti Evan malah
mendekatiku.
Evan mencoba memanggil namaku, nampaknya ingin membangunkan atau hanya
ingin mengecek saja. “Wan..” seru Evan pelan. Aku pura-pura tertidur
sambil mengganti posisi lebih menggoda lagi, tanpa kusadari sudah basah
vaginaku melihat evan melongo memandangiku. Evan menyentuh pelan
tanganku untukmembangunkanku namun aku diam saja. Evan pun memegang
perutku namun aku masih pura-pura tertidur.
Sampai Evan menyentuh payudaraku pelan, aku malah mendesah namun tetap
tertidur akhirnya evan memberanikan diri meremas payudaraku, lagi-lagi
aku mendesah saja. Evan menurunkan tali Braku dan menarik Braku turun
hingga ke perut.
Buah dadaku terpampang dengan jelas, dan putingnya yang mengeras sudah
tegak berdiri. Evan meremasnya lagi, kini aku pura-pura agak tersadar.
Evan kaget dan sedikit mundur dari tempatnya berdiri, namun aku masih
ingin menikmati permainan ini sehingga aku merubah posisi menjadi
menyamping.
Rok cheersku yang pendek terangkat, sehingga pantatku terpampang di
hadapan Evan. Aku mengenakan g-string jadi Evan bisa melihat jelas
bongkahan pantatku Evan meremasnya, aku sangat menikmatinya, aku yakin
vaginaku sudah sangat basah. Evan lalu berpindah berdiri, sehingga ia
berada di hadapan payudaraku.
Ia meremasnya lembut dan tangan satunya meremas pantatku. Aku masih
pura-pura tertidur, nampaknya evan tahu aku pura-pura, karena aku
terkadang mendesah pelan tiap kali ia menyentuhku. Nampaknya Evan sudah
tidak tahan, aku bisa melihat “adek”nya sudah sangat keras dibalik
celana abu-abunya, karena berada tepat di depan wajahku.
Aku pura-pura mengganti posisi dan menyebabkan wajahku menempel pada
“adek”nya, Evan menggesek-gesekan adeknya itu, dan tiba-tiba saja tanpa
disangka-sangka Evan menarik g-string miniku hingga putus. Dan ia
memukul pantatku, ah diperlakukan seperti itu tidak mungkin aku
pura-pura tertidur, jadi aku bangun dan dengan panik aku tutupi dadaku.
“Evan, mau ngapain lo!” bentakku, Evan hanya tersenyum saja dan dia
berkata “Engga tadi laporan osis ketinggalan..” lalu ngeloyor pergi, aku
terduduk di meja membenahi Braku itu, namun Evan balik lagi, aku
langsung panik menutupi payudaraku lagi Evan berkata “Umm btw, nice
boobs u have..” lalu pergi lagi, aku hanya tersenyum tersipu ketika Evan
pergi, entah kenapa aku merasa horny sekali sewaktu dia memujiku.
Ketika aku sedang tersenyum Evan balik lagi dan memergoki ku sedang
tersenyum tersipu..lalu dia berkata lagi “haha..lo seneng ya?, ah..nice
butt too” lalu dia pergi lagi. Aku senang bercampur malu saat itu.
Aku melihat jam sudah menunjukan hampir pukul 6, karena ga ada celana
dalam lagi, aku pulang hanya menggunakan rok cheers tanpa celana dalam.
Rupanya tanpa aku sadari kaos bekas cheers tadi yang basah aku letakkan
di atas seragam putihku, sehingga seragam putihku itu ikut-ikutan basah.
“Wah kebetulan, its show time!” kataku dalam hati, aku lepaskan Bra
hitam miniku, dan pulang mengenakan seragam sekolah putih yang basah dan
rok cheers yang mini tanpa pakaian dalam sama sekali. Aku menatap
cermin yang ada di kelas itu, putingku yang masih mengeras tercetak
jelas di seragam putihku yang ketat dan rok cheers itu sangat pendek
sekali, bila aku membungkuk sedikit saja, pasti orang-orang bisa melihat
bokong indahku.
