Cerita sex ini berawal dari perkenalanku dengan seorang wanita karir,
yang entah bagaimana ceritanya wanita tersebut mengetahui nomor
kantorku.
Siang itu disaat aku mau makan siang tiba-tiba telepon lineku
berbunyi dan ternyata operator memberitau saya kalau ada telepon dari
seorang wanita yang enggak mau menyebutkan namanya dan setelah kau
angkat.
“Hallo, selamat siang joko,” suara wanita yang sangat manja lembut
terdengar. “Halo juga, siapa ya ini?” tanyaku serius. “Namaku Karina,”
kata wanita tersebut mengenalkan diri. “Maaf, Mbak Karina tau nomor
telepon kantor saya dari mana?” tanyaku menyelidiki. “Oya, aku temannya
Yanti dan dari dia aku dapat nomor kantor kamu,” jelasnya. “Ooo… Yanti,”
kataku datar.
Aku mengingat kisahku, sebelumnya yang berjudul 4 lawan satu. Yanti
adalah seorang wanita karir yang juga ‘mewarnai’ kehidupan sex aku.
“Gimana kabarnya Yanti dan dimana sekarang ?” tanyaku. “Baik,
sekarang dia tinggal di Surabaya, dia titip salam kangen buat kamu,”
jelas Karina.
Sekitar 10 menit, kami berdua mengobrol layaknya orang sudah kenal
lama. Suara Karina yang lembut dan manja, membuat aku menerka-nerka
bagaimana bentuk fisiknya dari wanita tersebut. Saat aku membayangkan
bentuk fisiknya, Karina membuyarkan lamunanku.
“Hallo… Joko, kamu masih disitu?” tanya Karina. “Iya… Iya Mbak… ”
kataku gugup. “Hayo mikirin siapa, lagi mikirin Yanti yaa?” tanyanya
menggodaku. “Nggak kok, malahan mikirin Mbak Karina tuh,” celetukku.
“Masa sih… Aku jadi GR deh” dengan nada yang sangat menggoda. “Joko,
boleh nggak aku bertemu dengan kamu?” tanya Karina. “Boleh aja Mbak…
Bahkan aku senang bisa bertemu dengan kamu,” jawabanku semangat “Oke
deh, kita ketemuan dimana nih?” tanyanya semangat. “Terserah Mbak deh,
Joko sih ngikut aja?” jawabku pasrah. “Oke deh, nanti sore aku tunggu
kamu di Mc. Donald plasa senayan,” katanya. “Oke, sampai nanti joko… Aku
tunggu kamu jam 18.30,” sambil berkata demikian, aku pun langsung
menutup teleponku.
Aku segera meluncur ke kantin untuk makan siang yang sempat tertunda
itu. Sambil membayangkan kembali gimana wajah wanita yang barusan saja
menelpon aku. Setelah aku selesai makan aku pun langsung segera balik ke
kantor untuk melakukan aktivitas selanjutnya.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.00, tiba saatnya aku
pulang kantor dan aku segera meluncur ke plasa senayan. Sebelumnya
prepare dikantor, aku mandi dan membersihkan diri setelah seharian aku
bekerja. Untuk perlengkapan mandi, aku sengaja membelinya dikantin
karena aku nggak mau ketemu wanita dengan tanpak kotor dan bau badan,
kan aku menjadi nggak pede dengan hal seperti itu.
Tiba di Plasa Senayan, aku segera memarkirkan mobil kijangku dilantai
dasar. Jam menunjukkan pukul 18.15. Aku segera menuju ke MC. Donald
seperti yang dikatakan Karina. Aku segera mengambil tempat duduk disisi
pagar jalan, sehingga aku bisa melihat orang lalu lalang diarea
pertokaan tersebut.
