Sasha adalah seorang seorang eksekutif muda berusia 26 tahun yang sudah
lumayan lama bekerja sebagai sekretaris sebuah perusahaan multinasional.
Sikapnya yang ramah dan lembut membuat ia disukai oleh rekan-rekannya
di kantor. Sasha memiliki wajah yang amat cantik khas wanita oriental
yang sering dibanding-bandingkan dengan wajah artis-artis Jepang, hal
itu wajar karena ayah Sasha adalah orang Jepang asli yang merantau ke
Indonesia, sehingga Sasha berdarah Jepang campuran.
Salah satu daya tarik Sasha adalah rambut hitam yang lurus dan indah
yang ikut menyempurnakan kecantikan wajahnya selain tubuh Sasha yang
proporsional dengan tinggi sekitar 160 cm yang juga merupakan nilai
tambahnya. Sebagai keturunan Jepang, Sasha juga diberi nama Izumi Toyama
oleh ayahnya, namun ia lebih suka memakai nama Sasha karena lebih
familiar dilingkungan kantornya yang mayoritas adalah orang-orang
Indonesia asli. Kecantikan Sasha juga menarik perhatian para laki-laki
di kantor itu. Sasha sering dijadikan bahan obrolan dan fantasi mereka
sehari-hari.
Sayangnya, mereka tidak bisa berharap terlalu banyak karena
Sasha sudah memiliki seorang suami bernama Aldy yang menikahinya 3
tahun lalu. Apalagi Sasha telah dikaruniai seorang putri yang berusia 2
tahun bernama Alyssa hasil dari pernikahannya dengan Aldy.
Aldy sendiri bekerja di bagian keuangan perusahaan itu dan
bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan dan perpajakan. Tak heran,
banyak juga laki-laki yang seringkali iri dengan keberuntungan Aldy yang
berhasil memperistri wanita secantik Sasha. Namun, walaupun Sasha telah
berstatus sebagai istri Aldy, hal itu tidak mengurungkan niat beberapa
lelaki di kantornya untuk mengincar Sasha. Mereka merasa Sasha bagaikan
intan yang begitu berkilau dan amat sayang untuk dilepas. Termasuk
diantaranya adalah Pak Anton, seorang direktur cabang sekaligus
supervisor Sasha yang telah lama mengincar anak buahnya itu.
Berbagai cara telah dilakukan Pak Anton untuk mendekati Sasha namun
Sasha selalu berusaha sebisa mungkin untuk menghindar dari Pak Anton.
Apalagi Sasha sudah berkeluarga dan ia amat mencintai suaminya. Sikap
Sasha ini juga dinilai wajar oleh para pegawai kantor itu karena selain
sikap ngototnya dan usianya yang sudah nyaris berkepala 5, tubuh Pak
Anton yang tambun dan kepalanya yang agak botak membuatnya tidak begitu
disukai para pegawai perempuan yang cenderung menjauhinya, apalagi Pak
Anton terkenal genit dan sering menggoda pegawai perempuan di kantornya.
Mungkin itulah sebabnya Pak Anton masih melajang seumur hidupnya
walaupun ia amat kaya.
Pada suatu hari, kantor Sasha diminta oleh kantor pusat untuk
menyiapkan dokumen-dokumen kontrak yang harus dikirim ke luar negeri
besok harinya, sehingga Sasha terpaksa harus lembur dan mempersiapkan
dokumen-dokumen itu dalam waktu sehari penuh. Kebetulan, pak Anton juga
ikut lembur sebagai supervisor Sasha yang harus memeriksa
dokumen-dokumen yang dipersiapkan oleh Sasha. Sementara itu, Aldy sudah
terlebih dulu pulang dari sore karena tidak ikut lembur hari itu. Saat
pulang, Aldy sudah meminta Sasha untuk pulang sendirian karena mobil
mereka belum selesai diperbaiki di bengkel.
Akhirnya, setelah bekerja seharian penuh, semua dokumen itupun
berhasil terselesaikan oleh Sasha. Waktu di jam dinding telah
menunjukkan pukul 11.20 malam. Sasha pun merasa amat lelah dan
mengantuk, walau demikian, ia masih harus mengantarkan dokumen itu ke
ruangan Pak Anton. Sasha pun segera mengantarkan dokumen itu ke ruangan
Pak Anton. Sesampainya di ruangan itu, Sasha segera menuju ke meja Pak
Anton. Walaupun sebenarnya ia juga merasa malas untuk bertemu atasannya
yang terkenal genit itu.
“Pak, ini semua dokumennya sudah saya kerjakan. Sisanya tinggal
diperiksa saja sebelum dikirim ke pusat.” ujar Sasha sambil menyerahkan
dokumen-dokumen itu ketangan Pak Anton.
“Oh, iya! Bagus sekali Sasha. Bagaimana dengan surat-surat perjanjian kontrak, sudah kamu kerjakan juga?” tanya Pak Anton.
“Sudah Pak. Baru saja saya faks ke kantor pusat. Besok mungkin konfirmasinya akan kita terima.”
“Baguslah kalau begitu.”
“Terima kasih, pak. Apa masih ada yang perlu saya siapkan?” tanya
Sasha. Sasha sudah tidak sabar untuk pulang karena ia merasa lelah
sekali setelah bekerja dari pagi. Apalagi ia cemas kalau ia tidak bisa
pulang karena sulit untuk mendapatkan transportasi untuk pulang pada
waktu tengah malam seperti itu.
“Oh, tidak. Kamu boleh pulang sekarang. Terima kasih, Sasha.” jawab Pak Anton.
“Sama-sama, Pak.” Sasha menjawab dengan riang, akhirnya ia terbebas
dari beban pekerjaannya. Sasha segera beranjak keluar dari ruangan Pak
Anton.
“Oh ya, Sasha!” belum sempat kenop pintu ruangan itu dipegang Sasha, tiba-tiba Pak Anton memanggilnya dari belakang.
“Ada apa, Pak?” ujar Sasha dengan nada agak kecewa.
“Malam minggu ini kamu ada waktu? Bagaimana kalau kita makan malam di
Kemang? Saya dengar masakan disana enak-enak!” ajak Pak Anton pada
Sasha. Sasha menghela nafas menahan kesabarannya. Hari ini masih hari
Selasa, namun ini sudah keempat kalinya Pak Anton mengajaknya untuk
makan malam. Memang supervisornya yang satu ini lumayan ngotot dan perlu
kesabaran ekstra untuk mengatasinya. Kalau saja Pak Anton bukan
direktur cabang, sudah pasti Sasha akan melaporkannya ke atasan.
“Maaf Pak, sepertinya saya tidak bisa.” Tolak Sasha dengan halus.
“Kenapa?”
“Kebetulan saya harus pergi ke rumah mertua saya hari Sabtu ini.” Kilah Sasha.
“Oh ya? Kamu sepertinya sibuk sekali. Dua hari ini saya ajak makan
siang kamu juga menolak. Atau, kamu memang tidak mau makan bersama
saya?!” tanya Pak Anton dengan sorot mata tajam dan dahi yang
mengrenyit.
“Tidak, Pak. Soalnya minggu ini kita memang sibuk sekali, hari ini
saja saya harus lembur padahal saya tidak ikut makan siang tadi…” Sasha
berusaha memberi alasan yang masuk akal pada Pak Anton dengan harapan
atasannya itu mau mengerti, walaupun dalam hatinya ia memang tidak mau
pergi bersama Pak Anton.
“Ya sudah kalau begitu. Mungkin kapan-kapan kita bisa makan bersama kalau kamu sempat.” Ujar Pak Anton.
“Ya Pak” jawab Sasha. Sasha merasa agak lega karena tampaknya ia
berhasil meloloskan diri dari permintaan Pak Anton untuk sementara.
Walaupun ia tahu bahwa Pak Anton pasti tidak akan menyerah begitu saja.
Sasha segera keluar dari ruangan Pak Anton.
“Huff…” Sasha menghela nafas sejenak dan menyandarkan tubuhnya ke dinding.
“Eh, kenapa Sha?” terdengar suara wanita yang memanggilnya. Sasha
menoleh ke arah suara itu dan ia melihat rekannya, Sherly, sedang
berdiri disampingnya sambil memegangi dokumen-dokumen lainnya.
“Ah, nggak apa-apa, Sher.”
“Yakin tuh? Mukamu kelihatan lelah banget!” tanya Sherly dengan raut wajah khawatir.
“Iya, soalnya aku dari pagi harus mengetik dokumen untuk Pak Anton. Akhirnya kelar juga deh…” ujar Sasha sambil menghela nafas.
“Yaah… Kamu sih, supervisornya Pak Anton. Terus bagaimana tuh? Kamu
diapa-apain nggak?” tanya Sherly seraya melirik ruangan Pak Anton.
“Diajakin makan bareng lagii…” jawab Sasha sedikit kesal.
“Heeh?! Udah yang keberapa kali tuh minggu ini?” tanya Sherly seolah
tidak percaya. Sasha menaikkan tangannya dan mengacungkan 4 jari-jari
lentiknya dihadapan Sherly dengan raut wajah masam.
“Udah, sabar aja dulu! Siapa tahu nanti dia dimutasi ke cabang lain?
Lagian kamunya juga sih! Siapa suruh cantik?” goda Sherly sambil
tersenyum dan mencubit pipi Sasha.
“Aduuh! Dasar usil!” protes Sasha sambil melepaskan cubitan Sherly di pipinya.
“Oh iya! Sha, ini ada titipan dari Pak Leo ke Aldy. Tolong kamu
serahkan sesegera mungkin karena katanya penting!” ujar Sherly sambil
menyodorkan sebuah disket ke Sasha.
“Memangnya apa sih isinya?” tanya Sasha sambil menerima disket itu.
“Tahu deh? Mungkin data keuangan yang diperiksa Pak Leo.” Jawab Sherly ragu-ragu.
“Ooh, iya deh. Nanti kuserahkan ke Aldy!” ujar Sasha.
“Ya sudahlah! Kamu sudah mau pulang kan? Cepat bereskan barang-barangmu sana! Nanti dipanggil Pak Anton lagi lhoo…” ejek Sherly.
“Nggak mauu! Ya sudah! Aku pulang dulu ya, Sher!” seru Sasha yang
segera berlalu ke mejanya. Sasha segera mengemas barang-barang di
mejanya kedalam tasnya. Mungkin karena terburu-buru, Sasha lupa
memasukkan disket untuk Aldy kedalam tasnya. Tanpa sempat memeriksa
barang-barangnya lebih lanjut, Sasha segera berlari keluar dari
kantornya menuju halte bus secepat mungkin karena ia mengejar bus
terakhir malam itu.
Sementara itu, Sherly baru melihat disket titipan Pak Leo yang
tertinggal di atas meja Sasha. Sherly dengan buru-buru membawa disket
itu Sasha dan segera berusaha mengejar Sasha. Namun dalam perjalanan
keluar, Sherly berpapasan dengan Pak Anton yang baru keluar dari
ruangannya.
“Lho, ada apa Sherly? Kok buru-buru?” tanya Pak Anton.
“Saya mau menyusul Sasha, Pak! Ada disket titipan Pak Leo untuk Pak Aldy yang tertinggal!”
“Oh, kalau begitu, serahkan saja disket itu ke saya. Besok akan saya serahkan ke Sasha.” Usul Pak Anton.
“Tapi Pak…”
“Sudah, tidak apa-apa! Sasha mungkin sudah pulang sekarang kan?
Lagipula saya supervisornya, jadi besok saya pasti bertemu dengannya.
Atau, kamu tidak percaya dengan saya?” tanya Pak Anton sambil melirik
tajam kearah Sherly.
“Ti…tidak Pak! Ini disketnya. Tolong diserahkan ke Sasha atau Pak
Aldy besok.” Jawab Sherly yang kalah dengan kengototan Pak Anton sambil
menyodorkan disket itu.
“Nah, begitu dong!” Pak Anton tersenyum sambil menerima disket itu
dari tangan Sherly. Pak Anton lalu berlalu masuk kembali ke dalam
ruangannya. Meninggalkan Sherly yang masih kebingungan.
Beberapa saat kemudian, Pak Anton akhirnya menyelesaikan pemeriksaan
dokumen-dokumen yang diketik oleh Sasha. Ia merasa puas dengan hasil
kerja anak buahnya itu. Pak Anton segera beranjak untuk pulang. Namun
sebelumnya, ia merasa penasaran akan isi disket yang ditujukan ke Aldy.
Maka Pak Anton kembali menyalakan komputernya dan memasukkan disket itu.
Selama beberapa saat, Pak Anton membaca isi disket itu. Ia tersenyum
lebar saat mengamati data-data dalam disket itu.
“Hmm… menarik! Benar-benar menarik!” ujarnya sambil tersenyum menyeringai.
Sementara itu, Sasha akhirnya tiba di rumahnya. Sesampainya di ruang
tamu, Sasha segera disambut oleh Aldy yang sudah menunggunya dari tadi
“Met malam, sayang. Bagaimana lemburnya?” tanya Aldy sambil tersenyum pada Sasha.
“Aah… capeek…” jawab Sasha sambil melemaskan otot-ototnya.
“Ya sudah, ayo cepat tidur. Sudah hampir jam 1 lho…”
“Iya, iyaa… maunya juga begitu, Aldyy…” Sasha menjawab dengan nada malas.
“O iya, tadi Pak Leo menitipkan disket untukku, tidak?” tanya Aldy tidak sabaran.
“Idiih… dasar!! Yang ditungguin rupanya disket itu ya? Bukan aku ya?” balas Sasha dengan raut wajah merengut.
“Bukan begitu. Aku juga nungguin kamu kok, Sha! Cuma isi disketnya penting sekali, rahasia perusahaan.” Terang Aldy.
“Tenang saja. Ada kok di tasku!” jawab Sasha tersenyum sambil merogoh
tasnya untuk mencari disket itu, namun ia panik karena tidak bisa
menemukan disket itu dimana-mana.
“Eh, kok nggak ada?!” seru Sasha dengan panik. Anehnya, Aldy tampak lebih panik lagi.
“Yang benar, Sha? Kamu beneran bawa pulang kan?” tanya Aldy dengan wajah pucat.
“Aduuh! Pasti tertinggal di mejaku deh! Soalnya aku tadi kan buru-buru!”
“Astagaa! Kok bisa sih, Sha?” seru Aldy dengan bingung. Sasha makin
penasaran dengan sikap Aldy yang begitu mencemaskan sebuah disket biasa.
“Besok kuambil deh! Memangnya isinya apaan sih? Kok kamu panik begitu?” tanya Sasha penasaran.
Aldy menghela nafas panjang untuk menenangkan diri. Ia lalu berbisik
pelan ke telinga Sasha untuk menjelaskan isi disket itu. Sasha menyimak
penjelasan itu dengan baik. Namun lama kelamaan matanya membelalak
seperti terkejut saat mendengar penjelasan Aldy lebih lanjut.
“Ya ampun Aldyyy!!!” sontak Sasha berteriak setelah mendengar seluruh penjelasan Aldy.
“Kamu… kamu menggelapkan pajak?! Pak Leo juga?!” tanya Sasha dengan nada tinggi penuh emosi pada Aldy.
“Ssst! Jangan keras-keras, Sha!” bujuk Aldy pada istrinya yang mulai panik itu.
“Kenapa sih kamu sebodoh itu?! Untuk apa kamu menggelapkan pajak?
Bagaimana kalau ketahuan?!! Kita bisa dipecat dan kamu bisa dipenjara
tahu!!” seru Sasha.
“Iyaa… aku tahu! Tapi kita butuh uang untuk keperluan sehari-hari.”
“Itu bukan alasan! Kita kan masih punya gaji!! Bagaimana kalau ada yang tahu?!” tanya Sasha penuh kepanikan.
“Ya sudahlah, kamu tenang saja, Sha. Besok kamu ambil saja disketnya
di mejamu dan langsung saja serahkan ke aku! Lagipula disketnya cuma
bisa dibuka oleh pegawai supervisor keatas. Jadi kita bisa tenang
sementara” jawab Aldy berusaha menenangkan Sasha.
Sasha hanya menghela nafas pelan. Ia tidak mau berbicara lebih lama
lagi dengan Aldy, lagipula ia sudah amat kelelahan dan kepalanya sudah
penuh dengan rasa penat dari tadi pagi. Persoalan Aldy semakin menambah
masalahnya saja dan Sasha sudah tidak mau berpikir lebih lama lagi.
Sasha segera beranjak pergi ke kamar tidurnya dan tidur dengan keadaan
galau tanpa bicara sepatah katapun ke suaminya itu. Tidak jauh berbeda
dengan Sasha, Aldy juga terpaksa tidur dengan perasaan kacau. Mereka
berdua hanya bisa berharap kalau disket itu tidak ditemukan oleh
siapapun hingga diambil oleh Sasha esok harinya.
Esoknya, Sasha segera berangkat ke kantornya pagi-pagi sekali dengan
penuh kecemasan. Semoga saja tidak ada yang sempat melihat isi disket
itu sebelum ia tiba dikantor. Sesampainya di kantor yang masih dalam
keadaan sepi, Sasha tidak menyia-nyiakan waktu lagi. Segera dicarinya
disket itu di atas mejanya beserta dengan tumpukan berbagai dokumen yang
sekarang tersusun diatas mejanya. Sasha semakin panik dan bingung saat
ia tidak berhasil menemukan disket itu. Padahal ia sudah mencari di tiap
jengkal meja kerjanya, namun hasilnya nihil. Sasha yakin kalau disket
itu terakhir kali ditaruhnya di atas meja kerjanya itu.
“Pagi, Sasha!” tiba-tiba suara panggilan dari seorang pria
mengejutkan Sasha. Sasha menoleh dan ia melihat Pak Anton sudah berdiri
dibelakangnya. Perasaan Sasha makin kacau dengan munculnya pria yang
paling tidak ingin ditemuinya saat itu. Namun Sasha berusaha mengontrol
emosinya.
“Pa…pagi, Pak!” jawab Sasha gagap.