“Sempurna” bisikku pada diriku sendiri. Aku bergegas pulang, ketika aku
melintasi lapangan masih ada anak-anak kelas 2 sedang bermain basket,
dan bola itu memantul dekat tmpku berjalan. Cowok-cowok itu meminta
tolong aku mengambil bola basket itu, aku tersenyum manis, membelakangi
mereka dan dengan pantat menghadap mereka aku membungkuk mengambil bola
itu, cowok-cowok kelas 2 itu langsung terdiam, mereka dapat melihat
jelas pantat mulusku, bahkan vaginaku bila mereka lebih teliti lagi.
Tapi kejadian itu tak berlangsung lama, hanya sekitar 5 detik-an dan aku
berbalik badan melempar bola basket itu. Mereka hanya tersenyum saja
ketika aku berbalik badan dengan wajah “tak tahu apa-apa”.
Aku pun pulang naik mikrolet, untung saja langsung kudapatkan begitu aku
keluar sekolah. Di mikrolet itu hanya ada 1 anak kuliahan *mungkin* dan
2 orang bapak-bapak aku sedikit menyesal karena di mikrolet itu tidak
ada yang mukanya oke punya. Ketika memasuki Mikrolet aku agak
membungkuk, pastilah pantatku itu terlihat jelas, pikirku dalam hati.
Aku duduk di pojok, di depanku 2 orang bapak-bapak itu, aku duduk agak
menyamping, namun tmp duduk mikrolet itu terlalu pendek. Dudukku jadi
seperti berjongkok aku tutup kakiku rapat-rapat, tapi pasti pahaku bisa
terlihat jelas oleh bapak-bapak itu.
Aku pura-pura tidak tahu, anak kuliah itu pasti tadi sudah melihat
pantatku waktu aku masuk tadi karena ia duduk dekat pintu, sekarang
bapak-bapak ini menatapku dari atas sampai bawah. Entah kenapa aku horny
sekali ketka mereka memandangiku seperti itu, jadilah aku mulai berulah
aku memutir2 kancing kedua baju seragamku, lalu perlahan, dengan wajah
tidak melihat bapak-bapak itu aku melepaskan kancing keduanya. tanpa
melepas kancingpun mereka sudah bisa melihat payudaraku secara jelas aku
pikir, namun karena hari itu sudah gelap, dan lampu mikrolet
remang-remang mungkin putingku tidak terlalu tercetak.
Aku mendengar bapak-bapak itu menahan nafas waktu aku melepaskan kancing
nomor dua itu dengan seksi. Kini aku semakin berani, entah kenapa
dorongan untuk berbuat lebih ada dalam diriku. Aku pun tidak lagi
memiringkan badanku, tapi menghadap lurus ke bapak-bapak itu, sehingga
sekarang mereka bukan saja melihat payudaraku dari samping, tapi dengan
jelas dapat melihat belahan dada dan separuh payudaraku apalagi
putingnya tercetak jelas disitu, aku tersenyum menggoda kepada mereka,
dan mereka balas tersenyum.
Asal kalian tahu, kancing bajuku hanya ada 4, jika sudah terbuka 2,
berarti sudah separuh dari bajuku terbuka. Aku memilin2 kancing nomor 3,
aku melihat anak kuliahan itu begeser mendekat, tak ingin ketinggalan
pertunjukan rupanya. Aku memilin-milin kancing nomor 3 dan perlahan ku
buka pahaku..aku yakin vaginaku yang basah dapat terlihat.
Aku membukanya sedikit saja, tanganku yang satu memilin-milin kancing baju nmor 3 dan satunya mengangkat rok-ku perlahan-lahan.
Ketika aku ingin melepaskan kancing nomor 3, aku mendengar seseorang
memanggil. Aku menghentikan kegiatanku, nampaknya mereka kecewa. Aku
menoleh ke belakang, rupanya Evan dalam mobil Jazznya
waktu itu Jazz baru saja keluar, wah pokoknya mewah banget, ia memberikan isyarat untuk turun dan naik mobilnya, memang waktu itu lampu merah. Namun tanpa kusangka-sangka bapak-bapak di depanku membuka lebar pahaku, dan yang satunya menarik rokku naik, aku berteriak sedikit.
waktu itu Jazz baru saja keluar, wah pokoknya mewah banget, ia memberikan isyarat untuk turun dan naik mobilnya, memang waktu itu lampu merah. Namun tanpa kusangka-sangka bapak-bapak di depanku membuka lebar pahaku, dan yang satunya menarik rokku naik, aku berteriak sedikit.