Saat mataku melihat situasi sekelilingku, bola mataku berhenti pada
seorang wanita setengan baya yang duduk sendirian. Menurut perkiraanku,
wanita ini berumur sekitar 32 tahun. Wajahnya yang lumayan putih dan
juga cantik, membuat aku tertegun, nataku yang nakal, berusaha
menjelajahi pemadangan yang indah dipandang yang sangat menggiurkan apa
lagi abgian depan yang sangat menonjol itu. Kakinya yang jenjang,
ditambah dengan belahan pahanya yang putih dan juga montok dibalik rok
mininya, membuat aku semakin gemas. Dalam hatiku, wah betapa bahagianya
diriku bila yang aku lihat itu adalah orang yang menghubungiku tadi
siang dan aku lebih bahagia lagi bila dapat merasakan tubuhnya yang
indah itu.
Tiba-tiba wanita itu berdiri dan menghampiri tempat dudukku. Dadaku
berdetuk kencang ketika dia benar-benar mengambil tempat duduk semeja
dengan aku.
“Maaf apakah kamu Joko?” tanyanya sambil menatapku. “Iy… Iyaa… Kamu
pasti Karina,” tanyaku balik sambil berdiri dan mengulurkan tanganku.
Jarinya yang lentik menyetuh tanganku untuk bersalaman dan darahku
terasa mendesr ketika tangannya yang lembut dan juga halus meremas
tangaku dengan penuh perasaan.
“Silahkan duduk Karina,” kataku sambil menarik satu kursi di depanku.
“Terima kasih,” kata Karina sambil tersenyum. “Dari tadi kamu duduk
disitu kok nggak langsung kesini aja sih?” tanyaku. “Aku tadi sempat
ragu-ragu, apakah kamu memang Joko,” jelasnya. “Aku juga tadi berpikir,
apakah wanita yang cantik itu adalah kamu?” kataku sambil tersenyum.
Kami bercerita panjang lebar tentang apapun yang bisa diceritakan,
kadang-kadang kami berdua saling bercanda, saling menggoda dan sesekali
bicara yang ‘menyerempet’ ke arah sex. Lesung pipinya yang dalam,
menambah cantik saja wajahnya yang semakin matang.
Dari pembicaraan tersebut, terungkaplah kalau Karina adalah seorang
wanita yang sedang bertugas di Jakarta. Karina adalah seorang pengusaha
dan kebetulan selama 4 hari dinas di Jakarta.
“Karin, kamu kenal Yanti dimana?” tanyaku.
Yanti adalah teman chattingku di YM, aku dan Yanti sering online
bersama. Dan kami terbuka satu sama lain dalam hal apapun. Begitu juga
kisah rumah tangga, bahkan masalah sex sekalipun. Mulutnya yang mungil
menjelaskan dengan penuh semangat.
“Emangnya Yanti menikah kapan? Aku kok nggak pernah diberitahu sih,”
tanyaku penuh penasaran. “Dia menikah dua minggu yang lalu dan aku nggak
tahu kenapa dia nggak mau memberi tahu kamu sebelumnya,” Jawabnya penuh
pengertian. “Ooo, begitu… ” kataku sambil manggut-manggut. “Ini adalah
hari pertamaku di Jakarta dan aku berencana menginap 4 hari, sampai
urusan kantorku selesai,” jelasnya tanpa aku tanya. “Sebenarnya tadi
Yanti juga mau dateng tapi berhubung ada acara keluarga jadi kemungkinan
dia akan datang besok harinya dia bisa dateng,” jelasnya kembali.
“Memangnya Mbak Karina menginap dimana nih?” tanyaku penasaran.
“Kebetulan sama kantor sudah dipesankan kamar buat aku di hotel H…
“jelasnya. “Mmm, emangnya Mbak sama siapa sih?” tanyaku menyelidik. “Ya
sendirilah, Joko… Makanya saat itu aku tanya Yanti,” katanya “Tanya
apa?” tanyaku mengejar. “Apakah punya teman yang bisa menemaniku selama
aku di Jakarta,” katanya. “Dan dari situlah aku tahu nomor telepon
kamu,” lanjutnya.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul 10.25 wib, dan aku lihat
sekelilingku pertokoan mulai sepi karena memang sudah mulai larut malam.
Dan toko pun sudah mulai tutup.