“Wah, kenapa pagi-pagi begini sudah rajin?” tanya Pak Anton sambil tersenyum pura-pura tidak mengetahui masalah Sasha.
“Eh… tidak pak! Kemarin ada yang ketinggalan!”
“Apa yang ketinggalan, Sasha? Disket?” tanya Pak Anton dengan
santainya. Sasha bagaikan disambar petir mendengar pertanyaan Pak Anton
itu. Berarti ada kemungkinan bahwa benda yang paling ingin
dirahasiakannya malah sekarang berada di tangan orang yang paling
berbahaya di kantor itu. Apalagi Pak Anton termasuk orang yang bisa
mengakses isi disket
“Ba… bapak, disketnya di tempat bapak?!” tanya Sasha seolah tidak percaya.
“Hmm… Begini saja, bagaimana kalau kamu sekarang ikut ke ruangan
saya?” ujar Pak Anton yang segera berjalan masuk ke ruangannya dengan
diikuti oleh Sasha yang gelisah. Sasha tidak bisa menyembunyikan rasa
tegang dan kegelisahannya yang terpancar jelas di raut wajahnya
“Sasha, kenapa kamu gelisah begitu? Sayang lho wajah cantikmu jadi
muram begitu.” Goda Pak Anton dengan santainya. seraya merebahkan
dirinya di kursi kerjanya sementara Sasha duduk perlahan-lahan di
hadapan Pak Anton. Sasha berusaha untuk tidak menghiraukan godaan Pak
Anton, sekarang ia hanya fokus untuk mendapatkan kembali disket itu dan
menjaga rahasia Aldy.
“Kamu tahu, Sasha? Kemarin saya baru mengetahui kalau perusahaan kita
bemasalah!” Sasha terhenyak mendengar perkataan Pak Anton itu. Apa
mungkin Pak Anton sudah mengetahui rahasia Aldy? Perasaan Sasha kian
berkecamuk, namun ia tetap berusaha untuk menenangkan diri.
“Ma… masalah apa, Pak?” tanya Sasha berusaha untuk menutupi kegalauannya.
“Begini, saya baru tahu kalau bagian keuangan perusahaan ini rupanya
tidak beres! Padahal saya merasa kalau Pak Leo adalah orang yang jujur
dan cermat. Rupanya pendapat saya salah!”
“Maksud… Bapak?”
“Disket yang kamu cari itu berisi bukti-bukti penggelapan pajak oleh
Pak Leo yang dibantu oleh suamimu, kan?” seketika itu juga tubuh Sasha
terasa lemas mengetahui kenyataan bahwa rahasia Aldy sudah diketahui
oleh Pak Anton. Kepala Sasha sudah tidak bisa berpikir lagi karena
kepanikannya dan rasa putus asa yang menyelimuti tubuhnya dengan pekat.
“Tidak… pak…”
“Jangan berkilah Sasha, kamu tahu tentang penggelapan ini kan? Ini
berarti kamu terlibat dalam kasus ini! Buktinya, hari ini kamu sengaja
datang ke kantor pagi-pagi sekali untuk mengambil disket itu!” ujar Pak
Anton menakut-nakuti Sasha.
“Tapi…” jawab Sasha dengan nada panik, kini ia malah ikut terlibat
dalam kejahatan suaminya itu. Padahal tadinya ia sama sekali tidak
bersalah dalam perkara ini.
“Kamu tahu, kalian bisa dipenjara karena penggelapan ini! Lihat,
jumlah uang yang digelapkan sudah sejumlah 530 juta rupiah! Disini juga
ada bukti transfer uang ke rekening suamimu oleh Pak Leo.” ujar Pak
Anton sambil menunjukkan angka-angka dan perincian di komputernya pada
Sasha.
Memang Sasha bisa melihat didalam disket itu tertulis lengkap aliran
dana penggelapan itu dan termasuk di dalamnya beberapa nama yang
bertanggung jawab. Sasha tertegun melihat jumlah nominal 85 juta rupiah
yang ditujukan ke rekening Aldy. Bagaimana mungkin Ia tidak menyadari
uang sebanyak itu masuk kedalam rekening suaminya? Sasha semakin
menyesali sikapnya yang tidak pernah mengontrol kegiatan Aldy
sehari-hari.
“Nah, sekarang kita masuk ke pokok permasalahannya!” ujar Pak Anton
dengan raut muka serius. Ia tahu kalau ini adalah kesempatan emasnya
untuk menaklukkan Sasha, incarannya dari dulu itu. Namun, terlebih
dahulu, ia harus memastikan bahwa Sasha dalam keadaan tidak bisa menolak
permintaannya lagi.
“Saya tidak bisa berdiam diri melihat adanya tindakan penggelapan
yang merugikan perusahaan ini. Bagi saya, ini adalah sesuatu yang tidak
boleh dibiarkan, apalagi sekretaris saya terlibat! Apa boleh buat, saya
terpaksa melaporkan kalian ke aparat kepolisian!” ancam Pak Anton.
“Tapi… tapi Pak…” Sasha mulai menangis sesunggukan. Ia merasa amat
takut mendengar ancaman Pak Anton. Apalagi saat mendengar kata “polisi”.
Sasha takut apabila mereka dipenjara. Siapa yang akan menjaga Alyssa,
buah hati mereka yang masih kecil? Lagipula mereka tidak bisa lagi
memperlihatkan muka mereka karena rasa malu akibat kasus ini belum lagi
rasa malu yang akan ditanggung Alyssa kelak.
“Tolong Pak… Saya akan berusaha untuk mengembalikan semua uang itu
sesegera mungkin… Saya… saya juga baru tahu soal penggelapan ini dari
Aldy kemarin malam…” jelas Sasha dengan suara terbata-bata.
“Ini bukan masalah uang, Sasha! Ini masalah integritas! Kalaupun kamu
mengembalikan uang itu, tidak ada jaminan kalau hal ini tidak akan
terulang lagi!!” seru Pak Anton sambil melabrak mejanya dengan keras
sehingga Sasha terkejut dan semakin gemetar ketakutan. Dalam hati, Pak
Anton tersenyum melihat reaksi Sasha yang semakin ketakutan. Pak Anton
semakin gencar menakut-nakuti Sasha, apalagi dilihatnya raut wajah penuh
keputusasaan Sasha seolah sudah pasrah menerima nasibnya.
“Pak… saya mohon!! Tolong jangan laporkan kami Pak… Saya bersedia
melakukan apapun… asal bapak tidak melaporkan kami! Pak… Anak saya
dirumah masih kecil… Kalau kami dipenjara, siapa yang akan merawatnya?”
pinta Sasha dengan penuh keputusasaan.
Akhirnya! Seru Pak Anton dalam hati, itulah kata yang dari tadi ia
tunggu-tunggu keluar dari mulut Sasha. Sekarang Pak Anton memperoleh
kesempatan langka untuk mendapatkan incarannya sejak lama itu.
“Hmm… yah, saya bisa mengerti perasaanmu sebagai seorang ibu bagi
anakmu. Saya bisa saja mendiamkan kejadian ini, tapi tentunya saya harus
mendapat imbalan yang setimpal. Karena sebenarnya saya melanggar
prinsip kejujuran dan integritas saya kalau saya menolong kalian.” Kata
Pak Anton pongah.
“Apa saja pak… apapun yang bapak minta, pasti saya lakukan… tapi tolong jangan laporkan kami…” ujar Sasha.
“Kalau begitu, saya boleh minta kamu melakukan apapun?! Apa kamu
serius?!” tanya Pak Anton dengan sorot mata tajam untuk memastikan
takluknya Sasha.
“Iya Pak… Saya serius…” Sasha hanya mengangguk pelan dan tertunduk pasrah menjawab pertanyaan Pak Anton itu.
Pak Anton segera beranjak dari kursinya begitu mendengar pernyataan
“kekalahan” Sasha itu. Ia lalu berjalan mendekati Sasha yang masih
terduduk di kursinya dalam keadaan tertunduk lesu. Pak Anton mengamati
tubuh Sasha secara seksama.
Betapa gemasnya dirinya melihat Sasha, si cantik yang sudah lama
diincarnya terduduk tanpa daya di kursi itu. Tangan Pak Anton tidak
sabar lagi menjamah tubuh mulus Sasha dan menikmati kelembutannya. Tapi
Pak Anton berusaha menjaga kesabarannya, tentu saja Ia masih menyimpan
dendam dengan Sasha yang seringkali tampak menghindarinya dan tentu saja
Sasha harus dihukum atas perbuatannya itu. Namun hukuman apa yang cocok
untuk Sasha? Tiba-tiba, Pak Anton teringat dengan berita di pagi itu
yang bertajuk
“Kontroversi UU Nikah Siri”. Pak Anton tertawa lebar dalam hati.
akhirnya ia berhasil menemukan cara yang sangat tepat untuk
mempermalukan wanita cantik seperti Sasha.
“Ehm… Sasha!” Pak Anton mendehem sejenak dan memanggil Sasha.
“I…iya Pak…” jawab Sasha pelan.
“Begini. Saya baru saja memutuskan untuk menjaga rahasia kalian berdua! Tapi tentu saja ada syaratnya!”
Mendengar pernyataan Pak Anton, sejenak rasa gelisah di hati Sasha
terlepas. Sekarang ia tidak perlu lagi khawatir akan rahasia Aldy yang
terbongkar. Sasha berpikir bahwa syarat dari Pak Anton tentunya hanyalah
untuk mengembalikan dana yang digelapkan, sehingga Sasha merasa kini ia
hanya perlu mengembalikan uang itu.
“Terima kasih, Pak Anton! Terima kasih! Saya akan menuruti kemauan
bapak! Uang itu akan segera
saya kembalikan!” ujar Sasha dengan lega.
“Eeh? Tunggu dulu! Siapa yang menyuruh kamu untuk mengembalikan uang itu?” tanya Pak Anton dengan raut wajah mengrenyit.
“Ma…maksud Bapak?” tanya Sasha yang kembali kebingungan.
“Uang itu boleh kalian simpan! Saya tidak butuh uang kalian. Saya
akan menganggap penggelapan ini tidak pernah terjadi dan bahkan disket
ini akan saya kembalikan dengan satu syarat yang harus kamu penuhi
sendiri dan tentunya itu tidak berkaitan dengan uang kalian!”
“A… apa Pak?” Sasha semakin penasaran dengan syarat Pak Anton.
“Saya minta kamu untuk menikah siri dengan saya!” jawab Pak Anton
dengan tegas tanpa keraguan sedikitpun. Seketika itu pula Sasha serasa
tersambar petir mendengar ucapan Pak Anton. Ia amat terkejut hingga
tidak percaya akan syarat yang diucapkan Pak Anton barusan.
“Apa…?!”
“Wah, ternyata belum jelas ya?”, Pak Anton menggelengkan kepalanya
sejenak. “Saya minta agar kamu menikah siri dengan saya! Kawin kontrak!”
tegas Pak Anton sekali lagi.
Perasaan Sasha terguncang hebat saat kembali mendengar ucapan Pak
Anton itu. Ia merasa dihina dan direndahkan sekali saat diberikan syarat
seperti itu. Lagipula, ia sudah bersuami dan tidak mungkin ia memenuhi
permintaan nikah siri Pak Anton yang juga berarti ia mengkhianati cinta
suaminya itu.
“Tidak… tidak mungkin, Pak! Saya tidak mau!” Sasha segera beranjak
pergi menuju pintu keluar ruangan itu. Namun belum sempat ia keluar,
kembali terdengar suara Pak Anton dari belakang.
“Baiklah kalau begitu, saya rasa kalian harus siap menitipkan anak
kalian di panti asuhan untuk sementara!” mendengar suara Pak Anton itu,
sekujur tubuh Sasha terasa lemas dan tenaganya menghilang. Apalagi saat
mendengar nasib yang menunggu anaknya itu.
“Pikirkan lagi, Sasha. Kamu bisa menjaga rumah tanggamu dan menyimpan
uang kalian tanpa kurang sepeserpun dengan memenuhi syarat dari saya!
Lagipula, kamu hanya akan menikah siri, dan mas kawin kita bisa kamu
simpan! Tentu saja, hal ini akan jadi rahasia kita berdua saja. Aldy dan
orang lain tak perlu tahu! Saya bisa menjamin kerahasiaan pernikahan
kita!” bujuk Pak Anton.
“Sasha, ingat kalau masalah ini adalah akibat
ulah Aldy! Untuk apa kamu tetap setia padanya?! Dia yang membuatmu
mendapat masalah seperti ini, bukan?!” tambahnya.
Mendengar bujukan Pak Anton, membuat Sasha merasa tidak punya pilihan lain lagi.
“Kapan… pak?!”
“Hm?!”
“Kapan… bapak mau menikahi saya?” tanya Sasha dengan terbata-bata.
Pak Anton tidak bisa menyembunyikan kegirangannya lagi. Akhirnya
mimpinya sejak lama terwujud juga! Sasha, idola para lelaki di kantor
akan segera menikah dengannya.
“Erhm! Kalau begitu, saya minta kamu untuk menyiapkan diri. Minggu
depan, saya akan meminta Pak Leo untuk mengadakan perjalanan keluar kota
dengan Aldy selama seminggu penuh, saya yakin dia tidak akan menolak
saya dengan posisinya sekarang! Kamu sendiri, tolong siapkan keperluanmu
untuk pernikahan kita nanti. Saya akan menjemputmu dan anak kalian
begitu Aldy lepas landas!” terang Pak Anton.
Sasha hanya mengangguk pelan mendengar instruksi Pak Anton. Pak Anton
lalu mengembalikan disket itu ke Sasha setelah mengcopy isi disket itu
ke komputernya.
“Ini untuk jaminan.” ujar Pak Anton sambil tersenyum memuakkan saat
mengcopy isi disket itu.
“Kalau kamu macam-macam, kamu tahu akibatnya!”
ancamnya kembali pada Sasha. Sasha hanya tertunduk lesu saat mengambil
kembali disket itu. Begitu pulang, Sasha menyerahkan disket pada Aldy
itu sambil menahan perasaannya seolah tidak terjadi apapun di kantor
hari itu. Bagaimanapun juga, Sasha berusaha menjaga rahasia barunya itu
demi keutuhan rumah tangganya dan juga untuk masa depan Alyssa.
Beberapa hari kemudian, semua yang dikatakan Pak Anton terjadi. Aldy
dan Pak Leo terbang ke Sulawesi untuk urusan dinas. Tentu saja, Pak Leo
terpaksa berangkat karena perintah Pak Anton yang merupakan atasan
tertinggi di kantor itu, ditambah dengan sedikit “paksaan” berkaitan
dengan penggelapan pajak itu. Namun baik Aldy maupun Pak Leo sama sekali
tidak tahu apa tujuan Pak Anton sebenarnya. Sasha yang sudah tahu akan
peranannya mempersiapkan dirinya sebaik mungkin. Pagi-pagi sekali, Pak
Anton tiba dirumah Sasha dengan sedan berwarna putih sekitar jam 8 pagi.
Pak Anton tersenyum melihat Sasha yang sudah menunggu di pekarangan
rumahnya dengan menggendong Alyssa dan membawa sebuah koper besar.
“Wah, sudah lama ya menunggu? Ayo masuk!” ujar Pak Anton tersenyum
sambil membuka pintu mobilnya dan mempersilahkan Sasha dan Alyssa masuk.
Sasha segera menuruti perintah Pak Anton tanpa bicara sepatah kata
pun. Koper Sasha dimasukkan ke bagasi dan mobil itu pun segera melaju ke
daerah Puncak. Perasaan Sasha kacau balau dalam perjalanan itu.
Kepalanya dipenuhi berbagai macam pikiran yang terus menyiksanya,
apalagi kalau mengingat ia sedang mengkhianati Aldy saat ini. Pikiran
Sasha terasa buntu karena kelelahan dan ia pun tertidur dalam
perjalanan. Akhirnya, mobil itu sampai di sebuah villa besar yang
kemudian diketahui merupakan villa milik Pak Anton. Waktu saat itu
menunjukkan pukul 12 siang saat itu. Mobil itu langsung diparkir masuk
kedalam garasi dan Sasha dibawa masuk melalui pintu samping villa yang
megah itu.
“Nah, Sasha. Kamu boleh bawa Alyssa untuk beristirahat di kamar
lantai atas. Saya akan menunggu kamu diruang tamu.” Ujar Pak Anton
sambil memberikan kunci kamar untuk Sasha.
Sasha mengambil kunci di tangan Pak Anton dan menidurkan Alyssa di
kamar itu. Setelah
memastikan kalau Alyssa sudah tidur, Sasha segera
beranjak keruang tamu untuk menemui Pak
Anton. Pak Anton tersenyum lebar
saat melihat Sasha turun dari lantai atas.
“Bagaimana, Alyssa sudah tidur?” tanya Pak Anton.
“Sudah pak…” jawab Sasha pelan.
“Bagus! Ingat, selama kamu ada di villa saya, kamu harus menuruti
semua perintah saya tanpa menolak sedikitpun! Kalau kamu menurut, saya
jamin kamu tidak akan menyesal, tapi kalau sekali saja kamu membangkang,
saya akan memastikan kalau nasib rumah tanggamu hancur sama sekali!
Kamu mengerti?!” ancam Pak Anton dengan suara keras.
Sasha hanya mengangguk pelan. Sasha sudah tahu kalau sekarang ia
sudah didalam cengkraman kekuasaan Pak Anton dan tidak mungkin lagi
baginya untuk mundur. Sekarang ia hanya memasrahkan dirinya untuk
menuruti kemauan Pak Anton. Pak Anton segera beranjak berdiri dan
mendekati Sasha. Pak Anton lalu berjalan berputar mengelilingi Sasha
yang berdiri di tengah ruangan itu sambil mengamati tubuh molek Sasha.