Lalu aku mengetuk mikrolet tanda aku ingin turun. Sebelum turun aku
tulis nomor tlpku di tangan salah satu bapak itu entah apa maksudku,
mungkin agar aku dibiarkan turun, mereka melepaskan pahaku. Aku
menyiapkan uang receh lalu bergegas turun. Namun sewaktu turun aku
sengaja membungkuk dengan belebihan sehingga pantatku terlihat semua,
lalu aku rasakan tangan-tangan mereka mencubit dan memegang pantatku,
aku membayar mikrolet dan sempat berkata. “Udah dulu ya live shownya”
sambil tersenyum menggoda mereka hanya tertawa-tawa saja.
Aku berlari menuju mobil Evan, dan langsung duduk di depan. Rokku
tertarik naik sewaktu aku duduk buru-buru. Evan tersenyum ia bilang
“Da..body lo oke banget..di rawat ya”, eh agak canggung aku tp aku
pura-pura cuek dan menjawab “thx, iya emang gw care banget sama body
gw”, suasana hening sejenak, “Da, mau makan dulu ga, lo pasti laper abis
latihan cheers” suara Evan yang berat itu memecah keheningan aku cuma
mengangguks aja, “eh tapi bayarin yah, gw ga ada duit” kata ku
tiba-tiba, “Beres, tapi ada imbalannya ya” jawab Evan sambil tangannya
berpindah ke pahaku, dan membelainya.
“Eh..iyaa..” jawabku pelan menikmati sentuhannya, kami menuju ke Chitos,
namun aku ingat kalau di Chitos ga boleh masuk pakai seragam. Maka aku
sempatkan ganti baju di parkiran, dengan kaos bekas latihan tadi, sudah
bau keringat tapi gimana lagi, sewaktu aku ganti baju Evan menciumku dan
meremas dadaku lembut, aku membalasnya tapi hanya sebentar saja karena
aku blg “Van, makan dulu yu, macem-macemnya nanti aja de” kataku
tersenyum manja.
Evan melongo waktu dia sadar baju apa yang kukenakan. “Lo yakin Da mau
pakai baju itu?” kata Evan berusaha meyakinkan diri, “iya emangnya
kenapa..” jawabku cuek.
Haha..baju itu sudah tidak lagi menutupi apa-apa, kaos itu berdada V
rendah berwarna putih polos, bahannya sangat tipis karena itu kaos untuk
latihan, sehingga tidak membuat badan panas. Dan kali ini ditambah
dengan basah, lekuk tubuhku dan bayangan putingku
tercetak jelas. “Udah la van cuek aja..”kataku, Evan hanya mengangguk-angguk lalu memencet tombol kunci mobilnya. “Kecuali kalo lo malu..” sambungku, “ah gila kali lo ya, jalan sama cewe secantik lo, seseksi lo, bisa malu gw?” jawab Evan spontan, aku hanya tersenyum geli saja.
tercetak jelas. “Udah la van cuek aja..”kataku, Evan hanya mengangguk-angguk lalu memencet tombol kunci mobilnya. “Kecuali kalo lo malu..” sambungku, “ah gila kali lo ya, jalan sama cewe secantik lo, seseksi lo, bisa malu gw?” jawab Evan spontan, aku hanya tersenyum geli saja.
Kami makan di Izzi Pizza, sewaktu kami makan aku tak luput dari
pandangan orang-orang, ya cewe ya cowok, dan pandangannya macem-macem,
ada cewe yang jealous
ada yang jijik mungkin, ada yang kaget, tapi lebih banyak yang mupeng sih. Evan tidak makan banyak waktu itu, tangannya terus berada dibawah membelai-belai pahaku bahkan sampai terangkat rokku, terkadang aku membuka
pahaku, sehingga jari-jari Evan kadang menyentuh vaginaku, pemandangan itu tentu saja membuat orang-orang kaget. Tapi nampaknya Evan juga cuek saja, jadi ya aku cuek saja.
ada yang jijik mungkin, ada yang kaget, tapi lebih banyak yang mupeng sih. Evan tidak makan banyak waktu itu, tangannya terus berada dibawah membelai-belai pahaku bahkan sampai terangkat rokku, terkadang aku membuka
pahaku, sehingga jari-jari Evan kadang menyentuh vaginaku, pemandangan itu tentu saja membuat orang-orang kaget. Tapi nampaknya Evan juga cuek saja, jadi ya aku cuek saja.