“Jok… Kamu mau anter aku balik ke hotel nggak?” tanyanya. “Boleh,
masa iya sih aku tega sih biarin kamu balik ke hotel sendirian,” kataku.Cerita Sex 2015
Setelah obrolan singkat, kami segera menuju parkiran mobil dan segera
meluncur ke hotel H… Yang tidak jauh dari pusat pertokoan Plasa
Senayan. Aku dan Karina bergegas menuju lift untuk naik ke lantai 5, dan
sesampainya di depan kamarnya, Karina menawarkan aku untuk masuk
sejenak. Bau parfum yang mengundang syaraf kelaki-lakianku serasa
berontak ketika berjalan dibelakangnya.
Dan ketika aku hendak masuk ternyata ada dua orang wanita yang sedang
asyik ngegosip dan mereka pun tersenyum setelah aku masuk kekamarnya.
Dalam batinku, aku tenyata dibohongi ternyata dia nggak sendiri. Karina
pun memperkenalkan teman-temannya yang cantik dan juga sex yang berbadan
tinggi dan juga mempunyai payudara yang besar dia adalah Miranda(36b)
sedangkan yang mempunyai badan yang teramat sexy ini dan juga
berpayudara yang sama besarnya bernama Dahlia(36b). Dan mereka pun
mempersilahkan aku duduk.
Tanpa dikomando lagi mereka pun perlahan-lahan memulai membuka
pakaian mereka satu persatu, aku hanya bisa melotot saja tak berkedip
sekali pun, tak terasa adik kecilku pun segera bangun dari tidurnya dan
segera bangun dan langsung mengeras seketika itu juga. Setelah mereka
telanjang bulat terlihatlah pemandangan yang sangat indah sekali dengan
payudara yang besar, Karina pun langsung menciumku dengan ganasnya aku
sampai nggak bisa bernafas karena serangan yang sangat mendadak itu dan
aku mencoba menghentikannya.
Setelah itu dia pun memohon kepadaku agar aku memberikan kenikmatan
yang pernah aku berikan sama Yanti dan kawan-kawan. Setelah itu Karina
pun langsung menciumku dengan garangnya dan aku pun nggak mau tinggal
diam aku pun langsung membalas ciumannya dengan garang pula, lidah
kamipun beraduan, aku mulai menghisap lidahnya biar dalam dan juga
sebaliknya. Sedangkan Miranda mengulum penisku ke dalam mulutnya,
mengocok dimulutnya yang membuat sensasi yang tidak bisa aku ungkapkan
tanpa sadar aku pun mendesah.
Sedangkan Dahlia menghisap buah zakarku dengan lembutnya membuat aku
semakin nggak tertahankan untuk mengakhiri saja permaianan itu. Aku pun
mulai menjilati vagina Karina dengan lembut dan perlahan-lahan biar dia
bisa merasakan permaianan yang aku buat. Karina pun menjerit keras
sambil berdesis bertanda dia menikmati permainanku itu.
Mirandapun nggak mau kalah dia menghisap payudaranya Karina sedangkan
Dahlia mencium bibir Karina agar tidak berteriak ataupun mendesis.
Setelah beberapa lama aku menjilati vaginanya terasa badannya mulai
menegang dan dia pun mendesah. “Jok… Akuu mauu keeluuarr.”
Nggak beberapa lama keluarlah cairan yang sangat banyak itu akupun
langsung menghisapnya sampai bersih tanpa tersisa. Setelah itu aku pun
langsung memasukkan penisku ke dalam vagina Karina, perlahan-lahan aku
masukkan penisku dan sekali hentakan langsung masuk semua ke dalam
vaginanya yang sudah basah itu. Aku pun langsung menggenjotnya dengan
sangat perlahan-lahan sambil menikamati sodokan demi sodokan yang aku
lakukan dan Karina pun mulai mendesah nggak karuan.
“Aaahh enak Jok, terus Jok, enak Jok, lebih dalam Jok aahh, sstt… ”
Membuat aku bertambah nafsu, goyanganku pun semakin aku percepat dan dia mulai berkicau lagi.