Senyum Pak Anton yang memuakkan tampak jelas saat melihat-lihat kulit
putih mulus Sasha, pantat Sasha yang bulat dibalik celana jins yang
dipakai Sasha maupun dada Sasha yang tampak membusung karena sempitnya
blouse putih yang dipakai Sasha. Pak Anton merasa amat beruntung karena
akan segera mendapatkan “istri” secantik Sasha. Wajah Pak Anton bagaikan
anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan baru dan tidak sabar untuk
memainkan mainan itu.
“Hmm… Pak penghulu baru bisa datang jam 4 sore nanti. Sekarang baru
jam setengah 2. Kita punya banyak waktu untuk bersiap-siap!” gumam Pak
Anton.
“Ayo, ikut saya!” Pak Anton menarik lengan Sasha dan membimbingnya ke
kamar mandi. Sasha hanya mengikuti Pak Anton tanpa memberontak.
Sasha tertegun sejenak saat melihat luasnya kamar mandi villa itu
yang dilengkapi bathtub marmer seperti sebuah kolam kecil. Pak Anton
tidak lupa memberi wewangian lavender sehingga aroma lavender terpancar
dari kamar mandi itu. Pak Anton lalu memutar keran air sehingga air
hangat memancar dari keran dan mengalir memenuhi bathtub itu. Sambil
menunggu air hangat memenuhi bathtub itu, Pak Anton segera melepaskan
semua pakaiannya sehingga tubuhnya telanjang bulat tanpa sehelai
benangpun. Sasha takjub saat melihat ukuran kemaluan Pak Anton yang
sudah mengacung keras. Penis yang gemuk dan panjang itu berukuran jauh
lebih besar daripada penis Aldy, sekitar 20 cm. Tonjolan otot urat
kemaluannya terlihat jelas dan berkilat menantang.
“Ayo, kamu juga! Lepaskan semua bajumu!” perintah Pak Anton yang segera dituruti Sasha.
Mula-mula Sasha menurunkan celana jinsnya sehingga terlihatlah
sepasang jenjang kaki yang mulus dan indah. Paha Sasha yang padat dan
bulatan elok pinggulnya tampak begitu indah dipadukan dengan pinggangnya
yang ramping dan elok. Sebuah celana dalam putih masih terpasang
melindungi daerah selangkangan Sasha.
Pak Anton berdecak kagum melihat bayangan pantat Sasha yang bulat dan
padat dibalik celana dalam putih itu. Jarang sekali dilihatnya wanita
dengan pantat sebagus itu. Sasha kemudian melepas blousenya sehingga
tubuhnya kini hanya tertutup oleh sebuah bra berwarna putih berenda dan
celana dalam putihnya. Tubuh putih mulus Sasha tampak terawat dengan
sangat baik. Payudaranya yang berukuran sedang namun padat tampak serasi
dengan ukuran tubuh Sasha dan semakin mempercantik bentuk tubuhnya,
walaupun dada cantik itu masih tertutup oleh mangkuk bra Sasha. Sasha
berhenti sejenak melepas pakaiannya, wajahnya tampak memerah karena malu
dan keraguan terpancar jelas dari raut wajahnya.
“Lho? Kenapa ragu-ragu? Ayo, lepas semuanya! Atau kamu mau saya yang
melepaskan?” hardik Pak Anton, namun Sasha hanya diam terpaku.
“Ya sudah kalau begitu!” Pak Anton mendekati tubuh Sasha.
Tangan Pak Anton segera melepas kait bra Sasha sehingga bra putih
berenda itu pun terlepas dan jatuh ke lantai, menampakkan kedua payudara
Sasha yang kini menggantung indah di dadanya. Otomatis kedua tangan
Sasha bereaksi cepat menutupi payudaranya. Namun Pak Anton sudah
memegang kedua sisi pinggiran celana dalam Sasha dan melorotkannya
dengan cepat melewati jenjang kaki mulus itu. Sasha tampak kebingungan
untuk menutupi wilayah-wilayah vitalnya tapi Pak Anton langsung menarik
turun tangan Sasha yang menutupi payudaranya. Akhirnya tubuh Sasha
terpampang jelas, telanjang bulat dihadapan Pak Anton. Pak Anton tidak
henti-hentinya berdecak kagum melihat keindahan dan kemolekan tubuh
Sasha itu. Kewanitaan Sasha tampak terawat dan hanya tampak sedikit
ditumbuhi rambut-rambut halus yang rapi. Mata Pak Anton langsung
jelalatan melihat indahnya bentuk tubuh Sasha, yang bahkan tidak pernah
dilihatnya di film-film porno
“Waduh… benar-benar badan yang bagus sekali!” puji Pak Anton. Sasha
hanya memalingkan mukanya yang memerah karena malu. Baru kali ini ada
orang yang melihat tubuh telanjangnya selain Aldy, suaminya itu.
PLAAK! “Aduh!” Sasha menjerit saat tangan Pak Anton menepuk keras bongkahan pantatnya yang mulus.
“Ayo, masuk ke bak mandinya!” perintah Pak Anton sambil mendorong
pantat Sasha ke depan. Sasha pun terpaksa memasuki bathtub itu. Pak
Anton lalu menyusul masuk dan merebahkan dirinya di sudut bathtub itu.
Sasha hanya terduduk kebingungan dihadapan Pak Anton.
“Sha, ayo ke sini!” ujar Pak Anton seraya melambaikan tangannya.
Sasha dengan patuh mendekatkan dirinya ke tubuh Pak Anton. Pak Anton
segera merangkul Sasha sehingga tubuh mereka berdua berhimpitan.
“Ayo, kamu menyandar di badan saya!” kata Pak Anton seraya menyandarkan tubuh lembut Sasha kedadanya.
Sasha berusaha untuk menyamankan dirinya dengan bersandar di perut
buncit Pak Anton yang kenyal seperti bantal itu, walaupun bulu-bulu
lebat di dada Pak Anton terasa mengganggu punggungnya. Sasha berusaha
menghilangkan pikirannya yang sedari tadi terus berkecamuk dengan cara
menikmati air hangat itu. Selama beberapa saat, Pak Anton meresapi
nikmatnya berendam di air hangat sambil ditemani seorang wanita secantik
Sasha. Sesekali Pak Anton menciumi rambut panjang Sasha yang wangi
ataupun memeluk erat tubuh Sasha, seolah meresapi kelembutan tubuh
wanita cantik itu. Pak Anton tersenyum mensyukuri keberuntungannya.
Sasha, si pujaan para lelaki di kantor itu kini sepenuhnya miliknya;
akhirnya ia telah mendapatkan intan yang amat berharga itu.
“Sasha. Ayo kamu berdiri di tengah, sayang!” perintah Pak Anton sambil melepaskan pelukannya ditubuh Sasha.
Sasha segera bergerak menuju ketengah bathtub itu dan berdiri
mematung disana. Dengan air hangat setinggi lutut itu, tubuh Sasha
tampak terpampang jelas. Kilatan air yang membasahi tubuhnya juga
menimbulkan kesan sensual apalagi dengan uap-uap disekitar permukaan air
yang seolah menciptakan panorama indah bagi pemandian seorang bidadari
yang cantik seperti Sasha. Pak Anton sendiri tak hentinya terkagum-kagum
melihat pemandangan itu. Pak Anton segera beranjak keluar dari bathtub
itu dan mengambil sebuah baki kayu yang berisi sabun, sponge, shampoo
dan berbagai peralatan mandi. Pak Anton lalu kembali masuk ke dalam
bathtub itu dan berjalan mendekati Sasha.
“Nah, Bapak mandikan ya, Sasha?” tanya Pak Anton sambil tersenyum cengengesan.
Sasha sendiri sudah tahu tujuan Pak Anton pasti berbeda dari hanya
sekedar “memandikan” dirinya, namun Sasha juga tidak tahu apa rencana
Pak Anton sesungguhnya. Bahkan Aldy sendiri yang tak lain merupakan
suami Sasha tidak pernah bercinta dengannya di kamar mandi, sehingga
Sasha masih belum berpengalaman tentang percintaan di kamar mandi.
“Hyaa?” Sasha menjerit kaget saat merasakan cairan sabun beraroma
mawar yang sejuk dan licin itu dituangkan ke pundaknya sehingga meluber
ke punggungnya yang mulus.
Pak Anton mulai beraksi, tubuhnya ditempelkan di punggung Sasha dan
digosokkannya sabun itu ke tubuh Sasha lewat tubuhnya seperti sebuah
sponge. Sasha merasa agak risih karena tubuh Pak Anton yang berbulu
lebat itu bergesekan dengan tubuhnya yang mulus, apalagi saat merasakan
penis Pak Anton yang besar itu sesekali bersentuhan dengan pantatnya
seiring dengan gosokan tubuh Pak Anton. Pak Anton sendiri berusaha untuk
meresapi kelembutan tubuh Sasha yang digosok-gosok dengan badannya yang
gemuk.
Pak Anton tidak cepat puas, ia lalu menuangkan sabun cair itu
ketelapak tangannya dan segera meremas dada cantik milik Sasha dari
belakang sambil sesekali mengusapkan sabun itu ataupun memencet puting
susu Sasha dengan pelan, sehingga punggung dan dada Sasha kini dipenuhi
dengan busa sabun.
“Achh…” desah Sasha pelan saat Pak Anton memencet puting susunya
sambil mengocok-ngocok payudaranya. Sasha bisa merasakan kalau penis Pak
Anton terasa agak sedikit membesar saat
“memandikan” tubuhnya itu.
Perlahan-lahan, jangkauan tangan Pak Anton semakin turun kebagian
bawah tubuh Sasha. Dengan pelan diusapkannya sabun itu ke perut ramping
Sasha, jari kelingkingnya tiba-tiba mencolek pusar Sasha sehingga Sasha
mengaduh pelan. Setelah menyabuni perut Sasha, Pak Anton lalu
melanjutkan aksinya dengan menyabuni pinggang Sasha dengan pelan, seolah
meresapi keelokan lekuk tubuh Sasha di telapak tangannya.
“Nah, saya juga harus membersihkan tubuhmu di sini juga!” ujar Pak
Anton sambil membelai pantat Sasha. Kembali sabun cair itu dituangkan
Pak Anton, namun kali ini ke bongkahan pantat Sasha. Pak Anton lalu
mulai memijat pelan pantat Sasha dengan kedua telapak tangannya.
“Aah… ehmm…” Sasha merasa agak rileks dengan pijatan itu.
Pak Anton juga memijat pinggang Sasha dan menekan pinggul wanita itu,
sehingga muncul gelombang rasa geli yang mulai mendera tubuh Sasha dari
pantat dan pinggangnya. Lama kelamaan, Sasha pun mulai merasa gairah
seksualnya terbangkitkan oleh rasa nyaman dan nikmat dari pijatan itu.
“Kya… Haah!” desahnya pelan saat Pak Anton menekan tulang pinggangnya.
“Sasha, lebarkan pahamu dan menungginglah!” perintah Pak Anton yang dituruti dengan patuh oleh Sasha.
Sasha lalu menuju ke pinggiran bathtub itu dan menunggingkan dirinya
di tepian bathtub itu. Pak Anton masih belum mau melepaskan tangannya
dari pinggang dan pantat Sasha yang terus dipijatnya dengan sabun.
Sekarang Sasha dalam posisi menungging dengan Pak Anton berjongkok
dibelakang tubuhnya sambil terus memijati pantat Sasha. Lama kelamaan,
Pak Anton tidak dapat menahan dirinya lebih lama lagi saat melihat
pantat montok dan indah milik Sasha itu terpampang jelas dihadapannya.
“Ah! Jangan!’ jerit Sasha mendadak saat merasakan tangan Pak Anton
mulai membuka celah pantatnya. Namun permintaan Sasha tidak digubris.
Sasha merasa amat malu saat lubang pantatnya terekspos jelas dihadapan
Pak Anton.
“Nah, ini dia lubang pantatnya bidadari kantor kita!” ejek Pak Anton
yang semakin membuat wajah Sasha memerah menahan malu. Sasha bisa
melihat jelas raut wajah Pak Anton yang terkekeh-kekeh mengamati
pantatnya itu.
“Jangan Pak… Saya malu…” pinta Sasha dengan pelan. Ini pertama
kalinya seseorang melihat pantatnya sedekat itu karena selama berumah
tangga dengan Aldy, Aldy tidak pernah meminta jatah lubang pantat Sasha.
“Lho, kenapa? Kok malu? Padahal lubang pantatnya juga indah seperti
orangnya!” puji Pak Anton.
“Atau kamu tidak mau pantatmu dilihat saya
karena alasan lain?” lanjut Pak Anton. Sasha hanya terdiam tanpa
menjawab.
“Ooh, saya tahu!”tiba-tiba Pak Anton berseru. “Pasti kamu jarang merawat pantatmu, ya?!” terkanya.
“Tidak Pak… Saya…” Sasha berusaha menolak terkaan Pak Anton. Tentu
saja Sasha rajin merawat pantatnya setiap saat, namun Pak Anton memang
hanya ingin mempermalukan Sasha saat itu.
“Sudahlah, kamu tidak perlu malu-malu, bilang saja kalau kamu mau
pantatmu saya bersihkan!” dengan lancangnya Pak Anton menguakkan
bongkahan Sasha dan mengusapkan sabun di tangannya ke celah-celah pantat
Sasha.
“Kyah!” Sasha menjerit saat jari-jari kasar Pak Anton terasa menggesek celah pantatnya dan memenuhi pantatnya dengan busa sabun.
Rasa geli menusuk tubuh Sasha saat jari telunjuk Pak Anton
menekan-nekan lubang pantatnya. Sehingga kembali terdengar
desahan-desahan tertahan dari bibir Sasha saat gairah seksualnya
terbangkitkan. Pak Anton tidak menyia-nyiakan kesempatan emasnya saat
mendengar desahan-desahan kecil dari bibir Sasha. Dengan sigapnya, Pak
Anton meluncurkan tangannya kearah depan sehingga tangan kanannya
menjamah vagina Sasha.
“Ah?!” Sasha terkejut sejenak saat telapak tangan kiri Pak Anton menjamah vaginanya.
“Hehe… bagian ini juga harus dibersihkan kayaknya…” ujar Pak Anton nakal.
“Aw… aw…. aach…” desah Sasha saat jari-jari tangan kiri Pak Anton
menyabuni vaginanya dengan cara mengusap-usap kewanitaan Sasha dengan
sabun. Usapan Pak Anton yang agak kasar itu tak pelak membuat vagina
Sasha juga dibanjiri busa sabun putih. Gesekan jari Pak Anton yang
sesekali juga menyentil klitorisnya, membuat Sasha semakin dirasuki
gairah seksualnya. Apalagi tangan kanan Pak Anton masih dengan rajinnya
menyabuni celah pantatnya sambil sesekali mencolek lubang pantat Sasha
dengan kuku jari telunjuknya.
“Egh… Aw… Haah…” Sasha semakin sulit mengontrol dirinya.
Luar biasa! Pak Anton rupanya amat pintar mempermainkan gairah
seksual wanita. Gerakan-gerakan tangannya yang menyabuni selangkangan
Sasha bergerak tanpa ritme, sehingga Sasha juga kesulitan mencapai
orgasmenya. Kepala Sasha menegadah berusaha menghirup udara segar sambil
terus mengeluarkan desahan-desahan penuh kenikmatan. Pak Anton semakin
gemas dengan Sasha dan mempercepat gosokan jarinya divagina Sasha.
Akibatnya, Sasha semakin terhanyut dalam kenikmatan seksualnya
“OOKH… AAAAA…” Sasha memejamkan mata, mendongakkan kepalanya dan
melolong pilu saat ledakan orgasmenya memancar keluar dari tubuhnya.
Sasha merasa ototnya tegang dan mengeras saat gelombang kenikmatan itu melanda tubuhnya.
Pak Anton yang masih memegang vagina Sasha bisa merasakan vagina
Sasha berdenyut keras dan busa sabun di jari-jari tangan kirinya terasa
lebih hangat saat Sasha mencapai orgasmenya, karena vagina Sasha ikut
memuncratkan cairan cintanya yang hangat ketelapak tangan kiri Pak
Anton. Tulang-tulang Sasha serasa terlolosi dari sendinya saat sensasi
orgasmenya mereda. Sasha pun tampak limbung, namun Pak Anton segera
menangkap tubuh Sasha dan menyandarkannya ke tepian bathtub itu.
“Hehehe… enak kan rasanya? Tenang saja, kita masih belum selesai!”
seringai Pak Anton sambil mengambil sebuah shower dan sprinkler.
Sasha hanya tersandar pasrah tanpa tenaga ditepian bathtub itu dengan
keadaan tubuh masih dipenuhi busa. Staminanya nyaris terkuras habis
saat orgasme hebat yang baru saja melanda tubuhnya. Pak Anton lalu
menyalakan shower ditangannya dan membilas tubuh Sasha dengan kucuran
air shower itu. tangannya mengusapkan air disekujur tubuh Sasha,
menghapus busa putih yang memenuhi tubuh Sasha. Tidak lupa, Pak Anton
secara cermat membersihkan kedua payudara Sasha, kadang-kadang
diremasnya dada Sasha dengan pelan ataupun mencubit puting susu Sasha
sehingga terdengar suara desahan tertahan dari bibir Sasha.
Pak Anton tampak berusaha menjaga agar aliran air shower itu tidak
membilas busa putih yang masih menggumpal menutupi selangkangan Sasha.
Akhirnya, tubuh Sasha bersih dari busa sabun kecuali bagian
selangkangannya yang masih tertutup oleh busa lembut itu. Pak Anton
mematikan aliran air dari showernya dan kini mengambil sprinkler yang
dari tadi terendam didalam bak mandi itu. Pak Anton memutar keran
sprinkler itu secukupnya dan mengacungkan sprinkler itu ke selangkangan
Sasha seperti sebuah pistol yang siap untuk menembak sasarannya. Jari
jempol Pak Anton lalu menekan keras tombol sprinkler itu dan CRAASH!
Terdengar suara semburan air yang kencang.
“KYAAAH!” Jeritan Sasha terdengar menyusul saat semburan air itu menghantam vaginanya.