Waktu sampai di mobil, Evan langsung menyergapku, menurunkan kusiku
hingga tiduran, mencium bibirku dengan nafsunya dan langsung menarik
payudaraku keluar dari bajuku melalui kerah V yang rendah itu, ia
langsung menghisapnya keras-keras dan jarinya mulai mengelus-elus
vaginaku, vaginaku sangat basah, daritadi aku merasa horny banget dengan
segala kelakuan gilaku, aku membuka pahaku lebar-lebar sehingga
jari-jarinya lebih leluasa membuaiku.
Evan makin liar, kini jari-jarinya mulai disodok-sodok ke vaginaku, aku
benar-benar terbuai, sebenarnya kaca mobil Evan termasuk 95% gelap,
namun tidak dengan kaca depannya. Kaca depannya bening sebening
aquarium, sehingga siapapun yang melintas pasti bisa melihat perbuatan
kami, namun kami parkir agak jauh dan hari itu hari sekolah, sehingga
Chitos tidak begitu ramai. Aku naikkan kakiku ke atas dashboard, dan
membukanya lebar-lebar, namun tiba-tiba aku melihat seorang satpam
memergoki kami dari kaca depan, aku pura-pura tidak tau saja, malah
membalas ciuman evan dengan ganas, Evan pun makin liar mengelus-elus
klitorisku dan mulutnya masih tetap di buah dadaku yang montok itu.
Satpam itu disitu sekitar 4 Menit, menonton kami hingga akhirnya ia
mengetok kaca sebelahku, Evan terlonjak kaget dan ingin segera tancap
gas, karena daritadi mobilnya sudah menyala. Namun aku memegang
tangannya dan malah membuka kaca itu, payudaraku sebelah masih keluar
dari kerahku, dan rokku masih terangkat memperlihatkan vaginaku dengan
bulu-bulu halus yang rapih.
Satpam itu nampaknya kaget, namun denga sigap aku pegang tangan satpam
itu dan menaruhnya di payudaraku, tangan itu begitu kasar, berbeda
dengan tangan Evan, Satpam itu diam tak berkutik, “Bapak mau ini kan..”
kataku sambil menuntunnya meremas-remas payudaraku. Aku merasakan
sensasi luar biasa, hingga mendesah-desah sendiri, Evan menonton
kelakuanku hingga melotot. Satpam itu terlihat sangat menikmatinya,
namun tiba-tiba aku berteriak “Van gas sekarang!!”, Evan dengan panik
langsung menginjak gas dan pergi dari situ.
alu Evan dan aku tertawa-tawa heboh, “Gila ya lo da, gw ga nyangka lo
seliar itu” kata Evan, aku tersenyum menggoda, merapatkan tubuhku yang
payudaranya masih mencuat keluar, dan berkata “Mau yang lebih liar..”
Evan lalu mempercepat laju mobilnya, namun tiba-tiba di tengah perjalanan dia bertanya “Da, maaf nih ya, tp lo cewe bayaran?” katanya pelan. Aku cuma tertawa saja, “Da serius, kalau bener bisa dibayar…” evan menghentikan kalimatnya “Kenapa lo mau bayar gw?” kataku cepat..Evan tersenyum dan mengangguk, “Van..buat lo gratis..” jawabku cuek. “Eh da, jadi bener lo cewe bayaran?” tanyanya lagi. Aku menggeleng, dia terlihat kebingungan.
“Engga, percaya ato ga gw masih virgin kalee” jawabku lagi, Evan melotot, “Beneran?” tanyanya ga percaya, “Mau bukti..?” tantangku, Evan diam saja, “Ini kan sekarang kita mau buktiin” jawabku sambil tersenyum. Evan hanya terdiam kebingungan.
