Di suatu waktu, aku akan melakukan perjalanan ke sebuah pulau yang indah
di tengah indonesia. Aku pergi kesana bersama dua rekanku yang juga
gila petualangan dan punya selera yang sama sepertiku tentang gadis
berjilbab. Mereka adalah Rudi dan Henri. Tentu saja, selain piknik, kami
juga berharap bisa mendapatkan memek keset gadis-gadis berjilbab itu
dipulau tempat kami berwisata.
Sejuk sekali kepulauan ini. Hawanya yang sangat “laut” membuat
segalanya terasa santai dan waktu berjalan pelan. Aku dan rekan2ku yang
juga mupeng dengan gadis berjilbab bersantai dan menikmati liburan ini.
Di hari yang kedua, ketika kami sedang makan siang di sebuah warung
makan, mata kami langsung melotot ketika muncul dua gadis cantik yang
terlihat lugu masuk warung itu, lalu memesan makanan. Segera aku
mengerling ke kedua rekanku, yang langsung tersenyum penuh arti. Ya,
karena aku bosnya dan yang paling ganteng, memang biasanya aku yang maju
dan melakukan PDKT pada calon2 korban kami.
Segera aku mendekati dan menyapa, lalu berkenalan. Ternyata mereka
berdua juga turis yangs edang bertamasya di pulau itu. Wah kebetulan
sekali. Segera aku mengenalkan teman2ku dan beberapa menit saja kami
sudah akrab. Dua gadis itu bernama Hesti dan Lusi, mahasiswi semester 4
universitas islam di semarang yang sedang bertamasya. Jilbab mereka
lebar dengan baju kurung dan rok lebar, semakin membuat kami bertiga
susah menahan nafsu birahi.
Sorenya, aku dan dua temanku berjanjian dengan mereka lagi untuk
berjalan-jalan di tepi pantai dihalaman hotel yang kami tinggali. Segera
aku dan temanku berbagi peran. Aku yang memang sudah ngebet sama Hesti,
yang air mukanya lugu semakin cantik dengan jilbabnya segera
memilihnya. Dua temanku segera kusuruh untuk mendekati Lusi yang
wajahnya cantik namun nampak sedikit nakal.
Akhirnya sore itu aku berjalan berdua dengan Hesti, sementara Lusi
yang sebenarnya agak sungkan, terpaksa mau berjalan bersama Rudi dan
Hendri. Hatiku berharap semoga dua orang bejat itu kuat menahan napsu
dan tidak main perkosa di pinggir pantai itu, walaupun tempat itu
lumayan sepi.
Akus egera berjalan bersama Hesti, bercakap-cakap. Pelan2 setelah
semua lancar, aku mulai bbisa melancarkan serangan2 rayuanku. Dan
ternyata rayuan gombalku berhasil. Gadis cantik berjilbab itu tersipu
malu setiap kali kurayu. Bahkan dia membiarkan tanganku menggandeng
tangannya. Beberapa juras kemudian aku berhasil memelukkan tanganku ke
pinggulnya yang singset,, tersembunyi baju longgar dan jilbab lebarnya.
Gadis cantik sekal itu agak menghindar dan berontak ketika aku mencoba
mendaratkan ciuman lembut ke pipinya yang mulus untuk pertama kali,
namun setelah beberapa kali mencoba akhirnya gadis manis berjilbab lebar
itu menyerah. Ia hanya bisa pasrah dan menutup matanya ketika
ciuman-ciumanku mendarat di pipi mulusnya. Bahkan setelah beberapa kali
ciuman mesraku, dia mendesah penuh kenikmatan, rupanya birahi jalang
sudah mulai tersulut dari gadis lugu berjilbab itu.
Melihat kesempatan itu, aku segera memeluknya penuh perasaan dan
menuntunnya menjauih pantai yang anginnya mulai dingin karena matahari
sudah terbenam separuh. Gadis cantik berjilbab lebar berkulit mulus itu
pasrah ketika kutuntun dia menuju hotel tempat aku dan dua temanku
menginap. Dengan isyarat anggukan kepala, aku mengajak kedua temanku
yang sepertinya juga sudah berhasil membangkitkan nafsu birahi Lusi.
Terlihat dari posisi mereka ketika kulihat sedang duduk di pasir tepi
pantai, dimana Rudi duduk dibelakang Lusi dengan tangan terlihat
menyusup dibawah ketiak Lusi dan memeluknya, dan Hendri duduk didepan
Lusi menghadap ke wajah gadis cantik berjilbab itu. Tangan Rudi
bergerak2 seirama dengan geliatan2 Lusi. Aku berani bertaruh Rudi sedang
merangsang buah dada sekal milik mahasiswi berjilbab cantik itu.