“ADUH! AAKH!!AAGH!!!!” Sasha menjerit-jerit saat tekanan air itu terasa menyembur paksa ke dalam vaginanya.
Air mata Sasha juga tampak meleleh turun dari matanya karena rasa
sakit dan sensasi kenikmatan akibat semburan air itu. Apalagi saat tiang
air itu menggelitik klitorisnya. Efek orgasme Sasha yang masih belum
hilang sekarang ikut membangkitkan kembali kenikmatan seksual dari tubuh
Sasha. Pak Anton tersenyum saat melihat gelinjangan erotis tubuh Sasha
yang mulai terbangkitkan kembali gairahnya. Sasha sendiri tidak pernah
membayangkan kalau semprotan air dengan lembut di vagina juga dapat
memberikan kenikmatan seksual bagi para wanita. Pak Anton juga sesekali
menghentikan semprotannya dan secara mendadak kembali menyemprotkan air
di vagina Sasha, sehingga menimbulkan kenikmatan seksual tersendiri bagi
Sasha, serasa melakukan onani dengan jacuzzi.
“HAAAH… AAH…” Sasha menggeliat pelan sambil melenguh keras. Air di
bathtub itu tampak beriak-riak saat gerakan tubuh Sasha yang hendak
menjemput orgasmenya semakin kencang. Pak Anton segera mengecilkan
tekanan air sprinkler itu dan menghentikan semprotannya sehingga Sasha
gagal mencapai orgasmenya.
“Aah… hooh…” desah Sasha pelan sambil berusaha mengatur nafasnya.
Walaupun orgasmenya terhenti, tubuh Sasha masih saja tidak bertenaga.
Pak Anton segera menghampiri Sasha yang masih terduduk mengangkang
ditepian bathtub itu. Sasha tidak banyak berontak lagi karena tubuhnya
sekarang benar-benar kelelahan dan seluruh tenaganya serasa terkuras
seluruhnya.
Pak Anton mengeluarkan sebuah pisau cukur dan menjongkokkan dirinya
dihadapan selangkangan Sasha yang membuka lebar. Pak Anton mulai
mencukur rambut-rambut halus di kewanitaan Sasha dengan cermat tanpa
menyisakan sehelaipun rambut vagina Sasha sehingga kewanitaan Sasha kini
terpampang jelas dan bersih.
“Sekarang semuanya sudah bersih! Ayo!” Pak Anton segera menarik Sasha keluar dari bathtub itu.
Tubuh Sasha lalu dikeringkan dengan sebuah handuk putih. Pak Anton
menghirup udara disekitar tubuh Sasha sejenak dan aroma mawar yang
lembut segera memanjakan indera penciuman Pak Anton. Ya, kini sekujur
tubuh Sasha memancarkan aroma mawar yang amat wangi karena disabuni
terus menerus oleh Pak Anton. Pak Anton lalu melingkari dan memakaikan
handuk itu ke tubuh Sasha.
“Nah, sekarang kamu sudah wangi dan bersih! Ayo, kita bersiap-siap!”
tegas Pak Anton yang kembali menggandeng Sasha keluar dari kamar mandi
itu dan membawanya ke kamar tidur.
Sesampainya di kamar, Pak Anton segera melepas handuk Sasha sehingga
tubuh telanjang bulat milik Sasha kembali terpampang jelas. Pak Anton
merangkul punggung Sasha dan mendorongnya kearah depan sambil
membenamkan wajahnya dibelahan dada Sasha yang indah dan wangi itu.
Sasha membiarkan Pak Anton menikmati dadanya yang empuk sepuas hati.
Kedua puting payudara Sasha lalu dicubit-cubit pelan oleh Pak Anton
sambil sesekali meremas kuat dada Sasha dengan gemas. Pak Anton
menggosok-gosokkan wajahnya dengan pelan untuk membelai payudara Sasha
sehingga kulit payudara Sasha terasa geli saat kumis Pak Anton menggosok
permukaan payudaranya itu. Setelah puas bermain-main dengan dada empuk
Sasha, Pak Anton lalu membongkar koper milik Sasha.
Dipilihnya sehelai celana dalam mini semi transparan dari nilon yang
berwarna putih lembut dengan renda-renda feminin dan sebuah bra
strapless berwarna putih susu untuk dipakai Sasha. Pak Anton juga
mengeluarkan sebuah stocking jala berwarna putih dari koper Sasha.
Tangan Sasha direntangkan dan Pak Anton segera memakaikan bra strapless
itu untuk menutupi dada Sasha. Pak Anton sengaja memasangkan kait bra
Sasha 1 tingkat lebih erat, sehingga kedua payudara Sasha terhimpit dan
menampilkan belahan dada Sasha yang begitu indah. Dada Sasha terasa
sesak akibat tekanan bra itu. Sasha juga dipakaikan celana dalam mini
yang diambil Pak Anton.
Celana dalam Sasha menampilkan bayangan pantatnya yang bulat dan
montok karena celana dalam itu semi transparan. Andai saja tidak ada
sulaman renda dibagian depan celana dalam itu, sudah pasti vagina Sasha
terpampang dengan amat jelas. Celana dalam itu merupakan celana dalam
favorit Sasha yang sering dipakainya sebelum bercinta dengan Aldy.
Setelah bra dan celana dalam Sasha terpasang, Pak Anton segera
memakaikan stocking jaring milik Sasha. Pak Anton berulangkali menelan
ludah saat meraba paha Sasha yang mulus ketika memasangkan stocking
Sasha itu. Setelah semua pakaian dalam Sasha terpasang ditubuh molek
itu, Pak Anton tersenyum puas melihat Sasha yang berdiri di hadapannya
dengan busana yang begitu seksi dan menggoda.
“Nah, kamu tunggu dulu sebentar di dalam sini! Saya sudah
memanggilkan juru rias khusus untukmu. Biar nanti dia yang mengurus soal
tata riasmu!” ujar Pak Anton sambil meninggalkan Sasha didalam kamar
itu.
Begitu pintu kamar itu tertutup, Sasha segera jatuh terduduk di
ranjang tanpa sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya. Air matanya
menetes dan perasaannya campur aduk menyiksa batinnya. Apa yang
sebenarnya sedang ia lakukan sekarang? Sebagai seorang wanita yang sudah
bersuami, seharusnya ia dengan setia menunggu kepulangan Aldy di rumah.
Namun saat ini ia malah berada di villa megah atasannya sendiri dan
bersiap-siap untuk mengkhianati suami yang dicintainya sekaligus
merendahkan martabatnya dengan menerima tawaran menikah siri dari
atasannya itu. Sasha pun semakin terhanyutkan oleh pikirannya. Apakah
yang dilakukannya ini salah? Sebenarnya ia hanya melakukan yang terbaik
demi keutuhan rumah tangganya. Lagipula, andai saja Aldy bekerja dengan
jujur, maka ia tidak perlu mengalami hal seperti ini.
“Sasha, ingat kalau masalah ini adalah akibat ulah Aldy! Untuk apa
kamu tetap setia padanya?! Dia yang membuatmu mendapat masalah seperti
ini, bukan?!” Kembali pernyataan Pak Anton beberapa hari yang lalu itu
terngiang di kepala Sasha. Sesaat Sasha tersentak sejenak mengingat
pernyataan itu.
“Memang benar! Ini semua salah Aldy! Yang kulakukan ini juga demi
dirinya dan demi keluargaku! Lagipula, Aldy sudah tidak jujur padaku!
Untuk apa pula aku harus jujur padanya?!” pikir Sasha.
Lama kelamaan, pikiran itu semakin menguasai otak Sasha yang berusaha
mencari pembenaran atas perbuatannya itu. Akhirnya, Sasha membulatkan
tekadnya untuk memberontak dan mengkhianati Aldy sebagai hukuman atas
ketidakjujuran Aldy padanya. Bahkan Sasha pun melolosi cincin nikah yang
diberikan Aldy padanya dari jari manisnya. Cincin itu pun dilempar
Sasha masuk ke dalam kopernya. Pintu kamar itu tiba-tiba diketuk dan
dibuka. Masuklah seorang laki-laki feminin yang membawa sekotak alat
rias lengkap dan sebuah koper.
“Em… Bu Sasha ya?” tanyanya agak ragu.
“I… iya!” jawab Sasha dengan gagap karena agak terkejut dengan kehadiran laki-laki bernama Boyke itu.
“Saya Boyke, penata rias anda! Mmm… Anda sudah siap?” tanya Boyke itu.
“Ya!” jawab Sasha mantap.
“Bagus deh! Ini, ada beberapa aksesoris yang dipesan Pak Anton untuk
Bu Sasha! Katanya, Bu Sasha dipersilakan untuk memilih apapun yang ibu
suka.” Ujar Boyke sambil membuka koper di tangannya.
Sasha takjub melihat berbagai macam pilihan perhiasan indah yang
berkilauan yang terpampang didalam koper itu. Betapa perhatiannya Pak
Anton! pikir Sasha. Banyak perhiasan mahal yang sudah lama ingin dibeli
Sasha namun tidak kesampaian karena dilarang oleh Aldy. Namun kini,
perhiasan-perhiasan itu terpampang jelas di hadapannya dan Sasha boleh
memilih sesuka hatinya!
“Pak Anton perhatian ya, Bu! Ini semua aksesoris mahal yang khusus diimpor dari luar negeri lhoo!” puji Boyke.
Hati Sasha pun luluh mendengar pujian Boyke. Pak Anton rela bersusah
payah membelikannya perhiasan-perhiasan yang indah dari luar negeri yang
pastinya amat mahal. Aldy saja cerewet apabila Sasha mau membeli
perhiasan lokal. Padahal Aldy memiliki uang hasil penggelapan pajak itu.
Sasha mulai menyesal mengapa ia mengacuhkan Pak Anton yang rupanya amat
menyayanginya? Bahkan melebihi Aldy, suaminya sendiri. Tekad Sasha pun
semakin bulat untuk menerima pinangan Pak Anton.
“Mas Boyke! Tolong rias saya sebaik mungkin! Saya mau menjadi
pengantin yang pantas untuk Pak Anton!” perintah Sasha kepada Boyke,
yang hanya tertawa kecil melihat kesiapan Sasha.
“Beres deeh! Ayo, busana pengantinnya sudah siap kan, Bu?” tanya Boyke yang dibalas dengan anggukan mantap Sasha.
“Ya! Akan kutunjukkan! Walaupun aku seorang wanita, aku juga bisa
berontak! Kalau Aldy tidak jujur padaku, maka ia harus menerima
akibatnya sendiri!” teriak Sasha dalam hatinya sambil menghapus bekas
air mata di pipinya.
Sasha sekarang sudah tidak peduli lagi dengan tampang maupun usia Pak
Anton. Sekarang yang tersisa dalam hatinya hanyalah kebencian yang
menggantikan cintanya pada Aldy dan keinginan kuat untuk memberontak dan
memberi pelajaran atas ketidakjujuran Aldy. Jam sudah menunjukkan waktu
pukul setengah empat sore, sementara Pak Anton yang kini tampak gagah
dengan tuksedo hitammnya dengan sabar menunggu di paviliun villa itu.
Paviliun itu terletak dibelakang bangunan utama yang dikelilingi taman
bunga dan sebuah kolam kecil. Di paviliun kecil itu sudah disiapkan
berbagai macam keperluan pernikahan mereka.
Taman villa itu sudah didekorasi untuk pesta taman yang dilengkapi
pula dengan sebuah bangku putih yang dihiasi rangkaian bunga untuk
singgasana pengantin. Pak Anton juga sudah mengatur ruang tamunya
sedemikian rupa untuk acara pesta dalam rumah. Belasan orang berkeliaran
disekitar villa itu sambil mempersiapkan kebutuhan pesta untuk acara
pernikahan Pak Anton dan Sasha. Beberapa orang undangan mulai
berdatangan ke villa Pak Anton. Para undangan itu semuanya merupakan
kerabat, relasi maupun kenalan Pak Anton, termasuk para tetangga di
sekitar villa itu.
Tidak ada satupun karyawan kantor mereka yang diundang karena Pak
Anton telah berjanji untuk merahasiakan pernikahan mereka dari para
pegawai kantor itu. Pak Anton dengan gembira menyambut para tamunya itu
dan berbincang-bincang sejenak dengan mereka sambil menunggu Sasha.
Setelah beberapa lama, akhirnya penghulu mereka tiba dan segera memasuki
paviliun itu untuk memulai upacara pernikahan, namun Sasha belum juga
muncul. Selama sepuluh menit setelah penghulu pernikahan itu tiba, Sasha
masih belum juga menampakkan dirinya, sehingga para undangan
bertanya-tanya ada apa gerangan dengan sang mempelai wanita yang masih
belum sempat ditemui oleh mereka.
Rasa penasaran menyelimuti para undangan yang tidak sabar untuk
melihat penampilan dan kemunculan sang mempelai wanita. Alyssa yang
sudah bangun juga dipakaikan sebuah ball gown putih dan ikut menunggu
kemunculan Sasha sambil digendong oleh seorang baby sitter khusus yang
disewa Pak Anton untuk menyaksikan pernikahan kembali ibunya itu. Pak
Anton mulai risih menunggu Sasha. Pak Anton sedikit cemas karena takut
Sasha akan membangkang. Ia pun berniat untuk menemui Sasha untuk melihat
keadaan Sasha dan menyeretnya ke pelaminan bila perlu. Namun, belum
sempat Pak Anton beranjak pergi, terdengarlah melodi lagu pernikahan
yang merdu dari speaker-speaker yang terpasang disekitar villa itu. Pak
Anton dan segenap hadirin terpana saat melihat penampilan Sasha sebagai
seorang pengantin wanita sedang berdiri dipintu belakang villa itu
sambil digandeng oleh Boyke.
Suasana mendadak hening sejenak saat Sasha perlahan-lahan berjalan
menuju paviliun tempat Pak Anton berdiri, hanya terdengar melodi syahdu
dari lagu pernikahan yang mengalun mengiringi langkah anggun Sasha.
Suara detakan dari langkah Sasha yang bersepatu hak tinggi terdengar
berirama. Para hadirin hanya tertegun dan takjub melihat penampilan
Sasha yang bagaikan seorang dewi itu. Bahkan Alyssa yang tadinya agak
rewel, ikut terdiam sejenak melihat penampilan ibunya itu. Tatapan
matanya seolah tidak bisa lepas dari tubuh Sasha yang terus berjalan
menuju paviliun tempat calon suaminya itu menunggu.
Sasha kembali mengenakan gaun pengantin yang terakhir kali
dikenakannya saat menikah dengan Aldy. Gaun pengantin yang berbahan
satin dan berwarna putih terang dengan model strap tampak serasi dengan
warna kulit Sasha yang putih mulus. Pundak Sasha digantungi strap
gaunnya yang dihiasi dengan bunga-bunga mawar putih kecil yang terbuat
dari satin sehingga atasan gaun itu tampak seperti sebuah bra dengan
tali-tali yang tersusun dari rangkaian bunga. Sebuah pita chiffon putih
dengan sebutir permata pink imitasi ditengahnya tampak terpasang didada
Sasha, menghiasi belahan dada cantik milik Sasha.Sulaman manik-manik
yang berbentuk bunga-bunga kecil tampak bertaburan menghiasi atasan gaun
itu. Dengan jahitan polos di bagian pinggang, lekuk pinggang ramping
Sasha yang elok tampak terpampang jelas.
Hiasan gaun dipinggang Sasha berupa sebuah jahitan dua helai kain
sutra berwarna pink lembut yang melebar disisi kanan-kiri rok gaun Sasha
yang berwarna putih dan disatukan oleh pita berbentuk bunga di pinggul
Sasha, sehingga rok Sasha seolah tampak bersayap. Rok gaun Sasha yang
halus dan lembut bermodel lipatan seperti sebuah tirai, namun rok yang
tampak mengembang akibat petticoat yang dipakai Sasha sebagai rok dalam
itu terjuntai hingga menutupi kaki Sasha itu tampak cantik dengan
sulaman pita-pita kecil yang mengelilingi rok gaun itu. Sepasang sarung
tangan satin putih yang panjangnya selengan menutupi kedua tangan Sasha
seolah melindungi lengan halus dan jari-jari lentik sang bidadari yang
sedang mengggenggam serangkaian bunga-bunga putih.
Pergelangan tangan Sasha tampak dipasangi dengan seuntai gelang perak
dengan giring-giring kecil disekeliling gelang itu yang bergemerincing
kecil saat Sasha berjalan. Seuntai kalung mutiara dari Jepang melingkari
jenjang leher Sasha, sementara sebuah tiara perak bertaburkan permata
kecubung berwarna pink yang diimpor dari Italia menghiasi dahi Sasha.
Rambut Sasha yang panjang dibiarkan tergerai bebas dan sehelai slayer
sutra putih yang berpita diselipkan di sela-sela rambut Sasha untuk
menutupi wajahnya. Walaupun wajah Sasha tertutup oleh motif bunga-bunga
slayer itu, para hadirin masih bisa melihat kecantikan wajah Sasha.
Aroma mawar yang terpancar dari tubuh Sasha diperkuat lagi dengan
semprotan parfum mawar di gaunnya itu. Sasha akhirnya tiba di paviliun
itu. Pak Anton masih tampak terkesima, namun lamunannya segera buyar
saat Sasha mengulurkan sikunya untuk digandeng oleh Pak Anton. Tanpa
menunggu lebih lama, Pak Anton segera menyambut uluran tangan Sasha dan
mereka berdua pun berjalan bergandengan kehadapan penghulu yang sudah
berdiri didepan sebuah meja yang ditata untuk keperluan upacara itu.
Sesampainya di hadapan penghulu, kedua mempelai lalu berlutut didepan
meja itu.