Evan lalu mempercepat laju mobilnya, namun tiba-tiba di tengah perjalanan dia bertanya “Da, maaf nih ya, tp lo cewe bayaran?” katanya pelan. Aku cuma tertawa saja, “Da serius, kalau bener bisa dibayar…” evan menghentikan kalimatnya “Kenapa lo mau bayar gw?” kataku cepat..Evan tersenyum dan mengangguk, “Van..buat lo gratis..” jawabku cuek. “Eh da, jadi bener lo cewe bayaran?” tanyanya lagi. Aku menggeleng, dia terlihat kebingungan.
“Engga, percaya ato ga gw masih virgin kalee” jawabku lagi, Evan melotot, “Beneran?” tanyanya ga percaya, “Mau bukti..?” tantangku, Evan diam saja, “Ini kan sekarang kita mau buktiin” jawabku sambil tersenyum. Evan hanya terdiam kebingungan.
Akhirnya kami sampai di sebuah rumah besar banget dibilangan Cilandak,
ga jauh dari Chitos. Waktu hampir sampai Evan memintaku membenarkan
pakaianku. Dan memintaku mendoblekan bajuku dengan baju seragam tadi,
supaya tidak terlihat mencolok. Benar saja 2 satpam langsung membukakan
pintu, Evan langsung memasukin garasi. Dan mematikan mobilnya, waktu itu
sudah hampir pukul 9, aku pun turun dari mobil, dengan pakaian yang
lebih rapih. Tersenyum pada satpam itu, satpam itu bertanya pada Evan
“pacar baru den?” Evan hanya menjawab “Yoi donk pak!” sambil menggandeng
tanganku masuk.
Rumah itu besaaar banget, tapi sepi ga ada orang, “Van pada kemana..”
kataku pelan, “Nyokap udah meninggal waktu lahirin gw, bokap.. tinggal
dirumah istri barunya, gw sendirian deh..” jawabnya singkat. “Ah udahlah
yuk masuk..” kata Evan sambil menarik tanganku masuk ke kamarnya. Evan
segera menutup pintunya dan menciumku dengan liarnya, tangannya segera
menjelajah semua tubuhku, dalam posisi berdiri dia angkatnya rokku dan
diremasnya pantatku.
Namun tiba-tiba Evan berhenti, “Da, lo nginep sini aja ya, blg sama
nyokap lo gih” katanya sambil melemparkan hpnya. Lalu aku meminta Evan
menyalakan CD playernya dengan lagu-lagu hiphop “Ma..wanda ga bisa balik
nih, masih latihan cheers” teriakku disela-sela musik yang kencang itu,
“Oh iya-iya itu apa sih dibelakang berisik amat” kata mama balas teriak
“Anak-anak lagi latihan ma, mungkin kalau kemaleman Wanda nginep rumah
temen ya ma” jawabku lagi, mama hanya bisa menyetujui saja.
Selesai menelepon aku melihat sekeliling, tidak ada Evan, tiba-tiba Evan
keluar dengan baju handuk putih, dan menarikku masuk ke kamar mandi.
“Mandi dulu, lo bau asem” katanya sambil cengengesan, aku hanya bisa
menurut saja.
Di kamar mandinya ada whirlpool, seperti jacuzzi, sudah dituang shower
bath sehingga berbusa-busa, Evan melepas seluruh bajuku dan
menggendongku masuk ke jacuzzi itu. Evan memandikanku dengan sangat
lembut. Ia membelai seluruh jengkal tubuhku tapi dengan lembut sekali,
berbeda dengan ketika di mobil tadi. Evan menarik tubuhku keluar dan
menyuruhku berdiri dibawah shower, ia menyalakan air hangat dan
membiarkanku membilas diri.
Evan yang sudah tanpa busana itu memelukku dari belakang “adek”nya
menyentuh pantatku, ditekan-tekannya adeknya itu, lalu Evan meremas
payudaraku dari belakang, sambil tetap ditekan-tekan penisnya ke
pantatku. Nafsuku bangkit, dibawah guyuran air hangat dari shower, Evan
menciumi pundakku, dan leherku terkadang dijilatnya telingaku, membuatku
bergetar-getar tersengat dengan birahiku. Aku membalikkan badan, dan
mencium Evan, kami berciuman lama sekali, aku sudah horny sekali, ingin
rasanya meminta Evan memasukkan penisnya, namun aku malu.