Melihat aku sudah beranjak masuk hotel, mereka segera mengikuti sambil
menuntun Lusi.
Hotel yang kami tempati bukanlah hotel yang berupa satu bangunan,
namun merupakan bagian dari bungalow bungalow kecil berhalaman dan
berkamar dua. Akus egera memasuki halaman bungalow kami yang ada di
sudut tersembunyi dari area hotel, dan menuntun Hesti yang sudah pasrah
masuk.
Didalam bungalow, aku mendudukkan Hesti di sofa panjang di ruang
tamu. Tanganku lalu merangkulnya dan kutarik kepalanya mendekat lalu
kembali kucium pipinya. Gadis cantik berjilbab itu kembali mendesah.
Matanya kebali terpejam pasrah, emmbuat akus emakin nafsu. aku mencium
kepala Hesti lalu turun ke kuping kirinya yang masih tertutup jilbab.
Hesti mendongakkan kepalanya sehingga aku bisa bebas mencium dagunya
yang putih. Kemudian Hesti kutolehkan kearahku lalu kucium bibirnya
dengan ganas.
“Ummhh… jangan maass..” kata Hesti. Merasakan deru nafasnya yang
menggebu, aku tahu itu hanya sekedar basa-basi dari seorang gadis alim
berjilbab yang malu jika ketahuan dia menikmati permainan ini.
Sambil tetap merangkul Hesti, kutarik tubuh sekal gadis alim
berjilbab berkulit mulus itu berdiri. Tangan aku mulai menjelajahi
seluruh pantat Hesti yang padat dari balik rok panjang cremnya, kemudian
meraba-raba dadanya yang sekal dari balik baju longgarnya. Tak
henti-hentinya Hesti melenguh. Rintihannya mendesahkan penolakan, namun
tubuhnya menggelinjang penuh kenikmatan.
Segera kuraih tangan mahasiswi
cantik yang alim itu lalu kutuntun untuk meremas kontolku dari balik
celana. Lalu karena sudag tidak tahan, kembali kudorong gadis alim itu
ke sofa. Kembali kuciumi dia dengan ganas.
Aku segera membuka kemeja dan celana panjangku lalu dengan sdikit
paksaan kutarik bagian depan bajunya kekiri dan kekanan sehingga membuat
seluruh kancingnya tanggal, menampakkan payudara putih sekal terbungkus
BH pink. Kurenggut lepas Bhnya, lalu kusibakkan rok panjangnya diatas
pinggang dan kutarik lepas celana dalamnya. Gadis alim yang manis
bertubuh putih mulus itu mendesah dan mengerang ketika kuperlakukan agak
kasar, namun tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Jilbabnya kubiarkan
terpakai, menambah gejolak birahiku. Tubuh Hesti yang putih ddengan
pakaian yang sudah awut2an membuat nafsuku membara. Dengan gemas aku
meremas payudaranya yang berukuran 32B sambil menghisap putingnya. Nafas
Hesti memburu dengan cepat apalagi saat aku mulai beralih ke vaginanya.
Hesti bagaikan kuda liar saat klitorisnya aku jilat. Tak henti-hentinya
aku menjilat seluruh vagina dan selangkangannya. Aku membalikkan tubuh
Hesti untuk bergaya 69. Sementara itu aku melihat Hendri dan Lusi masuk
bungalow diikuti Rudi. Lusi sudah mendesah-desah sambil merintih,
semnentara tangan Hendri sudah tidak terlihat, karena masuk kebalik
jilbab lebar Lusi dan meremas-remas buah dada gadis alim itu. Segera
mereka berdua masuk kamar, sementara Rudi mendekati kami berdua yangs
edang bermain cinta sambil menyeringai lebar..
Aku tersenyum merasakan tangan halus gadis cantik yang alim itu
pelan2 mengelus kontolku yang sudah tegang. Sambil terus mendesah
merasakan jilatanku di memeknya, gadis berjilbab lebar itu menggenggam
kontolku dan mulai menghisapnya. Aku pun membalas dengan menjilat
semakin intens anus dan vaginanya. Goyangan pantat Hesti terasa semakin
keras saat dijilat vaginanya sehingga harus aku tahan pantatnya dengan
kedua tangan aku. Tiba-tiba Hesti melepaskan genggaman tangannya dari
kontol aku dan melenguh dengan keras, rupanya ia mengalami orgasme.