Suasana hening kembali menyelimuti paviliun itu saat mereka
mengheningkan cipta sejenak yang dilanjutkan dengan upacara pemberkatan
kedua pengantin. Sasha tidak begitu menyimak perkataan-perkataan dari
penghulu itu. Ia hanya terdiam melamun, merenungkan keadaannya sekarang
dan kesiapan dirinya untuk melayani Pak Anton sebagai seorang istri
setelah upacara ini selesai. Menit-menit upacara itu pun berlalu tanpa
disadari Sasha. Wajahnya yang tertutup oleh slayer mengakibatkan
orang-orang disekitarnya tidak sadar bahwa Sasha sedang melamun.
“Nona Izumi Toyama?” tiba-tiba penghulu itu memanggil Sasha dengan nama aslinya.
“Eh?” Sasha terkejut dan lamunannya pun buyar dalam sekejap saat
mendengar nama aslinya disebut oleh penghulu itu. Maklumlah, tidak ada
yang memanggilnya dengan nama ‘Izumi’ selain orang tuanya.
“Apakah anda bersedia menerima Anton Adiharyono sebagai suami anda?”
tanya penghulu itu dengan serius. Rupanya acara pengukuhan janji
pernikahan sudah dimulai.
“I… iya!” jawab Sasha gagap, masih dalam keadaan terkejut. Pak Anton hanya tersenyum melihat tingkah pengantinnya itu.
“Bersediakah anda menerima dan hidup bersamanya dalam suka-duka hingga maut memisahkan?”
“Ya, saya bersedia.” Jawab Sasha.
Mantri itu menyodorkan sehelai surat nikah kontrak kepada kedua
mempelai itu. Pak Anton lalu membaca sejenak surat itu sebelum
menandatangani nama “Anton Adiharyono” di surat itu. Surat itu beserta
sebuah bolpen lalu disodorkan ke hadapan Sasha. Tanpa membaca lebih
lanjut isi surat itu, Sasha segera membubuhkan tandatangannya diatas
nama “Izumi Toyama”.
“Ayo kita mulai, Sasha.” ujar Pak Anton sambil menarik pelan
pergelangan tangan Sasha sehingga tangan Sasha mengulur kehadapan Pak
Anton.
Salah seorang saksi laki-laki menyodorkan dua kotak cincin. Pak Anton
mengambil salah satu kotak itu dan membukanya. Mata Sasha berbinar
melihat isi kotak itu yang berupa sebuah cincin nikah dari emas murni
yang bertahtakan berlian. Sementara itu, seorang saksi yang lain
melepaskan sarung tangan di tangan kanan Sasha, sehingga tampaklah
jari-jari lentik Sasha yang terulur dihadapan Pak Anton. Pak Anton
segera memasangkan cincin itu ke jari manis Sasha, di mana dulunya
terpasang cincin kawin Aldy-Sasha. Sasha kemudian membuka kotak cincin
lainnya dan memasangkan sebuah cincin platina di jari manis Pak Anton.
“Nah, Bapak Anton Adiharyono, dipersilahkan untuk membuka tudung pengantin Nona Izumi!” ujar penghulu itu pada Pak Anton.
Pak Anton mendekat dan mengangkat tudung pengantin Sasha melewati
kepala Sasha. Sejenak Pak Anton dan para hadirin terkesima melihat
kecantikan wajah Sasha seutuhnya. Alis hitam Sasha yang ditebalkan
sedikit oleh Boyke dengan eye-pencil tampak sangat serasi dengan
bulu-bulu mata Sasha yang dilentikkan dan dipercantik dengan sapuan
warna eye-shadow pink yang lembut berkilau dikelopak mata Sasha. Dengan
riasan make-up di pipi Sasha, pipinya tampak merah merona alami sehingga
kian memancarkan kombinasi yang indah dengan bibir mungilnya yang
diolesi lipstik pink tipis. Riasan wajah Sasha yang sederhana itu justru
semakin memunculkan pesona kecantikannya yang alami. Sasha lalu membuka
matanya yang masih tertutup dan Pak Anton semakin terpesona melihat
sepasang bola mata indah berwarna biru cemerlang dari lensa kontak yang
dipasangkan di mata Sasha.
“Silahkan mencium pengantin anda, Pak!” ujar penghulu itu sambil
tersenyum. “Cium! Cium!” terdengar pula seruan-seruan dari para hadirin
yang mengikuti prosesi pernikahan itu dari tadi.
Sasha melihat wajah Pak Anton sejenak dan tersenyum manis. Matanya
kembali ditutup dan bibirnya dibuka sedikit. Pak Anton pun segera
merangkul pinggang Sasha dan mendekatkan wajah Sasha sebelum akhirnya
sebuah ciuman didaratkannya di bibir mungil sang pengantin wanita
disertai dengan tepuk tangan meriah dan sorakan yang riuh dari para
undangan.
Pesta pun dimulai hingga malam harinya. Para undangan ikut memberi
komentar tentang kecantikan Sasha dan betapa beruntungnya Pak Anton yang
bisa memperistri seorang wanita secantik itu. Banyak rekan Pak Anton
yang mengucapkan selamat dan beberapa diantaranya menghadiahkan berbagai
kado untuk Pak Anton. Sasha hanya terduduk di singgasana pengantinnya
sambil berusaha untuk bersikap ramah pada para undangan itu, walaupun
sebenarnya ia amat kebingungan dan merasa asing karena tidak ada
seorangpun yang ia kenal hadir di pesta itu.
Akhirnya pesta itu usai, semua undangan dan pelayan pun sudah pulang
sehingga dirumah itu kini hanya ada Pak Anton, Sasha dan Alyssa. Alyssa
sudah tertidur di kamar Pak Anton dan Sasha. Sementara itu, Pak Anton
dan Sasha yang masih berbusana pengantin sedang berduaan di balkon kamar
itu sambil menikmati pemandangan malam yang romantis. Sambil menatap
panorama alam yang indah itu, Sasha juga mengutarakan perasaannya
sekarang tentang Aldy pada Pak Anton, sehingga Pak Anton semakin bahagia
mengetahui kalau Sasha dengan tulus menerima kawin kontrak itu dan
tidak ada bayangan Aldy yang mengusik hati Sasha saat ini.
Pak Anton memeluk tubuh Sasha dari belakang sambil meresapi aroma
wangi yang terpancar dari tubuh pengantinnya itu dan mengelus-elus gaun
satin Sasha. Sasha sendiri hanya menyandarkan kepalanya ke dada Pak
Anton sambil menatap langit, sehingga jenjang lehernya yang indah
terpampang jelas dihadapan Pak Anton. Walaupun tampak santai, namun Pak
Anton sudah tidak sabar membendung gejolak birahinya yang ditekannya
dari tadi. Apalagi sekarang Sasha sudah sah menjadi istrinya lewat kawin
kontrak.
Tentu saja ia amat bodoh apabila menyia-nyiakan kesempatan ini! Tapi,
Sasha tampak mesra didalam pelukannya dan Pak Anton pun tidak mau
membuat Sasha marah dengan menyuruh Sasha melayaninya tiba-tiba.
Bisa-bisa ia dianggap memperkosa Sasha, padahal Pak Anton mau
menyuburkan benih-benih rasa cinta yang dengan susah-payah berhasil
ditanamnya didalam hati Sasha lewat pemberian berbagai perhiasan yang
mahal untuk Sasha. Pak Anton terus memutar otaknya untuk mencari cara
yang tepat agar Sasha bisa melayaninya sepenuh hati. Tiba-tiba, Pak
Anton menemukan sebuah ide bagus.
“Sasha, kamu haus?” tanya Pak Anton dengan nada penuh perhatian.
“Sedikit…” jawab Sasha tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
“Sebentar ya, kamu duduk saja dulu. Saya punya minuman yang spesial
untukmu.” Ujar Pak Anton sambil masuk ke dalam villa meninggalkan Sasha
yang terduduk sendiri di balkon kamar villa itu.
Sasha kembali terhanyut dalam lamunan saat melihat panorama indah
dari balkon itu. Pak Anton lalu memutar lagu sehingga sayup-sayup
terdengar alunan lagu romantis dari dalam villa itu. Mendengar melodi
lagu-lagu cinta itu, Sasha pun segera ikut bernyanyi mengikuti irama
lagu itu, sehingga suara merdunya terdengar jelas hingga kedalam villa
dari balkon tempatnya terduduk. Pak Anton semakin kagum dengan Sasha
yang rupanya memiliki suara yang amat merdu. Pak Anton berhasil
menemukan sebotol red wine yang sengaja dibelinya untuk acara itu. namun
ia tidak buru-buru menghidangkannya untuk Sasha. Dibiarkannya Sasha
bernyanyi sepuas hati dulu. Setelah beberapa menit berlalu dan suara
Sasha mulai terdengar pelan karena haus, Pak Anton segera beraksi.
Diolesinya pinggiran gelas Sasha dengan obat perangsang cair dan dua
butir pil perangsang lainnya dicampurkan kedalam wine itu.
“Bagaimana? Sudah selesai konsernya?” tanya Pak Anton sambil
tersenyum saat memasuki balkon itu. “Suara kamu merdu sekali! Sudah
pernah ke dapur rekaman?” goda Pak Anton sehingga Sasha tampak
tersipu-sipu malu. Pak Anton menuangkan wine ke sepasang gelas yang
diletakkan diatas meja.
“Kamu haus kan? Nah, ini dia! Pasti enak!” kata Pak Anton sambil menyodorkan segelas wine ke Sasha.
“Eh? Ini… ini wine ya, Pak?” tanya Sasha dengan nada ragu-ragu.
“Iyalah! Ini khusus saya beli untuk kamu! Memangnya kenapa?”
“Mmm… Saya… tidak tahan dengan alkohol Pak…” jawab Sasha murung.
“Aah, sudahlah! Coba saja dulu, enak kok! Kamu haus kan?” ujar Pak
Anton sambil mereguk segelas wine di tangannya. Sasha hanya terdiam
ragu-ragu sambil mengamati wine yang masih tersimpan di gelasnya, warna
ungu kemerahan berkilau dan aroma anggur yang pekat tercium dari wine
itu. Sasha merasa agak pusing saat menghirup aroma wine itu. Sasha
memang benar-benar lemah dengan alkohol sejak kecil dan gampang mabuk,
bahkan saat mencicipi sedikit minuman beralkohol.
“Lho, kok bingung? Ayo dicoba dulu, kan cuma sedikit! Kalau kamu
tidak suka, saya tidak akan memberimu wine lagi.” bujuk Pak Anton.
Sasha agak ragu, namun akhirnya diminumnya juga wine itu. Rasa manis
anggur dan sensasi melayang sejenak terasa di kepalanya. Baru kali ini
Sasha merasakan kepalanya berputar seperti itu. Anehnya lagi, sekujur
tubuh Sasha mulai terasa panas dan jantungnya secara perlahan mulai
berdegup dengan kencang.
“Bagaimana, enak tidak?”
“Eeh? Rasanya aneeh…” jawab Sasha yang kebingungan dengan reaksi tubuhnya.
“Ah masa? Ayo coba lagi!” kata Pak Anton sambil menuangkan wine itu ke gelas Sasha sekali lagi.
Tanpa sadar, Sasha kembali mereguk wine itu dan sekali lagi kepalanya
terasa berputar. Lama kelamaan, tanpa sadar Sasha sudah meminum 5 gelas
wine itu. Sudah pasti, bagi wanita yang lemah dengan alkohol, 5 gelas
red wine sudah lebih dari cukup untuk membuatnya mabuk berat. Wajah
Sasha sudah merah merona akibat mabuk dan badannya juga terasa amat
panas, seperti ada api yang berkobar didalam tubuhnya. Nafas Sasha mulai
terdengar tersengal-sengal mengiringi detak jantungnya yang amat
kencang. Namun, hal yang paling aneh yang dirasakan oleh Sasha di
tubuhnya adalah vaginanya yang mulai berdenyut-denyut dengan kencang dan
gejolak birahinya yang terbangkitkan mendadak seiring dengan denyutan
di vaginanya.
“Ooh… Paak… Ini… wine apaan siih? Kook badan Sashaa… rasanya aneeh?”
tanya Sasha setengah meracau akibat mabuk. Pak Anton hanya tersenyum
saat melihat rencananya berjalan dengan amat lancar.
“Ah, ini wine dari Prancis. Bagaimana rasanya? Enak tidak?”
“Eemm… Enak siih… tapii badan Sasha kok beginii?” Sasha yang
kebingungan mulai berdiri sambil memegang kursi untuk menjaga
keseimbangannya.
“Memangnya kenapa?” tanya Pak Anton dengan mata berbinar.
“Badan Sasha rasanya panaas bangeet… Lalu kenapa vaginanya Sasha jadi
begini siih?” ujar Sasha sambil mengangkat rok gaun dan petticoatnya
tinggi-tinggi tanpa sadar karena mabuk, sehingga celana dalamnya
dipamerkan dengan amat jelas di hadapan mata Pak Anton.
Tentu saja mata Pak Anton membelalak saat melihat celana dalam Sasha
mulai basah akibat cairan cintanya yang mulai meluber keluar dari
vaginanya akibat pengaruh obat perangsang itu, bahkan cairan cinta Sasha
tampak sedikit mengalir turun dari paha mulusnya dan terserap sebagian
di stocking jaring Sasha. Pak Anton tidak menyangka kalau Sasha rupanya
adalah tipe wanita yang amat gampang terangsang.
“Wah, kok begini ya? Bapak juga rasanya aneh nih!” ujar Pak Anton
pura-pura bodoh sambil segera melepaskan celananya dan celana dalamnya
sehingga penisnya yang memang sedari tadi sudah bertahan mati-matian
segera berdiri tegak mengacung ke hadapan Sasha.
Sesaat mata Sasha tampak berbinar melihat penis besar milik Pak Anton
yang siap untuk memuaskan nafsu birahinya. Pak Anton lalu mendekat ke
arah Sasha, sehingga kini mereka saling berhadapan.
Pak Anton lalu
meraih dagu Sasha dan mendongakkan wajah Sasha kearah wajahnya. Mata
Sasha yang tampak sayu akibat rangsangan obat itu, hembusan nafas Sasha
yang tersengal dari mulutnya yang sedikit membuka dan aroma wine
bercampur wangi mawar dari tubuh Sasha semakin menggoda nafsu Pak Anton.
Pak Anton semakin gemas dengan Sasha dan tidak sabar lagi untuk
dilayani oleh pengantin wanitanya itu.
Tanpa ditunggu lebih lama lagi, diraihnya pinggang Sasha dan segera
dilumatnya bibir Sasha tanpa ampun. Kedua tangan Sasha terjepit dalam
pelukan Pak Anton sementara bibirnya yang lembut menjadi sasaran kuluman
dan hisapan Pak Anton, seolah bibir mereka direkatkan oleh lem. Pak
Anton juga memasukkan lidahnya menjejali rongga mulut Sasha sambil
menjilat-jilat seluruh bagian dalam mulut Sasha. Rasa manis wine yang
masih melekat dalam mulut Sasha semakin memberi rasa tersendiri bagi Pak
Anton, bagai menghisap madu dari mulut sang bidadari dambaan hatinya
itu. Pak Anton lalu berlutut di hadapan Sasha, sehingga Sasha kini dalam
posisi berdiri membungkuk dihadapan Pak Anton dengan bibirnya yang
masih menempel dengan bibir Pak Anton. Pak Anton lalu melepaskan bibir
Sasha sejenak.
“Sha, ayo buka mulutmu!” pinta Pak Anton.
Sasha segera membuka mulutnya dengan lebar sambil memejamkan matanya.
Tak lama kemudian, liur Sasha pun meluber dari mulutnya. Pak Anton
segera membuka mulutnya lebar-lebar dan mereguk ludah manis yang
tertuang turun dari mulut Sasha. Setelah puas meminum madu dari bibir
pengantinnya itu, Pak Anton kembali berdiri dan mendorong tubuh Sasha
sehingga Sasha jatuh terduduk di kursi balkon itu. Pak Anton berdiri
dengan gagah dihadapan Sasha yang terduduk di kursi itu, dimajukannya
pinggangnya kedepan sehingga penisnya mengacung tepat dihadapan wajah
Sasha. Wajah Sasha tampak penasaran dengan penis Pak Anton itu.
“Ayo, jangan malu-malu! Kamu mau ini kan?” ejek Pak Anton. Sasha yang
mabuk berat hanya mengangguk dan segera meraih batang penis Pak Anton.
“Besar… lebih besar dari Aldy… Aku suka deh…” gumam Sasha tanpa sadar sehingga Pak Anton terkekeh-kekeh bangga.
Sasha mulai beraksi, jari-jari lentiknya segera mengocok penis Pak
Anton maju-mundur dengan lembut. Rasa sentuhan halus dan lembut dari
kain satin sarung tangan Sasha memberi rasa nyaman tersendiri bagi Pak
Anton. Sasha membuka mulutnya dan menjilati ujung penis Pak Anton dengan
lidahnya. Sesekali juga penis itu dimasukkan sebagian kedalam mulutnya
dan diemutnya penis itu seperti mengemut lolipop.
“Ooh… luar biasaa…” seloroh Pak Anton yang tampak menikmati isapan Sasha itu.
Sasha terus menggerakkan kepalanya maju mundur untuk menyambut penis
Pak Anton sementara jari-jarinya masih sibuk mengocok penis yang sudah
ereksi sepenuhnya itu sehingga penis Pak Anton tampak berkilat akibat
pantulan ludah Sasha yang terkena cahaya lampu. Pak Anton tidak mau
terhanyut lama-lama dalam sensasi oral mulut Sasha. Ia masih mau
merasakan kenikmatan tubuh Sasha seluruhnya. Pak Anton segera melepas
penisnya itu dari kuluman Sasha. Ia lalu mendirikan tubuh Sasha,
menyuruh Sasha untuk kembali mengangkat rok gaunnya dan melebarkan paha
Sasha sehingga selangkangan Sasha terpamer jelas di hadapannya.
“Kyah!” Sasha menjerit terkejut saat jari-jari Pak Anton menelusup
kedalam celana dalamnya dan mulai bergerak-gerak pelan disekitar vagina
Sasha. Pak Anton lalu menghimpitkan jari telunjuk dan jari tengahnya
yang digunakannya untuk membuka bibir vagina Sasha sambil mengorek liang
vagina Sasha sehingga Sasha melenguh-lenguh kenikmatan.