“Aaahh enak Jok, penis kamu enak banget Jok, aahh… ”
Setelah beberapa lama aku mengocok, diapun mulai mengejang yang kedua
kalinya akupun semakin mempercepat kocokanku dan tak beberapa lama aku
mengocoknya keluarlah cairan dengan sangat derasnya dan terasa sekali
mengalir disekitar penisku. Akupun segera mencabut penisku yang masih
tegang itu. Miranda segera mengulum penisku yang masih banyak mengalir
cairan Karina yang menempel pada penisku, sedangkan Dahlia menghisap
vaginanya Karina yang masih keluar dalam vaginanya dengan penuh
nafsunya.
Miranda pun mulai mengambil posisi, dia diatas sedangkan aku dibawah.
Dituntunnya penisku untuk memasuki vaginanya Miranda dan serentak
langsung masuk. Bless… Terasa sekali kehangatan didalam vaginanya
Miranda. Dia pun mulai menaik turunkan pantatnya dan disaat seperti
itulah dia mulai mempercepat goyangannya yang membuat aku semakin nggak
karuan menahan sensasi yang diberikan oleh Miranda.
Dahlia pun mulai menghisap payudara Miranda penuh gairah, sedangkan
Karina mencium bibir Miranda dengan garangnya, Miranda mempercepat
goyangannya yang membuat aku mendesah.
“Aaahh enak Mir… Terus Mir… Goyang terus Mir… Lebih dalam lagi Mir… Aaahh sstt”
Dan selang beberapa menit aku merasakan penisku mulai berdenyut,
“Mir… Aku… ingiin keeluuaarr”
Seketika itu juga muncratlah air maniku didalam vaginanya, entah
berapa kali munceratnya aku nggak tahu karena terlalu nikmatnya dan
diapun masih mengoyang semakin cepat. Seketika itu juga tubuhnya mulai
menegang dan terasa sekali vaginanya berdenyut dan selang beberapa lama
keluarlah cairan yang sangat banyak sekali, aku pun langsung
mengeluarkan penisku yang sudah basah kuyup ditimpa cairan cinta. Mereka
pun berebutan menjilati sisa-sia cairan yang masih ada dipenisku,
Dahlia pun langsung menjilati vaginanya Miranda yang masih mengalir
cairan yang masih menetes di vaginanya. Akupun melihat mereka seperti
kelaparan yang sedang berebutan makanan, setelah selang beberapa lama
aku mulai memeluk Dahlia dan aku pun mulai mencium bibirnya dan mulai
turun ke lehernya yang jenjang menjadi sasaranku yang mulai menari-nari
diatasnya.
“Ooohh… Joko… Geelli… ” desah Dahlia.
Serangan bibirku semakin menjadi-jadi dilehernya, sehingga dia hanya bisa merem melek mengikuti jilatan lidahku.
Miranda dan Karina mereka asyik berciuman dan saling menjilat
payudara mereka. Setelah aku puas dilehernya, aku mulai menurunkan
tubuhnya sehingga bibirku sekarang berhadapan dengan 2 buah bukit
kembarnya yang masih ketat dan kencang. Aku pun mulai menjilati dan
sekali-kali aku gigit puntingnya dengan gigitan kecil yang membuat dia
tambah terangsang lagi dan dia medesah.
“Aaahh enak sekali Jok… Terus Jok hisap terus Jok enak Jok aahh sstt… ”
Dahlia pun membalasnya dengan mencium bibirku dengan nafsunya dan
setelah itu turun ke pusar dan setelah itu dia mulai mengulum, mengocok,
menjilat penisku didalam mulutnya. Setelah dia puas aku kembali
menyerangnya langsung ke arah lubang vaginanya yang memerah dan
disekelilingi rambut-rambut yang begitu lebat. Aroma wangi dari lubang
kewanitaannya, membuat tubuhku berdesis hebat. Tanpa menunggu lama lagi,
lidahku langsung aku julurkan kepermukaan bibir vagina.
Tanganku bereaksi untuk menyibak rambut yang tumbuh disekitar selangkangannya untuk memudahkan aksiku menjilati vaginanya.