Vaginanya yang sudah basah menjadi tambah basah dari cairan orgasmenya.
Kemudian Hesti kubalik dan kutunggingkan bersandar dipinggir sofa.
Aku dengan tidak sabar segera merenggangkan kakinya dan mengarahkan
kontolku ke vaginanya. Dengan penuh gairah aku setubuhi Hesti mahasiswi
cantik yang alim dan seksi. Rudi rupanya tidak diam saja saat melihat
kami berdua mercumbu. Tangannya membuka risletingnya kemudian menurunkan
celananya. Rudi mengeluarkan kontolnya dari balik celana dalam lalu
meraih tangan Hesti dan menuntunnya agar meremas2 kontol Rudi.
Aku memperhatikan Hesti dipaksa mengulum kontol Rudi. Tak
henti-hentinya payudara Hesti aku remas dan pencet putingnya. Tak berapa
lama kemudian, Hesti kembali mengalami orgasme. Aku mengganti gaya ke
gaya missionary. Kaki Hesti aku rentangkan dan kembali kontolku mengisi
vaginanya yang sudah becek. Suara clipak-clipuk terdengar dengan keras
tiap kali kontol aku keluar masuk vagina gadis berjilbab lebar yang
sudah dimabuk birahi itu. Jilbabnya sudah basah karena keringat
kenikmatan kami berdua. Desahan birahi memenuhi seisi ruang tamu
bungalow kami sore itu.
Tujuh menit menggenjot Hesti, aku merasakan akan ejakulasi. Aku
percepat gerakanku dan tak lama kontolku memuntahkan peju didalam vagina
Hesti. Dengan terengah-engah aku mengeluarkan kontolku lalu menindih
Hesti dan mencium bibirnya. Kami berciuman beberapa menit. Setelah itu,
aku memberikan gadis alim yang sudah pasrah itu ke Rudi, lalu aku
beristirahat sebentar.
Dengan kasar Rudi menarik Hesti berdiri, lalu menggendong gadis
alim itu sambil menciumnya. Kemudian Hesti dibaringkan ditempat tidur
dalam posisi doggy style dan Rudi langsung menyetubuhi Hesti dengan
kasar. Sambil menggenjot vagina Hesti, tak henti-hentinya Rudi menampar
pantat Hesti.
“aaahhh…yeaahhh… enak banget memek cewek berjilbaabb.. auuhh…!!”
Sekali-sekali jilbab Hesti ditarik sehingga kepala Hesti sampai
menoleh kebelakang lalu Rudi mencium bibirnya. Hesti yang awalnya
terlihat mengernyit kesakitan, kelihatannya justru semakin liar mendapat
perlakukan kasar dari Rudi. Aku kemudian berlutut didepan Hesti lalu
menyodorkan kontolku. Hesti menyambut kontolku lalu mulai mengulumnya.
Setiap kali Rudi menyodokkan kontolnya dalam vagina Hesti dengan keras,
kontol aku otomatis ikut tersodok ke mulut Hesti. Tapi beberapa kali
kuluman Hesti terlepas karena Rudi suka menarik rambutnya.
Rudi kemudian menarik punggung Hesti sehingga punggung Hesti tegak.
Aku menjilat dan menghisap seluruh payudara Hesti. Tapi itu tidak
bertahan lama karena tangan Rudi menjalar keseluruh tubuh Hesti.
Akhirnya aku mengambil bir di mini bar lalu duduk dikursi menikmati
adegan seksual yang liar itu. Beberapa kali Hesti melenguh pertanda ia
mengalami orgasme tapi Rudi tidak berhenti sedikit pun.
Hesti kemudian melepaskan dirinya dan mendorong Rudi untuk duduk
ditempat tidur. Hesti duduk dipangkuan Rudi dan mulai menggoyang
pinggulnya. Pinggul dan pantat Hesti terlihat merah karena ditampar
Rudi. Tak henti-hentinya Hesti berceracau disetubuhi Rudi. Akhirnya
tidak lama kemudian Rudi ejakulasi. Rudi memegang pinggul Hesti dan
meremasnya dengan keras. Hesti pun kembali orgasme lalu mereka berdua
berebahan di sofa dengan lemas.
Tiba-tiba dari kamar, Hendri muncul telanjang bulat sambil
menggandeng Lusi. Lusi sudah tidak memakai apa2 sama sekali, kecuali
jilbab merah dan kaus kaki putihnya, ternyata Henri baru selesai
menyetubuhi Lusi.
“Wah, kalian abis pesta pora nih” kata Henri sambil tertawa melihat kami bertiga yang telanjang.