“Mmm… Haah… Ooh… Aach…” desah Sasha saat vaginanya dipermainkan dengan jari Pak Anton.
Pinggang Sasha meliuk-liuk erotis merasakan rasa nikmat di vaginanya.
Pak Anton mendorong kedua paha Sasha sehingga Sasha tersandar di pagar
balkon kamarnya. Pak Anton yang tidak dapat melihat vagina Sasha yang
masih tertutup hiasan renda putih celana dalamnya, meliuk-liukkan
jarinya didalam vagina Sasha untuk mencari klitoris Sasha yang masih
tersembunyi didalam celah vaginanya. Akibatnya, Sasha semakin tenggelam
dalam kenikmatan seksualnya saat vaginanya “digeledah” oleh jari Pak
Anton.
“Hyah!” Sasha menjerit saat klitorisnya bersentuhan dengan kuku
telunjuk Pak Anton. Pak Anton tersenyum saat menemukan apa yang
dicarinya sejak tadi. Dipencetnya klitoris Sasha dengan kedua jarinya
itu dan ditarik-tariknya sedikit klitoris Sasha itu.
“Awwh… awww… ahhh… ooh…” Sasha semakin meracau penuh kenikmatan
akibat permainan jari Pak Anton di klitorisnya itu. Vaginanya semakin
becek dan kini celana dalamnya benar-benar basah dengan cairan cintanya
yang terus meluber hingga membasahi pahanya.
“Gimana, Sha? Enak tidak?” tanya Pak Anton.
“Enak Paak… ookh…mmm…” gumam Sasha dengan mata sayu setengah terpejam.
“Ayo, kamu nungging di balkon, supaya lebih enak!” kata Pak Anton
sambil memutar balik badan Sasha sehingga kini Sasha menghadap keluar
dari balkon.
Tangan Sasha segera mencengkeram pagar balkon itu dan menopang
tubuhnya saat tangan Pak Anton menarik pinggangnya ke belakang. Pak
Anton langsung menyibakkan rok gaun Sasha sehingga kini celana dalam
Sasha terpampang jelas dihadapan Pak Anton. Pak Anton lalu berlutut
dibelakang pantat Sasha yang menungging. Tanpa menunggu lama, celana
dalam Sasha dilorotkan hingga terlepas dari selangkangan Sasha. Kini
pantat Sasha terpampang jelas dihadapan wajah Pak Anton.
“Nnghhh…” Sasha menggeliat pelan saat telapak tangan Pak Anton
menjamah vaginanya. PLEK, PLEK!! Terdengar suara becek saat Pak Anton
menepuk-nepuk permukaan vagina Sasha. Sasha yang mabuk dan terpengaruh
obat perangsang sudah kehilangan kesadaran untuk berpikir. Mulutnya
hanya mengeluarkan desahan-desahan yang semakin menggoda Pak Anton.
“AACH!” Sasha menjerit saat jari tengah Pak Anton menusuk lubang
pipisnya. Walaupun sudah tidak perawan lagi, namun penetrasi mendadak
jari Pak Anton tetap saja sedikit menyakiti Sasha. Jari Pak Anton dengan
gampangnya terbenam didalam vagina Sasha karena liang vagina Sasha yang
sudah amat becek akibat terangsang berat. Sejenak Pak Anton mendiamkan
Sasha sebelum kembali membuka lebar bibir vagina Sasha dengan tangannya
yang lain.
“Ahaakh… Awwh…” Sasha merintih saat merasakan jari telunjuk Pak Anton
kini juga ikut memasuki vaginanya. Setelah memastikan bahwa kedua
jarinya itu sudah masuk sepenuhnya kedalam vagina Sasha, Pak Anton
segera menggerakkan kedua jarinya maju mundur dengan cepat sehingga
Sasha menjerit-jerit penuh kenikmatan. Tidak ketinggalan, Pak Anton juga
menggunakan jari telunjuknya yang lain untuk mempermainkan klitoris
Sasha.
“Kya! Haah! Akh! Aww… aww…” jerit Sasha saat merasakan gerakan cepat
dari kedua jari Pak Anton yang memberinya sensasi kenikmatan yang luar
biasa dalam vaginanya. Denyutan vagina Sasha juga bisa dirasakan dengan
jelas oleh Pak Anton lewat jarinya.
Sasha benar-benar sudah tidak mampu lagi menahan gejolak birahi dalam
tubuhnya. Pengaruh obat
perangsang itu juga begitu hebat karena setiap
kali vaginanya ditusuk oleh jari-jari Pak Anton, ada sensasi rasa nyaman
yang sedikit memberi kelegaan yang memancar dari vagina Sasha kesetiap
simpul sarafnya. Apalagi dengan kiltorisnya yang digesek-gesek oleh jari
Pak Anton semakin membuatnya menggeliat liar. Tiba-tiba, Sasha dan Pak
Anton melihat cahaya lampu menyala di teras villa tetangga yang berjarak
sekitar 50 meter dari villa Pak Anton.
Pak Anton segera menghentikan aksinya sejenak, sehingga Sasha langsung ambruk kelelahan di pagar balkon villanya.
“Ahh…” Sasha terengah-engah kelelahan sambil berusaha menghirup udara segar untuk mengistirahatkan sendi tubuhnya.
Seorang laki-laki paruh baya lalu keluar ke teras villa itu sambil
membawa koran sore hari; ia segera duduk di sofa teras villanya,
memasang earphone di telinganya untuk mendengarkan musik sambil membaca
koran itu. Mungkin karena ia sangat berkonsentrasi membaca koran itu, ia
tidak menyadari kalau Sasha sedang dipermainkan oleh Pak Anton tepat di
sebelahnya. Padahal apabila ia menoleh ke kiri, sudah tentu ia bisa
melihat dengan jelas pemandangan Sasha yang sedang menungging kelelahan
dengan tangan-tangan Pak Anton yang masih melekat di vagina Sasha. Pak
Anton kembali mendapatkan ide licik. Mendadak tangannya kembali bergerak
mengocok vagina Sasha tanpa aba-aba.
“Hymphh!” Sasha yang hendak menjerit segera menutup mulutnya dengan kedua belah tangannya sehingga suara jeritannya teredam.
Walaupun mabuk berat, setidaknya Sasha masih bisa mempertahankan akal
sehatnya untuk tidak menjerit-jerit dihadapan Pak Halim, tetangga Pak
Anton itu. Sarung tangan satin Sasha tampak cukup efektif untuk meredam
suaranya. Pak Anton terkekeh-kekeh berusaha menahan tawa saat melihat
Sasha menutup mulutnya.
“Lho? Kenapa kamu tutup mulut? Ayo dong, nyanyi lagi seperti barusan!
Supaya didengar Pak Halim!” ejek Pak Anton lewat bisikan di telinga
Sasha sambil mempercepat gerakan jarinya sehingga Sasha makin kewalahan
menahan suaranya.
“Hhrmphh… mmmphh!! Mph!!” Suara-suara tertahan kian bergema didalam
mulut Sasha. Walaupun tangannya kian erat menutupi mulutnya, namun Sasha
tidak mampu untuk menahan suaranya lebih lama lagi, apalagi saat
merasakan orgasmenya kian mendekat. Suara-suara jeritan Sasha sesekali
terdengar saat ada celah di jari-jari Sasha. Namun suara itu juga tidak
begitu jelas terdengar. Andaikata Pak Halim tidak ada disitu, Sasha
sudah pasti menjerit-jerit dengan keras karena kenikmatan di vaginanya
itu.
Pak Anton terus berusaha untuk membuat Sasha takluk dan menjerit
untuk mempermalukan Sasha, namun tetap saja Sasha bersikeras untuk
menutup mulutnya. Anehnya, suasana tegang karena takut ketahuan justru
memberikan dorongan seksual tersendiri bagi Sasha.
“HMPP…PPF!! MMM!!!” Dengan diiringi lenguhan tertahan yang keras,
mata Sasha membelalak, seluruh otot tubuhnya menegang dan punggungnya
melengkung ke atas.
Pak Anton terkejut saat jarinya tiba-tiba terasa terjepit oleh
dinding-dinding vagina Sasha sebelum dibasahi oleh hangatnya cairan
cinta Sasha yang mengucur dengan deras dari vagina Sasha. Rupanya Sasha
berhasil mencapai orgasmenya sekali lagi. Sasha menyandarkan kepalanya
ke pagar balkon villa itu untuk beristirahat. Nafasnya tersengal-sengal
karena kelelahan.
“Wah, hebat juga orgasmenya! Ayo, kita lanjut ke ronde dua!” Dengan
penuh semangat, Pak Anton melucuti seluruh celananya sehingga penisnya
yang besar langsung mengacung tegak dihadapan vagina Sasha yang masih
tertungging lemas di pagar balkon.
Diolesinya penisnya dengan cairan cinta Sasha yang masih tersisa di
telapak tangannya sambil sesekali mengurut penisnya, Pak Anton sesekali
juga mencolek-colek vagina Sasha untuk mengambil cairan cinta Sasha
untuk kemudian dipergunakannya cairan itu sebagai pelumas penisnya.
Setelah beberapa lama, penis Pak Anton pun kembali berkilauan akibat
olesan dari cairan cinta Sasha. Pak Anton segera merangkul pinggang
Sasha sambil memposisikan kepala penisnya dibibir vagina Sasha.
“Ookh… Oohh!” tanpa sadar Sasha lupa untuk menutup mulutnya dengan
tangan sehingga terdengarlah suara lenguhannya saat penis besar Pak
Anton memasuki vaginanya. Pak Anton terdiam sejenak karena sadar bahwa
suara itu bisa saja terdengar oleh Pak Halim. Namun anehnya, Pak Halim
masih sibuk membaca korannya dengan wajahnya yang tertutup lembar-lembar
koran itu. Sepertinya earphone di telinganya disetel dengan volume yang
tinggi sehingga ia sulit mendengar suara disekitarnya.
Belum puas mengerjai Sasha, Pak Anton menarik pinggang Sasha kearah
kanan plafon itu sehingga kini posisi Sasha menungging tepat didepan
balkon Pak Halim. Seolah hendak memamerkan caranya menggagahi
pengantinnya itu kepada Pak Halim.
“Eeghmmm…” desah Sasha sambil sedikit menutup mulutnya kembali saat
Pak Anton memajukan pantatnya perlahan sehingga penisnya semakin
terbenam di dalam lubang pipis Sasha.
Sasha tidak merasa begitu sakit lagi karena lubang vaginanya terbuka
lebih lebar sedikit akibat dionani dengan dua jari Pak Anton sebelumnya.
Malah Sasha merasa nikmat sekali dengan sensasi gesekan antara dinding
vaginanya dengan penis besar milik Pak Anton. Rasa sesak akibat diameter
penis Pak Anton yang memenuhi rongga vagina Sasha juga memberi sensasi
tersendiri yang merangsang syaraf-syaraf vagina Sasha.
“Hmmm…” Sasha mendesah pelan dengan mulut tertutup saat Pak Anton
perlahan-lahan menarik keluar penisnya dari vagina Sasha hingga hanya
tersisa pangkal penisnya yang masih terbenam dalam vagina Sasha. Rasa
gesekan di klitoris Sasha yang tergesek saat penis itu ditarik mundur
memberi sensasi rasa geli yang menggelitik tiap syaraf di vagina Sasha.
“MMMPH!” Sasha menjerit saat tiba- tiba Pak Anton menghentakkan
pinggangnya maju kedepan sehingga penisnya langsung tertancap membenam
hingga kedasar liang vagina Sasha.
Pak Anton lalu mencengkeram pinggang Sasha dan menggoyangkannya
pelan-pelan sehingga penisnya mengaduk-aduk kemaluan Sasha. Pak Anton
juga kembali memijat pinggang Sasha seperti sebelumnya sehingga Sasha
semakin kewalahan akibat tambahan rasa nikmat yang mendera tubuhnya.
“Mmm… mmm… mmm…” Sasha hanya menggoyang-goyangkan kepalanya menahan
rasa nikmat yang menjalari tubuhnya itu sementara kedua tangannya masih
sibuk menutupi mulutnya dengan erat. Pak Anton membiarkan Sasha terbiasa
dengan sensasi akibat goyangan pinggangnya selama beberapa menit
sebelum ia tiba-tiba melepaskan pinggang Sasha.
“Hmm?” Sasha terkejut sesaat. Sasha segera menoleh kebelakang melihat
Pak Anton dengan raut wajah kecewa karena kenikmatannya terhenti.
“Ayo, giliran kamu yang goyang!” perintah Pak Anton.
Tanpa ragu lagi, Sasha segera menggoyangkan pantatnya untuk
mempermainkan penis Pak Anton dengan vaginanya. Pantat Sasha bergoyang
naik-turun menarik keluar sebagian penis Pak Anton sebelum Sasha
menghentakkan pantatnya mundur tiba-tiba sehingga penis Pak Anton
langsung terbenam dengan cepat ke dalam vaginanya.
“Huaah… aagh… egh…” Pak Anton mendesah penuh kenikmatan saat
merasakan rasa hangat dan lembut dalam vagina Sasha yang terus memainkan
penisnya dengan goyangan-goyangan erotis pantatnya.
Pak Anton terus meresapi kenikmatan dalam rongga vagina pengantin
cantiknya itu. Betapa bangganya Pak Anton saat mengingat kesuksesannya
untuk mendapatkan layanan khusus dari liang vagina Sasha yang begitu
banyak diincar oleh para lelaki di kantor mereka. Lama kelamaan, Pak
Anton merasa bosan dengan goyangan Sasha walaupun penisnya terasa cukup
nikmat. Pak Anton sudah cukup bersabar dengan goyangan Sasha dari tadi
untuk menarik perhatian Pak Halim yang dari tadi masih saja menempelkan
matanya di koran. Harapannya untuk mempermalukan Sasha dengan cara
mempertontonkan adegan dimana Sasha yang masih berbusana pengantin
sedang memompa penisnya maju mundur kepada Pak Halim mulai sirna.
“Sialan si Halim itu! Padahal ada pemandangan bagus begini, malah
koran yang dilihatnya! Dasar kutu buku tolol! Buta apa?!” umpat Pak
Anton dalam hati.
Pak Anton yang sudah tidak sabar lagi segera mencengkeram pinggang
Sasha dan menghentakkan pinggangnya dengan keras kedalam vagina Sasha.
“AAH!” Sasha menjerit keras.
Karena dilakukan secara mendadak, Sasha yang terkejut tanpa sadar
melepaskan tangannya sehingga suara jeritannya meledak. Pak Anton yang
kesal terus menghentak-hentakkan penisnya didalam vagina Sasha. Sasha
tahu tangannya kini tidak akan cukup lagi untuk mehanan suaranya,
sehingga Sasha tidak punya pilihan lain selain menyumpal mulutnya dengan
kain slayer yang tersibak kewajahnya dan menggigit kain itu sekeras
mungkin untuk menahan jeritan histerisnya yang siap untuk meledak kapan
saja. Selama 5 menit, Pak Anton memompa penisnya keluar masuk dari
vagina Sasha. Suara yang keluar dari mulut Sasha sudah tidak jelas sama
sekali apakah itu suara desahan, jeritan atau erangan. Sasha benar-benar
merasa tersiksa karena jeritannya tertahan dan rasa sakit di
tenggorokannya akibat suaranya diredam paksa.
“Hrggh… Eerghh…” Pak Anton tidak bisa lagi berlama-lama menahan
dirinya. Dengan diiringi sebuah hentakan keras ke dalam vagina Sasha,
Pak Anton pun menggeram keras dan menyemburlah sperma Pak Anton kedalam
vagina Sasha.
“Hmm… phh??” Sasha terkejut sejenak saat merasakan sperma Pak Anton
menyemprot hingga ke dasar vaginanya. Pak Anton membiarkan penisnya
tertancap kedalam vagina Sasha sejenak untuk mengeluarkan seluruh
spermanya itu.
Saat penis itu tercabut dari vagina Sasha, tampak lelehan putih
sperma Pak Anton ikut keluar dari celah-celah vagina Sasha yang masih
menungging itu. Pak Anton tersenyum puas dan dibelainya tubuh Sasha.
Namun tiba-tiba ia merasakan tubuh Sasha bergetar pelan seperti
menggigil ssat membelai Sasha. Pak Anton dengan perasaan cemas segera
melihat keadaan Sasha. Betapa terkejutnya Pak Anton saat melihat wajah
Sasha yang sudah berlinangan air mata sedang menangis sesunggukan dengan
slayer yang masih tersumpal didalam mulutnya. Entah bagaimana, hati Pak
Anton terasa sakit dan kasihan melihat Sasha yang tampak tersiksa itu.
Bagaimanapun juga ia menikahi Sasha atas dasar rasa cintanya pada
wanita itu sejak dulu dan mungkin perbuatannya untuk balas dendam dengan
mempermalukan Sasha sudah kelewatan sehingga malah menyakiti wanita
yang dicintainya itu. Pak Anton segera mengusap airmata dari wajah Sasha
dan merangkulnya dari belakang. Dilepasnya slayer yang masih digigit
oleh Sasha dengan pelan. Pak Anton bisa merasakan getaran tubuh Sasha
dan juga peluh yang membasahi sekujur tubuh wanita malang itu.
“Sha, maaf ya… Kamu tidak apa-apa kan?” tanya Pak Anton dengan penuh kekhawatiran.
Sasha yang masih sesunggukan hanya mengangguk pelan. Tanpa
menghiraukan Pak Halim lagi, Pak Anton segera membimbing Sasha masuk ke
dalam kamar mereka. Slayer, tiara dan kontak lens Sasha dilepas, Pak
Anton lalu membaringkan Sasha di ranjang mereka tepat disamping Alyssa
dan melepas sepatu Sasha.
“Kamu capek kan? Ayo tidur dulu ya.” Pak Anton segera menyelimuti
tubuh Sasha dengan selimut dan membaringkan tubuhnya disamping Sasha.