Lagi-lagi Evan menghentikan aksinya, ditariknya tubuhku lalu
dikeringkan, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Aku diperlakukan bagai
Putri. Evan lalu mengeringkan tubuhnya sendiri lalu menggendongku ke
tempat tidur. Ia menindihku dan menciumku lidah kami berpangutan,
terkadang Evan menghisap bibirku, tangannya meremas lembut payudaraku,
terus ke perutku dan lalu sampai di vaginaku. Di gesek-gesekkan perlahan
jarinya di klitorisku, aku mendesah tidak karuan, Evan lalu menurunkan
bibirnya menjilati leherku, pundakku lalu ke payudaraku, di gigit-gigit
lembut putingku, sambil tangannya terus bergerilya di vaginaku. Aku
memeluk Evan lalu berguling. Aku cium Evan dari bibir, dada, perut
sampai ke penisnya. Penisnya besar dengan panjang hampir 20 cm dan
diameter yang besar pula.
Aku terbayang ngeri memasukkan benda itu ke vagina perawanku. Aku
menjilati penis Evan, tiba-tiba Evan memegang kepalaku dan mendorongnya,
sampai tersedak aku, benda itu tidak bisa masuk semua ke dalam mulutku
aku bermain dengan penis Evan sekitar 10 menit, ketika tiba-tiba Evan
membalikkan badannya hingga posisi 69, aku diatas. Evan menjilat
vaginaku pelan, aku langsung mengejang, ini pertama kali aku dijilat di
vagina. Tangan evan sesekali menyodok-nyodok vaginaku, sambil lidahnya
disentil-sentilkan ke klitorisku. Aku benar-benar terbuai oleh nafsuku.
Aku sampai memohon pada Evan agar ia segera memasukkan penisnya, “Van,
please van..”hampir nangis aku dibuatnya. Evan membuka pahaku
lebar-lebar, dan mengarahkan penisnya ke vaginaku yang sangat basah itu.
“Aaashh..”desisku pelan, sakit tapi aku berusaha tak menunjukkannya, Evan kembali mendorongnya sedikit lagi, “Sshhshh..”Desahku antara sakit dan enak, “Ahhh..” Evan berteriak ketika seluruh penisnya masuk, aku meneteskan air mata, karena rasanya sakit sekali, nampaknya Evan mengetahui hal itu ia tidak bergerak sedikitpun, memberi waktu vaginaku untuk menyesuaikan diri. Ketika aku sudah mulai terlihat tenang, Evan menggerakkan pinggulnya, menarik dan memasukkan penisnya dengan perlahan.
“Aaashh..”desisku pelan, sakit tapi aku berusaha tak menunjukkannya, Evan kembali mendorongnya sedikit lagi, “Sshhshh..”Desahku antara sakit dan enak, “Ahhh..” Evan berteriak ketika seluruh penisnya masuk, aku meneteskan air mata, karena rasanya sakit sekali, nampaknya Evan mengetahui hal itu ia tidak bergerak sedikitpun, memberi waktu vaginaku untuk menyesuaikan diri. Ketika aku sudah mulai terlihat tenang, Evan menggerakkan pinggulnya, menarik dan memasukkan penisnya dengan perlahan.
Tubuhku bergerak-gerak ga karuan, nikmatnya luar biasa. Makin lama Evan
mempercepat gerakannya, aku pun berusaha menyeimbanginya, namun semakin
aku bergerak semakin dekat aku menuju orgasme pertamaku.
“Aaahh..terus van, oh yess..shitt..ahh” ceracauku ga karuan, Evan
nampaknya tau aku sudah hampir sampai, makin liar gerakannya, selain
maju mundur, terkadang diputar-putar, membuatku melotot keenakan.
Akhirnya tak berapa lama sampailah aku pada orgasmeku
“Aaarrgh..aaaaaaaaaa….” teriakku melengking Evan melotot, aku yakin dia
menahan orgasmenya, karena pasti vaginaku mencengkram penisnya kuat-kuat
saat itu.