“Ssstt… Jok… Nikmat sekali… Ughh,” rintihnya.
Tubuhnya menggelinjang, sesekali diangkat menghindari jilatan lidahku
diujung clitorisnya. Gerak tubuh Dahlia yang terkadang berputar-putar
dan naik turun, membuat lidahku semakin menghujam lebih dalam ke lubang
vaginanya.
“Joko… Gila banget lidah kamu… ” rintihnya “Terus… Sayang… Jangan lepaskan… ” pintanya.
Paha Dahlia dibuka lebar sekali sehingga memudahkan lidahku untuk
menjilatnya. Dahlia menggigit bibir bawahnya seakan menahan rasa nikmat
yang bergejola dihatinya.
“Oohh… Joko, aku nggak tahan… Ugh… ” rintihnya. “Joko cepet masukan penis kamu aku sudah nggak tahan nih,” pintanya.
Perlahan aku angkat kaki kanannya dan aku baringkan ranjang yang
empuk itu. Batang kemaluanku sudah mulai mencari lubang kewanitaannya
dan sekali hentak.
“Bleest… ” kepala penisku menggoyang vaginanya Dahlia. “Aowww… Gila besar sekali Jok… Punya kamu,” Dahlia merintih.
Gerakan maju mundur pinggulku membuat tubuh Dahlia mengelinjang hebat
danm sesekali memutar pinggulnya sehingga menimbulkan kenikmatan yang
luar biasa dibatang kemaluanku.
“Joko… Jangan berhenti sayang… Oogghh,” pinta Dahlia.
Dahlia terus menggoyangkan kepalanya kekanan dan kekiri seirama
dengan penisku yang menghujam dalam pada lubang kewanitaannya. Sesekali
Dahlia membantu pinggulnya untuk berputar-putar.
“Joko… Kamu… Memang… Jagoo… Ooohh,” kepalannya bergerak ke kiri dan ke kanan seperti orang triping.
Beberapa saat kemudian Dahlia seperti orang kesurupan dan ingin
memacu birahinya sekencang mungkin. Aku berusaha mempermainkan
birahinya, disaat Dahlia semakin liar. Tempo yang semula tinggi dengan
spontan aku kurangi sampai seperti gerakan lambat, sehingga centi demi
centi batang kemaluanku terasa sekali mengoyang dinding vagina Dahlia.
“Joko… Terus… Sayang… Jangan berhenti… ” Dahlia meminta.
Permainanku benar-benar memancing birahi Dahlia untuk mencapai
kepuasan birahinya. Sesaat kemudian, Dahlia benar-benar tidak bisa
mengontrol birahinya. Tubuhnya bergerak hebat.
“Joko… Aakuu… Kelluuaarr… Aaakkhh… Goyang sayang,” rintih Dahlia.
Gerakan penisku kubuat patah-patah, sehingga membuat birahi Dahlia semakin tak terkendali.
“Jok… Ooo… Aaammpuunn,” rintihnya panjang.
Bersamaan dengan rintihan tersebut, aku menekan penisku dengan dalam
hingga mentok dilangit-langit vagina Dahlia. Aku merasakan semburan
cairan membasahi seluruh penisku.
Dahlia yang sudah mendapat kedua orgasmenya, sedangkan aku masih
berusaha untuk mencari kepuasan birahiku. Posisi Dahlia, sekarang
menungging. Penisku yang masih tertancap pada lubang vaginanya langsung
aku hujamkan kembali ke lubang vaginanya Dahlia.Cerita Sex 2015
“Ooohh… Joko… Kamu… Memang… Ahli… ” katanya sambil merintih.
Kedua tanganku mencengkeram pinggul Dahlia dan menekan tubuhnya supaya penisku bisa lebih menusuk ke dalam lubang vaginanya.
“Dahlia… Vagina kamu memang enak banget,” pujiku. “Kamu suka minum jamu yaa kok seret?” tanyaku.