Sejenak Pak Anton merenungi kejadian hari itu dan apa yang telah
dilakukannya dengan Sasha. Ekspresi puas tampak menghiasi wajahnya,
walaupun ia juga agak menyesali perlakuannya pada Sasha barusan.
Perlakuannya memang kelewatan.
Bagaimanapun juga Sasha pasti punya harga
dirinya sendiri sebagai seorang wanita. Pak Anton lalu memutuskan untuk
kembali minta maaf.
“Eh, Sha…” Saat Pak Anton menoleh ke wajah Sasha untuk meminta maaf sekali lagi,
Rupanya Sasha sudah tertidur lelap kelelahan. Wajah tidurnya tampak
menawan bagaikan wajah malaikat, apalagi dengan gaun putihnya dan riasan
pengantin di wajahnya yang semakin memperkuat kesan “angelic” dari
tubuhnya. Pak Anton hanya tersenyum kecut sebelum akhirnya ikut tertidur
sambil memeluk tubuh lembut Sasha.
Esok paginya, Pak Anton mendadak terbangun saat merasakan sensasi
rasa hangat dan sesuatu yang lembut sedang mempermainkan penisnya.
Rasanya penisnya seperti dikocok-kocok maju-mundur oleh sesuatu.
Sesekali pula pangkal penisnya terasa basah dan geli saat digesek oleh
sesuatu yang basah.
Pak Anton membuka matanya sejenak. Betapa terkejutnya dirinya saat
melihat Sasha sedang menungging dihadapan selangkangannya sambil
mempermainkan penisnya. Jari-jari tangan Sasha yang masih dibalut sarung
tangan satinnya mengocok penis Pak Anton dengan lembut sambil sesekali
menjilati dan menyentil-nyentil pangkal penis Pak Anton dengan lidahnya.
“Sa… Sasha?” tanya Pak Anton tidak percaya.
“Ooh, Sayaang… Akhirnya bangun juga… Aku sudah menunggu dari tadi, lhoo…” racau Sasha saat melihat Pak Anton terbangun.
“Apa-apaan kamu?!” bentak Pak Anton, namun Sasha tidak menggubris Pak
Anton sama sekali. Ia masih saja sibuk memainkan penis Pak Anton dengan
tangan dan mulutnya. Mata Sasha tampak sayu dan nafasnya masih saja
memburu. Pak Anton akhirnya tahu kalau Sasha masih belum sadar dari
mabuknya dan sudah tentu pengaruh dari obat perangsang itu. Namun Pak
Anton heran, bagaimana mungkin Sasha bisa kembali bergairah seperti itu
setelah sekian lama meminum wine itu. Normalnya, efek wine itu tentunya
sudah hilang dari tadi.
“Mmm… enaakh… lebih enak dari Aldy… Besaar…” seloroh Sasha sambil mengelus-elus penis Pak Anton dan menjilatnya dengan pelan.
“Hooh… Hwooh…” Pak Anton mendesah nikmat saat tiba-tiba bibir Sasha menghisap-hisap penisnya.
“Mmm… hmm…” terdengar gumaman Sasha yang masih menghisap penis Pak
Anton. Lidah Sasha ikut membelai-belai pangkal penis Pak Anton sehingga
Pak Anton merasa lubang kencingnya seolah ditusuk-tusuk oleh jarum.
“Aah… enaak… Eh? Hentikan Sasha!” tiba-tiba Pak Anton tersadar dari
buaian kenikmatannya itu. digesernya kepala Sasha sehingga kuluman Sasha
terlepas dari penisnya.
“Apaa siih?” gerutu Sasha kesal.
“Siapa yang suruh kamu oral seks sekarang?! Ini masih pagi tahu!”
“Soalnya kamu curaang! Aku masih belum memberimu hadiah pernikahan kaan?!!” jawab Sasha dengan wajah merengut.
“Hadiah apa?!” tanya Pak Anton heran.
Sasha tidak menghiraukan pertanyaan Pak Anton. Ia segera melompat dan menangkap penis Pak Anton dengan kedua belah tangannya.
“Naah, ketangkap deeh! Dasar nakaal!” ujar Sasha seperti anak kecil.
Sasha segera mengulum penis Pak Anton kembali. Suara jilatan dan
hisapan Sasha kembali bergema di kamar itu. Kini giliran Pak Anton yang
kewalahan menghadapi Sasha. Rasa nikmat yang menjalari penisnya semakin
menjadi. Liur Sasha sudah menetes-netes dipinggir bibirnya, namun Sasha
masih saja bersemangat dalam menghisap penis Pak Anton.
“Sashaa! Sudaah! Hadiah apa yang kamu mau?!” kembali Pak Anton
bertanya dengan kewalahan. Sasha pun akhirnya menghentikan kulumannya
itu dan menatap wajah Pak Anton dengan sayu.
“Aku… mau memberimu keperawananku…” jawab Sasha pelan.
“Keperawanan? Bukannya kamu sudah tidak perawan dari tadi?” tanya Pak
Anton bingung dengan dahi yang mengrenyit. Bukannya Sasha sudah tidak
perawan sejak sebelum ia dinikahi tadi? Bukankah Aldy yang sudah memetik
keperawanan Sasha sebelumnya? Pikir Pak Anton.
“Aah! Mas Anton bodoh deeh!!” Sasha kembali merengut. Kini Sasha
membalikkan tubuhnya, mengangkat rok gaunnya dan menungging dihadapan
Pak Anton sambil menguakkan bongkahan pantatnya sendiri sehingga lubang
pantat Sasha tampak merekah dihadapan wajah Pak Anton. Pantat
Sasha
tampak mengkilat ditimpa cahaya mentari pagi yang menerobos kedalam
kamar mereka.
“Ini… pantatku masih perawan kook!” ujar Sasha manja.
“Ayo doong! Ini hadiah dariku lhoo! Aku memang berencana untuk
memberi keperawanan pantatku untuk Mas Anton dari kemarin!” goda Sasha
seperti pelacur sambil menggoyang-goyangkan pantatnya yang montok itu,
sehingga Pak Anton kini kembali menelan ludah. Siapa yang bisa menolak
godaan seorang pengantin wanita secantik Sasha? Apalagi tawaran sukarela
untuk mencicipi lubang pantat Sasha tidak datang setiap hari.
Pemandangan yang disajikan Sasha dihadapan Pak Anton segera
membangkitkan kembali gairah seksual Pak Anton. Pak Anton segera
beranjak bangun dari ranjangnya.
“Yaah… kok pergi siih?!” ujar Sasha yang masih menungging dengan nada kecewa.
“Sebentar sayang, aku mau minum dulu.” Jawab Pak Anton sambil
mencari-cari wine yang tadi ditaruhnya diatas meja balkon itu supaya
gairah seksualnya ikut bangkit untuk mengimbangi Sasha.
Pak Anton amat terkejut melihat wine yang tadinya masih penuh sekitar
¾ bagian, sekarang jumlahnya kurang dari setengah botol. Pak Anton
melirik Sasha sejenak, dilihatnya wajah Sasha yang tampak dilanda
nafsunya itu. Bahkan kini jari-jari lentik Sasha mulai mempermainkan
liang vaginanya sendiri sambil mendesah-desah erotis.
“Eh Sha, kamu tadi minum wineku ya?” tanya Pak Anton curiga.
“Iyaah… memangnya kenapaa? Soalnya nggak ada air putihh… Winenya
enakk… hhh… tadi kuminum 10 gelas… mmh… soalnya gelasnya kecil… siih…”
desah Sasha.
Pantas saja! gerutu Pak Anton dalam hati. Akhirnya Pak Anton tahu
penyebab mengapa Sasha bisa semabuk dan bergairah seperti itu. Wajar
saja, semalam mereka mereguk sekitar 7 gelas kecil wine itu dan masih
tersisa lebih dari setengahnya. Dengan dosis 5 gelas saja sudah cukup
untuk membuat Sasha tergila-gila semalam. Apalagi dengan dosis berganda,
wajarlah apabila akibatnya bisa sedahsyat itu untuk wanita yang gampang
mabuk seperti Sasha. Pak Anton hanya menggerutu sejenak sebelum meminum
beberapa gelas kecil wine itu. Setelah merasa tubuhnya mulai bergairah,
Pak Anton segera menghampiri Sasha yang masih sibuk beronani sambil
menungging diatas ranjang.
Segera Pak Anton memposisikan wajahnya
ditunggingan Sasha. Dibenamkannya wajahnya di selangkangan Sasha sambil
menjulurkan lidahnya ke vagina Sasha perlahan.
“Hya?!” Sasha kembali menjerit kecil saat lidah Pak Anton menusuk vaginanya.
Pak Anton segera mencengkeram pinggang Sasha dan membenamkan wajahnya
di selangkangan Sasha. Dihirupnya aroma khas yang terpancar dari vagina
Sasha sambil menyeruput cairan cinta Sasha yang menetes deras ikut
membasahi sprei ranjang mereka. Hembusan nafas Pak Anton membuat bulu
kuduk Sasha berdiri dan desahannya semakin keras saat klitorisnya
kembali dipermainkan Pak Anton yang kali ini menyentil klitoris Sasha
dengan lidahnya.
“Aah… aaw!!” Desah Sasha menggema diruangan itu.
Tubuh Sasha sudah sepenuhnya tidak terkontrol lagi karena takluk oleh
nafsu birahinya. Pak Anton pun semakin bersemangat mencicipi vagina
Sasha.
“Mommy?” tiba-tiba terdengar suara anak perempuan dari belakang tubuh Sasha dan Pak Anton.
“A… Alyssa?” Sasha terkejut sejenak saat mendengar suara itu. Pak
Anton menoleh dan melihat Alyssa yang terbangun sudah terduduk
dibelakangnya. Alyssa tampak kebingungan melihat posisi ibunya yang
menungging dan wajah Pak Anton yang terbenam di selangkangan ibunya itu.
Alyssa lalu berjalan mendekati Sasha, dilihatnya wajah merah padam
Sasha yang sayu dan tampak kelelahan. Tentu saja balita seperti Alyssa
tidak mengerti sama sekali apa yang sedang dilakukan oleh Sasha dan Pak
Anton.
Pak Anton menghentikan aksinya karena ia tidak mau lagi mengerjai
Sasha dengan berlebihan. Bahkan Pak Anton segera menurunkan kembali rok
gaun Sasha untuk menutupi selangkangan Sasha.
“Aah! Kok berhenti siih!” gerutu Sasha.
“Sebentar Sha, Alyssa kan sudah bangun. Kita lanjutkan nanti saja!”
“Nggak mauu! Aku maunya sekarang!” tolak Sasha seperti anak kecil.
“Tapi Sha, Alyssa kan…”
“Biarin ajaa… Kalau nggak, nanti aku nggak akan mau main dengan Mas
Anton lagi!” ancam Sasha. Mungkin karena mabuk berat dan pengaruh
rangsangan di tubuhnya, Sasha tidak peduli lagi dengan kehadiran Alyssa.
Ia juga sama sekali tidak cemas kalau Alyssa menonton adegan
persetubuhannya nanti. Pak Anton merasa tidak perlu lagi menahan diri
karena Sasha sendiri sudah sama sekali tidak peduli dengan harga
dirinya. Tanpa menunggu lama, Pak Anton segera menyibakkan kembali rok
gaun Sasha dan mencubit klitoris Sasha.
“AW!” Sasha menjerit di hadapan Alyssa, sehingga Alyssa tampak semakin kebingungan.
“Mom…my?” tanya Alyssa bingung dengan polosnya. Ia mengira Sasha kesakitan karena Sasha menjerit keras.
Pak Anton kembali beraksi, kini dijilatinya klitoris Sasha sambil
kembali memasukkan jarinya kedalam vagina Sasha dan mulai mengocok liang
vagina Sasha kembali.
“Ahh… oohh… Haaah…” kini wajah Sasha tampak memancarkan kelegaan dan kenikmatan di hadapan Alyssa.
Pak Anton terus bergantian antara mencubit klitoris Sasha ataupun
menyentil-nyentil klitoris Sasha sehingga mimik wajah Sasha ikut
berganti-ganti antara menikmati atau kesakitan dihadapan Alyssa. Raut
wajah Alyssa semakin bingung melihat mimik muka ibunya itu. Mata Sasha
yang merem melek ditambah dengan bibirnya yang meneteskan air liurnya
dan lidahnya yang terus menyapu keluar akibat deraan gelombang
kenikmatan yang menguasai tubuhnya kini terpampang jelas dihadapan
putrinya sendiri yang tampak kebingungan karena belum pernah melihat
raut wajah ibunya seperti itu.
Normalnya, Sasha pasti akan segera menghentikan tontonan yang amat
tidak pantas untuk dilihat bagi balita yang polos seperti Alyssa. Namun
akibat rangsangan obat yang diminumnya dengan wine itu, sekarang otak
Sasha hanya terfokus untuk menggapai kenikmatan seksualnya sendiri tanpa
menghiraukan pandangan Alyssa sama sekali. Sensasi kenikmatan di
vaginanya benar-benar merasuki tubuh Sasha yang sekarang juga amat
sensitif akibat pengaruh obat perangsang itu. Malah Sasha juga merasa
semakin terangsang saat persetubuhannya dilihat oleh anaknya sendiri.
“Alyssa, ayo sini ke tempat om!” ujar Pak Anton tersenyum sambil
menggendong Alyssa ke pangkuannya. Sehingga kini Sasha memamerkan
kewanitaan dan pantatnya dihadapan Pak Anton dan anaknya sendiri. Pak
Anton lalu memegang tangan mungil Alyssa dan mengeluarkan jari telunjuk
dan jari tengah milik balita mungil itu.
“Nah, ayo… om kasih tahu apa yang paling disuka mamamu!” Ujar Pak Anton sambil membimbing tangan Alyssa kearah vagina Sasha.
“Ugh!” Sasha menjerit saat merasakan vaginanya ditusuk oleh sesuatu
yang kecil. Sasha akhirnya menyadari kalau jari-jari mungil Alyssa sudah
terbenam ke dalam vaginanya.
“Baguus! Alyssa memang pintar! Sekarang, ikutin gerakan tangan om
ya!” puji Pak Anton sambil memegang pergelangan tangan Alyssa dan
menggerakkannya maju-mundur dengan pelan sehingga jari-jari tangan
Alyssa menghunjam vagina ibunya berulangkali.
“Wah! Aach! Aww!” Sasha mendesah-desah saat jari-jari mungil Alyssa
mempermainkan vaginanya. Tubuh Sasha tampak terhentak pelan mengiringi
hunjaman jari putrinya sendiri di vaginanya. Alyssa yang polos sama
sekali tidak tahu apa yang sedang dilakukannya itu. Alyssa malah tampak
senang dan tertawa-tawa saat melihat tubuh ibunya terhentak sambil
mendesah nikmat akibat permainan jarinya itu. Ia mengira perbuatannya
itu semacam permainan yang menyenangkan. Pak Anton sesekali melepaskan
tangan Alyssa dan Alyssa terus saja menggerakkan jarinya maju mundur
divagina Sasha.
“Gimana rasanya, Sha? Main dengan Alyssa enak kan?” ejek Pak Anton.
“Ooh.. oh… aah… Alyssaa… ahh… Alyssa… enaak… terus… sayaang…” Racau
Sasha penuh kenikmatan. Sasha tidak mempedulikan ejekan Pak Anton lagi.
Jari-jari mungil Alyssa yang sesekali bergerak saat menghunjam vaginanya
menjelajahi ruang hangat vagina Sasha memberi Sasha reaksi tersendiri
yang luar biasa. Apalagi mengingat kalau vaginanya sedang dipermainkan
anaknya sendiri, sama sekali tidak membuat Sasha merasa malu, malah
Sasha semakin terangsang berat akibat permainan itu.
“WAAAH… HAAH…AAKH!!!” Sasha menjerit sekeras-kerasnya saat seluruh
syaraf tubuhnya menegang keras. Tanpa bisa dibendung, cairan cinta Sasha
langsung muncrat tanpa ampun kejari-jari Alyssa. Alyssa terdiam sejenak
karena kaget mendengar suara jeritan Sasha dan semburan cairan cinta
ibunya itu. Kepala Sasha langsung ambruk kembali ke ranjang setelah
mendapat orgasme yang luar biasa itu, namun ia masih dalam posisi
menungging sehingga bagian atas tubuhnya kini tertumpu pada kedua dada
indahnya itu yang kini seperti bantalan yang terjepit diantara tubuhnya
dan kasur empuk itu untuk menahan tubuhnya.
“Hehehe… lumayan deh!” Pak Anton terkekeh-kekeh puas setelah berhasil
mengerjai Sasha sambil mengacungkan jari-jari Alyssa yang berkilat
akibat cairan cinta Sasha dan menjilat-jilati jari Alyssa.
“Bagus sekali, Alyssa! Kamu memang pintar!” kembali Pak Anton memuji
Alyssa sambil mengelus kepala anak yang lugu itu. Alyssa hanya tertawa
saat Pak Anton membelainya tanpa mengerti kalau ia baru saja diperalat
untuk melakukan hal yang amat terkutuk. Alyssa lalu didudukkan disebuah
kursi bayi dan dipasangkan ikat pinggang supaya tidak jatuh. Setelah
memastikan kalau Alyssa sudah aman, Pak Anton segera kembali menghampiri
Sasha yang masih menungging tak berdaya diatas ranjang itu.
“Oke, Sasha! Sekarang giliran saya ya! Saya mau menagih hadiah dari
kamu!” pungkas Pak Anton sambil mengangkat sedikit pinggang Sasha. Kali
ini diposisikannya pinggang Sasha agar lubang pantat Sasha berada tepat
dihadapan penisnya yang mengacung tegak.
“Tenang saja! Saya akan bersikap lebih lembut kali ini, supaya kamu tidak merasa tersiksa lagi.” Janji Pak Anton pada Sasha.