“Kamu juga nih abis pesta dengan Lusi” kata aku. Lusi diam saja. Mata Lusi terus tertuju pada kontolku yang sudah berdiri.
“Tukeran ya wan..” pinta Henri sambil mendorong Lusi jatuh ke sofa, tepat disampingku.
“Boleh aja. Aku juga pingin ngerasain cewek jilbab yang ini”
jawabku. Lusi diam saja. Sorot matanya campur aduk, dari marah, bingung,
namun juga birahi jadi satu.
Henri segera menarik Hesti bangun dari pelukan Rudi, dan menariknya
kembali ke kamar. Beberapa saat kemudian terdengar pekikan tertahan
Hesti, sang gadis cantik berjilbab. “aiihh..pelannn..ahhh… sakiit..”
“Kelihatannya mereka sudah mulai” kata aku kepada Lusi.
Aku segera menerkam Lusi yang bingung haru bagaimana ku cium
bibrnya. Awalnya dia hendak memberontak, namun setelah beberapa saat,
rontaannya lenyap, diganti balasan ciuman yang panas. kita saling
berpagutan. Tanganku mulai menggenggam payudara gadis montok berjilbab
yang ini sambil terkagum2. Payudaranya besar sekali, ukuran 36C.
Tubuhnya yang ramping terlihat indah dan bulu kemaluannya hanya
disisakan sedikit didaerah vaginanya. Sudah jelas walaupun Lusi
berpenampilan anggun dengan jilbab dan baju serba tertutup, namun
hastrat birahinya sangatlah tinggi.
Dengan gemas, aku menghisap payudaranya sambil jongkok didepan
Lusi. Lusi meremas kepalaku menahan gairah. Lalu ciumanku turun ke perut
Lusi dan ke vaginanya. Lusi mengangkat satu kakinya sehingga dengan
mudah aku menjilat vaginanya. Tercium bau sabun di daerah vagina Lusi.
Ternyata gadis montok alim berjilbab ini masih sempat membersihkan
dirinya setelah bersetubuh dengan Henri. Aku membuka bibir vagina Lusi
dan menyedot vaginanya. Lusi mengerang dengan penuh nikmat.
Puas melahap vaginanya, aku mengangkat tubuh Lusi. Kaki Lusi
melingkar dipinggangku dan aku memasukkan kontolku ke vaginanya. Dalam
posisi menggendong, aku menyandarkan punggung Lusi ke dinding lalu aku
mulai menggenjot Lusi. Payudara Lusi yang besar meliuk ke kiri dan kanan
mengikuti irama goyangan. Tak henti-hentinya aku mencium bibirnya yang
merah dan mungil. Gadis montok berjilbab yang ber buah dada besar ini
merintih2 penuh birahi, Benar-benar membuatku gemas.
Dari dalam kamar, terdengar suara Hesti yang melenguh. Lusi pun
ikut melenguh tiap kali kontol aku menghunjam ke vaginanya. Posisi ini
hanya bertahan beberapa menit karena cukup berat menggendong Lusi sambil
menyetubuhinya. Aku duduk di kursi dan Lusi duduk dipangkuanku
menghadap aku. Vagina Lusi terasa mendenyut-denyut di ujung kepala
kontolku. Jilbab merahnya kulil;itkan ke lehernya agar tidak mengganggu
aktifitasku menikmati ubuah dada besarnya.
Dengan enerjik, Lusi menggoyang pinggulnya naik turun sambil
merangkul kepalaku. Aku menghisap payudaranya yang besar sambil
menggigit putingnya. Tangan kananku meraih ke anusnya dan aku memasukkan
jari telunjukku ke anusnya. Tampaknya ini membuat Lusi semakin liar.
Lusi terus menerus menghujamkan kontolku sampai ia mencapai orgasme. Di
saat yang sama aku pun ejakulasi. Lusi duduk terkulai lemas
dipangkuanku. Aku menggendong Lusi masuk ke kamar tidur untuk tidur,
dimana Hesti, gadis alim berkulit mulus itu sedang merintih2 dipompa
memeknya oleh Hendri di lantai beralas karpet sambil nungging. Namun
ternyata Rudi minta bagiannya. Karena lemas, kubiarkan saja Rudi bermain
berdua bersama Lusi disampingku, sementara aku tidur, beristirahat.
Sayup-sayup kudengar rintihan dan erangan dua gadis berjilbab cantik dan
sekal, disetubuhi dengan ganas oleh dua temanku, mengantarku ke alam
mimpi.
0 komentar:
Posting Komentar