“Ah gila van..enak banget” jawabku lemas dengan pandangan sayu. Evan
hanya tersenyum, lalu dengan penis masih tertancap, ia menyedot-nyedot
payudaraku, aku keenakan dibuatnya, sehingga horny lagi. Aku menggerakan
pinggulku maju mundur, padahal Evan masih diam saja, tersenyum penuh
kemenangan “Van, sodok donk, asshh..van cmon” pintaku memelas pada Evan,
Evan malah melepaskan penisnya, aku melotot mau marah, tapi, Evan
segera membalikkan tubuhku dan menggangkat pinggulku. Aku segera pasang
posisi merangkak, bertumpu pada tangan. Evan memasuki vaginaku dari
belakang, lalu memompanya dengan cepat, tangannya meremas-remas payudara
34 C ku yang bergoyang-goyang kesana kemari.
“Ohhh..aahhh..Wandaa..m*m*k lo..aassshhh” ceracau Evan menikmati
posisi tersebut, aku hanya bisa mendesah-desah keenakan, karena orgasme
keduaku hampir datang “Van, terus van, gw mau keluar lagi”, kataku
ngos-ngosan. Tanpa diduga, Evan menjabak rambutku “Aaaaaww” teriakku
kesakitan, namun ia tetap memompa vaginaku jadi antara enak dan sakit,
aku baru sadar ia mengangkat kepalaku agar melihat persetubuhan kami di
cermin di samping tmp tidur itu, yang terletak di lemari, cermin seluruh
badan.
POsisi kami memang bukan di tengah tmp tidur, kaki Evan masih berada
di lantai, Evan berdiri sementara aku posisi merangkak, sekarang
posisiku setangah jongkok karena Evan menjabak rambutku, di cermin aku
bisa melihat payudaraku bergerak-gerak, dan aku bisa melihat expresiku
setiap kali Evan menyodok vaginaku dari belakang.
Ini membuatku semakin bernafsu, dan makin dekat orgasme, “Van..gw mau
keluar..assshhh” katalu terengah-engah, “Da, gw…juga..di
da-lem..niihhh?” jawab Evan putus-putus karena sambil memompaku. “Iya di
dalem aja, please, dikit lagi..aaashh..sshhh..”jawabku cepat-cepat.
Evan semakin mempercepat gerakannya. Tangan satunya masih menjambakku,
dan satunya lagi meremas-remas payudaraku. “AAAAAAAAAARRRGGHHH” teriak
kami berbarengan, saat kami *ternyata* orgasme bersamaan “aasshhh..aaa”
sambungku lagi, orgasmeku panjang sekali, aku bisa merasakan penis Evan
menyemprot berkedut-kedut di dalam vaginaku.
Evan melepas jambakannya dan membiarka tubuhku terkulai. Evan menindihku
dari belakang, membuatku ngos-ngosan, akhirnya penis yang masih
tertancap itu ditarik oleh Evan, dan ia berguling ke samping. “Thx ya
da..” katanya sambil mengelus-elus kepalaku.
Aku membalikkan badan dan merapatkan tubuhku, Evan memelukku. Namun
tidak lama Evan berdiri dan menggendongku memandikanku lagi. Ketika
kembali ke tmp tidur, Evan melihat bercak darah kevirginanku. Evan
melotot dan melihat ke arahku kaget, aku cengengesan dan berkata “bener
kan gw masih perawan”, Evan merasa bersalah, dan sejak saat itu kami
resmi berpacaran.
Evan sangat mendukung hobbyku pamer-pamer tubuh, bahkan ia tidak
mengizinkanku memakai BH ke sekolah. Nampaknya ia juga horny kalau
melihat laki-laki lain memandangi tubuhku sampai melotot.
Akibat tidak pakai BH dan pakaian kelewat tipis, serta kelewat
pendek. Aku sampai dipanggil kepala sekolah. Lain kali aku ceritakan
pengalamanku bersama Kepala Sekolah , dan pengalaman-pengalamanku yang
lainnya.
Sekarang aku masih pacaran dengan Evan, kami berdua kuliah di Bandung, dan hobbyku ini masih tetap berlangsung
0 komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.