Pak Anton kembali mencolek-colek cairan cinta di vagina Sasha untuk
kemudian diusapkannya di lubang pantat Sasha sebagai pelumas. Setelah
merasa siap, Pak Anton menguakkan kedua bongkahan pantat Sasha dan
menyentuhkan ujung penisnya dilubang pantat Sasha. Pak Anton mulai
mendorong maju pinggangnya dengan pelan.
“Heghh…” Sasha merintih kecil saat merasakan lubang pantatnya terbuka sedikit untuk menerima penis Pak Anton.
“AAAAKH!!!” dengan disaksikan oleh Alyssa, Sasha menjerit pilu saat
penis Pak Anton yang besar itu menerobos masuk lubang pantatnya hingga
penis besar itu terhunjam sepenuhnya kedalam lubang pantat Sasha dan
lenyaplah keperawanan anal milik Sasha. Air mata Sasha langsung menetes
akibat rasa perih yang tak terkira melanda anusnya.
“Hoaah…” Pak Anton menghentikan sejenak gerakannya untuk meringankan
rasa sakit yang melanda Sasha. Sekaligus merasakan sensasi hangat dan
lembut didalam lubang pantat Sasha. Jepitan otot pantat Sasha yang
begitu erat memberi rasa nikmat bagi Pak Anton, seolah bersetubuh dengan
seorang perawan. Ya! Bagi Pak Anton, peribahasa “tak ada rotan, akar
pun jadi” amat berarti saat itu.
Karena walaupun tidak bisa menikmati
keperawanan vagina Sasha, toh tidak ada salahnya bagi Pak Anton untuk
mendapatkan keperawanan pantat Sasha yang tak kalah nikmatnya.
“Sasha, kenapa? Sakit ya?” Pak Anton bertanya pada Sasha dengan nada sedikit cemas.
“I… iya… shhh… sebentar ya…” jawab Sasha pelan sambil menghela nafas.
Sasha berusaha menghirup udara sejenak dan menyesuaikan dirinya dengan
posisi Pak Anton. Rasa sesak dan perih dilubang pantat Sasha pelan-pelan
menghilang. Tidak seperti tadi, kali ini Pak Anton berusaha untuk
memberi rasa nyaman bagi Sasha. Sementara itu, Alyssa hanya terduduk
sambil melihat adegan persetubuhan ibunya itu.
“Bagaimana? Sudah enak?” tanya Pak Anton.
“Mmm… Tapi jangan keras-keras ya…” jawab Sasha sambil menanggukkan kepalanya.
Pak Anton mulai menggerakkan pinggulnya perlahan-lahan sehingga
penisnya tertarik keluar hingga tersisa pangkal penisnya saja sebelum
kembali menggerakkan maju penisnya dengan pelan kedalam pantat Sasha.
Gerakan pelan itu memang disengaja untuk memberi rasa nyaman bagi Sasha.
Saat penis Pak Anton sudah terbenam sebagian besar, Pak Anton segera
menghentakkan pinggangnya mendadak sehingga muncul rasa perih yang
tiba-tiba menyengat anus Sasha.
“Aw!” jerit Sasha saat pantatnya serasa tertusuk oleh jarum raksasa
ketika Pak Anton menghentakkan pinggangnya, menghunjamkan seluruh
penisnya kedalam anus Sasha.
“Tahan ya, Sha! Lama-lama juga enak kok!” bujuk Pak Anton. Sasha
hanya mengangguk pelan. Pak Anton terus menggerakkan penisnya maju
mundur dengan pelan sambil meresapi nikmatnya jepitan erat dari otot
pantat Sasha.
Benar saja, lama kelamaan rasa sakit dan perih di pantat Sasha mulai
berganti dengan rasa geli sedikit perih yang nikmat. Syaraf-syaraf anus
Sasha mulai terbiasa dengan gerakan penis Pak Anton dan hentakan
mendadak dari Pak Anton yang sekarang mengirimkan gelombang kenikmatan
tiada taranya kesetiap simpul syaraf Sasha. Suara rintihan Sasha
pelan-pelan berganti dengan suara desahan penuh kenikmatan.
“Aagh… awwh… hhh…” Sasha tampak megap-megap merasakan sensasi nikmat
yang melanda anusnya. Saat merasa Sasha sudah terbiasa dengan
gerakannya, Pak Anton langsung mempercepat gerakan pinggulnya sehingga
penis Pak Anton menghunjam keras kedalam anus Sasha. Suara tumbukan
antara pinggang Pak Anton dan bongkahan pantat Sasha menggema didalam
kamar mereka.
Pak Anton kembali menuangkan wine ke gelasnya sendiri dan menyodorkan
gelas itu ke Sasha. Sasha yang kehausan akibat terus menjerit-jerit
sejak disetubuhi Pak Anton segera meminum wine itu. Saat melihat wine
digelas itu habis, Pak Anton segera menuangkan wine itu lagi untuk
diminum Sasha. Sasha terus direcoki dengan wine yang dicampur obat
perangsang itu sehingga kini Sasha semakin mabuk dan terhanyut dalam
gairah seksualnya.
“Aah… en…naak… ooh…” desah Sasha.
“Enak ya, Sha? Kamu suka?”
“I…yaah… ookh…”
“Sasha, kamu suka yang mana? Di vagina atau pantat kamu?” tanya Pak Anton.
“Aaahh… sama sajaa… dua-duanya enaak…” celoteh Sasha.
“Mas Antoon… Maas… suka yang manaa? Vagina… atau pantatnya Sashaa?” tanya Sasha manja seperti seorang pelacur.
“Hmm… Aku sih lebih suka pantatmu, Sha. Soalnya vagina kamu sudah
bekas si Aldy! Lagipula pantat kamu masih rapat seperti perawan,
hehehe…” jawab Pak Anton cengengesan.
“Kalau begituu… mulai hari ini… lubang pantatnya Sasha… jadi milik
Mas Anton… yaa? Terserah Mas Anton mau bagaimanaa ajaa… Pasti Sasha
nurut deeh…”
Hati Pak Anton langsung berbunga-bunga mendengar tawaran Sasha bahwa
mulai saat ini pantat Sasha bebas untuk digunakannya sesuka hati.
“Boleh! Boleh! Pokoknya mulai sekarang pantatmu hanya untuk aku saja!
Jangan sampai disentuh si Aldy ya!” jawab Pak Anton sesegera mungkin.
“Iyaah… hhh… Maas…” jawab Sasha pelan.
Pak Anton dan Sasha terus bersetubuh di hadapan Alyssa. Alyssa yang
tidak mengerti dengan pemandangan dihadapannya hanya diam sambil
mengisap-isap jarinya. Sasha sama sekali tidak peduli dengan tatapan
Alyssa, mulutnya sibuk mendesah sambil meresapi rasa nikmat di anusnya.
Sesekali Pak Anton memukul bongkahan pantat Sasha yang langsung disambut
dengan jeritan Sasha dihadapan Alyssa. Sasha sendiri merasakan
pengalaman seks yang luar biasa dengan Pak Anton. Biasanya saat
bersetubuh, Aldy lebih suka gaya konvensional yang seringkali membuat
Sasha bosan. Lain halnya dengan Pak Anton yang selalu punya banyak cara
untuk menaikkan gairah seksual Sasha. Walaupun sebenarnya gairah seksual
Sasha juga banyak terbangkitkan oleh wine yang ia minum.
“Aahh…Maas…” panggil Sasha pelan.
“Ya, sayang?” jawab Pak Anton
“Sudah… mau sampai, maas… tolong… aah…” pinta Sasha saat merasakan orgasmenya membayang.
“Oke… tahan ya, sayang… Aku juga mau sampai. Erhm…” ujar Pak Anton
sambil menggeram sejenak. Penis Pak Anton ditarik keluar perlahan hingga
tersisa ujung penisnya saja dan tiba-tiba Pak Anton merebahkan dirinya
di ranjang. PLOOP! Terdengar suara pelepasan yang becek antara penis Pak
Anton dan lubang pantat Sasha.
“OOH!” Sasha langsung melenguh keras dan kembali roboh diatas ranjangnya.
Dengan sigap, Pak Anton segera bangkit dan berlutut kembali dihadapan
tunggingan Sasha. Penisnya sekarang dibenamkan langsung ke vagina Sasha
dan Pak Anton segera menggerakkan pinggang Sasha maju mundur hingga
penisnya terhentak-hentak dalam vagina Sasha.
“AAH! Ah! Aah!” Sasha menjerit-jerit histeris karena sensasi kenikmatan gesekan penis Pak Anton
di vaginanya.
“Sha… Aku mau keluar… sebentar lagi…” ujar Pak Anton terbata-bata
merasakan penisnya yang siap mencapai puncak kenikmatannya sekali lagi.
“Ooh! Yaah! Ayo Mass… keluarkan di vagina Sasha lagii… supaya… Sasha
hamiil…” seloroh Sasha yang juga terpengaruh oleh gejala orgasmenya.
“Iyaah… Sashaa…” Pak Anton yang mendengar bahwa ada kesempatan
baginya untuk menghamili Sasha semakin buas menghentakkan penisnya itu.
Bayangan akan seorang buah hati yang akan dilahirkan oleh Sasha hasil
dari pernikahan dengannya, membuat Pak Anton kian bersemangat.
“AAAH! HAAH! MAS ANTOON…” Sasha melolong keras saat ledakan orgasme
kembali menghantam tubuhnya untuk kesekian kalinya. Tubuh Sasha langsung
mengejang kaku dan dinding vaginanya terasa menjepit dan meremas penis
Pak Anton sekuat mungkin. Sasha kembali tumbang kelelahan setelah
orgasme dengan hebat dua kali berturut-turut. Tubuhnya terasa lemas
tanpa tenaga sama sekali dan Sasha pun segera tertidur kelelahan setelah
melayani Pak Anton selama hampir 2 jam. Cairan bening ikut menetes
keluar dari vagina Sasha yang masih tersumbat penuh dengan penis Pak
Anton, pertanda bahwa Sasha baru saja mengalami orgasme.
“HHRMH!” Pak Anton yang sudah tidak tahan akibat sensasi jepitan di
vagina Sasha, segera menggeram dan membenamkan penisnya hingga kedasar
vagina Sasha.
Akhirnya disemprotkannya cairan spermanya kedalam rahim Sasha,
beberapa saat setelah Sasha mengalami orgasme. Untuk beberapa saat, Pak
Anton meresapi kenikmatan ejakulasinya didalam rahim Sasha sebelum
melepaskan penisnya dari vagina Sasha dengan pelan.
Pak Anton meluruskan dan membalikkan tubuh Sasha yang terlungkup.
Sehingga Sasha kini
terbaring di hadapannya. Pak Anton tersenyum melihat
wajah Sasha yang tertidur.
Pak Anton lalu memberikan sebuah bantal dikepala Sasha dan merapikan
kembali penampilan Sasha. Tidak lupa, diaturnya posisi tidur Sasha
senyaman mungkin agar Sasha bisa beristirahat.
“Hwaaa… Waaa!!” tiba-tiba terdengar suara tangisan Alyssa.
Pak Anton yang masih telanjang segera tergopoh-gopoh menghampiri
balita kecil itu. Sesaat Pak Anton bingung karena tangisan Alyssa. Namun
ia segera melepas pengaman Alyssa dan digendongnya putri Sasha itu
keatas ranjang tempat ibunya tertidur lelap. Alyssa lalu didudukkan
disamping Sasha. Mungkin karena merasa lebih aman didekat ibunya, Alyssa
pun pelan-pelan menghentikan tangisannya. Alyssa lalu merangkak
mendekati tubuh ibunya itu.
“Mommy?” kembali Alyssa memanggil Sasha sambil menepuk-nepuk tangan
Sasha. Pak Anton pelan-pelan menjauhkan Alyssa dari ibunya untuk memberi
kesempatan bagi Sasha untuk tidur.
“Alyssa, jangan ganggu mamamu ya? Biarkan mamamu istirahat ya?” pinta
Pak Anton dengan pelan sambil menggendong Alyssa kearahnya. Alyssa
hanya melihat wajah Pak Anton dengan raut wajah polosnya yang tersenyum.
Mata Alyssa sejenak mengingatkan Pak Anton dengan mata indah Sasha.
“Alyssa, mau nggak punya adik?” tanya Pak Anton pada Alyssa. Seolah
mengerti akan perkataan Pak Anton, Alyssa tertawa riang sambil
menepuk-nepukkan kedua tangannya.
“Yaa, Alyssa memang anak yang pintar! Kalau begitu, biarkan mamamu
istirahat ya? Supaya Alyssa nanti bisa dapat adik bayi yang lucu! Nah,
ayo main dengan om, ya!” bujuk Pak Anton.
Alyssa hanya tertawa-tawa riang sementara Pak Anton memakai
pakaiannya sebelum menggendong anak itu keluar kamar, meninggalkan
ibunya yang masih tertidur. Beberapa jam kemudian, Sasha terbangun dari
tidurnya. Sayup-sayup ia mendengar suara tawa Alyssa dari arah taman.
Sasha segera beranjak kearah balkon dan dilihatnya Pak Anton sedang
duduk di ayunan kecil di taman villanya dengan Alyssa disampingnya.
Sasha tersenyum bahagia saat melihat Alyssa tampak senang bermain-main
dengan sebuah bola yang diberikan oleh Pak Anton sambil berayun-ayun di
ayunan itu.
“Nah, lihat! Siapa yang sudah bangun!” ujar Pak Anton sambil
mengarahkan pandangan Alyssa ke balkon. “Mommy! Mommy!” Alyssa semakin
tertawa lebar saat melihat ibunya itu. Tangannya melambai-lambai kecil
seolah memanggil Sasha untuk ikut bermain bersama. Sasha segera turun ke
taman villa itu tanpa sempat mengganti busana pengantinnya yang
dikenakannya dari kemarin sore. Sesampainya di taman, Sasha segera
berjalan cepat menghampiri suami dan anaknya itu.
“Akhirnya bangun juga! Alyssa sudah kangen nih!” ujar Pak Anton
seraya menyerahkan Alyssa kedalam gendongan Sasha. Sasha hanya tersenyum
melihat keakraban Pak Anton dan putrinya itu.
Pak Anton bisa melihat
kalau pengaruh wine itu sudah sepenuhnya hilang dari diri Sasha.
“Ayo, duduk dong! Kan capek berdiri terus!” Pak Anton menggeserkan diri dan memberi tempat duduk untuk Sasha di ayunan itu.
“Emm… jangan dulu ya, Mas?” pinta Sasha sambil tersenyum manis.
“Lho, kenapa?”
“Masih sakit nih…” jawab Sasha pelan sambil tersipu malu saat melirik
kebagian belakang-bawah tubuhnya. Pak Anton tertawa kecil mendengar
jawaban Sasha. Wajar saja karena pantat Sasha baru saja diperawani
sehingga pasti terasa agak sakit kalau duduk di kursi ayunan yang
terbuat dari besi.
“Ya, sudah! Kutemani kamu dan Alyssa jalan-jalan di taman saja ya?
Nggak sakit kan, kalau jalan?” tanya Pak Anton. Sasha menggeleng dan
tersenyum sambil meraih pergelangan tangan Pak Anton.
“Sha, kamu nggak mau ganti baju dulu nih? Kalau dilihat tetangga gimana?” tanya Pak Anton.
“Hihi… ya sudah, nggak apa-apa kok! Kita kan pengantin baruu!” jawab Sasha ceria.
Pak Anton tersenyum dan segera menyambut uluran tangan Sasha. Mereka
pun bergandengan dengan mesra sambil berjalan disepanjang di taman itu.
Mereka lalu tiba di paviliun tempat mereka menikah kemarin. Pak Anton
lalu memeluk tubuh Sasha, yang sedang menggendong Alyssa, dari
belakang. Sasha hanya tertawa kecil dan tersenyum bahagia saat dipeluk
oleh Pak Anton.
“Sha, bagaimana kalau kamu nanti hamil? Apa kamu mau punya anak dari saya?” tanya Pak Anton
“Kok Mas Anton tanyanya begitu sih? Mas Anton kan suamiku juga.” jawab Sasha lembut.
Jawaban Sasha itu langsung memberikan ketenangan yang tak terkira
bagi Pak Anton. Betapa bahagianya dirinya karena akhirnya berhasil
mendapatkan hati wanita dambaan hatinya itu, apalagi wanita itu sekarang
mau menerima dirinya seutuhnya. Bisa dikatakan kalau benih-benih cinta
yang ditaburkannya dalam hati Sasha kini telah seutuhnya bersemi dan
mekar didalam relung hati Sasha.
“Eh, Mas! Kalau saya hamil dan anaknya nanti perempuan, saya beri nama Anissa ya?” usul Sasha tiba-tiba.
“Lho? Kenapa Anissa?” tanya Pak Anton heran.
“Soalnya nama Alyssa kan dari gabungan namaku dan Aldy! Aldy-Sasha,
jadinya Alyssa… kalau begitu, Anton-Sasha, jadinya Anissa doong!” canda
Sasha.
“Hahaha… Kamu bisa saja! Terserah kamu saja, sayang! Hahaha!” Pak
Anton tertawa sambil membelai kepala Sasha. Alyssa juga ikut tertawa
dalam gendongan Sasha saat melihat kedua orang tuanya itu tampak
bahagia.
Saat itu adalah saat yang paling membahagiakan dalam hidup Pak Anton
karena ia telah mendapatkan sebuah keluarga baru yaitu Sasha dan
putrinya, Alyssa. Pak Anton tidak peduli bahwa Sasha adalah istri sah
Aldy ataupun ikatan mereka hanya sebatas kawin kontrak semata. Demikian
pula dengan Sasha yang kini menyadari betapa dalamnya cinta Pak Anton
pada dirinya yang jauh melebihi rasa cinta yang diberikan oleh Aldy.
Bagi mereka saat ini, ikatan mereka sudah layak bagi sepasang
suami-istri yang saling mencintai, dimana mereka akan terikat dan setia
satu sama lain dalam pernikahan mereka selama-lamanya.
0 komentar:
Posting Komentar