Dahlia hanya tersenyum dan kembali memejamkan matanya menikmati
tusukan penisku yang tiada hentinya. Batang kemaluanku terasa dipijiti
oleh vagina Dahlia dan hal tersebut menimbulkan kenikmatan yang luar
biasa. Permainan sexku diterima Dahlia karena ternyata wanita tersebut
bisa mengimbangi permainan aku.
Sampai akhirnya aku tidak bisa menahan kenikmatan yang mulai tadi sudah mengoyak birahiku.
“Dahlia… Aku mau… Keluar… “kataku mendesah. “Aku juga sayang… Ooohh…
Nikmat terus… Terus… ” Dahlia merintih. “Joko… Keluarin didalam… Aku
ingin rasakan semprotan… Kamu… ” pintanya. “Iya sudah… Ooogh… Aaakhh… ”
rintihku.
Gerekan maju mundur dibelakang tubuh Dahlia semakin kencang, semakin
cepat dan semakin liar. Kami berdua berusaha mencapai puncak
bersama-sama.
“Joko… Aku… Aku… Ngaak kkuuaatt… Aaakhh” rintih Dahlia. “Aku juga
sudah… Ooogh…
Dahh,” aku merintih. “Crut… Crut… Crut… ” spermaku muncrat
membanjiri vaginanya Dahlia.
Karena begitu banyak spermaku yang keluar, beberapa tetes sampai
keluar dicelah vagina Dahlia. Setelah beberapa saat kemudian Dahlia
membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan tubuhku.
“Joko, ternyata Yanti benar, kamu jago banget dalam urusan sex. Kamu
memang luar biasa” kata Dahlia merintih. “Biasa aja kok Mbak, aku hanya
melakukan sepenuh hatiku saja,” kataku merendah.
“Kamu luar biasa… ”
Dahlia tidak meneruskan kata-katanya karena bibirnya yang mungil kembali
menyerang bibirku yang masih termangu.
Segera aku palingkan wajahku ke arah Karina dan Miranda, ternyata
mereka sudah tertidur pulas mungkin karena sudah terlalu lelah, dan
akupun tak kuasa menahan lelah dan akhirnya akupun tertidur pulas. Dan
setelah 4 jam aku tertidur aku pun terbangun karena ada sesuatu yang
sedang mengulum batang kemaluanku dan ternyata Miranda sudah bangun dan
aku pun menikmatinya sambil menggigit bibir bawahku. Dan kuraih tubuhnya
dan kucium bibirnya penuh dengan gairah dan akhirnya kami pun mengulang
kembali sampai besok harinya. Dengan terpaksa aku menginap karena
pertarunganku dengan mereka semakin seru aja.
Ketika pagi telah tiba akupun langsung ke kamar mandi di ikuti oleh
mereka dan akupun mandi bareng dan permainan dimulai kembali
didetik-detik ronde terakhir. Tanpa terasa kami berempat sudah naik
didalam bathup, kami mandi bersama. Guyuran air dipancurkan shower
membuat tubuh mereka yang molek bersinar diterpa cahaya lampu yang
dipancarkan ke seluruh ruangan tersebut.
Dengan halus, mereka menuangkan
sabun cair dari perlengkapan bag shop punya mereka. Aku mengosok
keseluruh tubuh mereka satu persatu, sesekali jariku yang nakal memilih
punting mereka.
“Ughh… Joko… ” mereka merintih dan bergerak saat aku permainkan puntignya yang memerah.
Sebelum aku meinggalkan mereka, kami berempat berburu kenikmatan. Dan
entah sudah berapa kali mereka yang sedang membutuhkan kehangatan
mendapatkan orgasme. Kami memburu kenikmatan berkali-kali, kami berempat
memburu birahinya yang tidak kenyang.
Sampai akhirnya waktu menunjukkan pukul 08.00 wib, dimana aku harus
berangkat kerja dan pada jam seperti ini jalanan macet akupun
mempercepat jalannya agar tidak terkena macet yang berkepanjangan. Aku
meninggalkan Hotel H… Sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan yang sudah
ditinggalkan oleh permainan tadi.
0 komentar:
Posting Komentar