"Udah Mas, udah.".
Tapi aku terus
aja dan makin hot lidahku naik turun membelai belahan tempik Ibu Henny.
Ada sekitar 20 menit. Kontolku sudah keras sekali, kepalanya udah sangat
mengkilat. Aku mau tancapkan kontolku. Aku pindahkan posisi tubuh Ibu
Henny, badannya berbaring melintang dengan pantat setengah menggantung,
kaki terjulur kebawah. Aku angkat kedua kakinya, aku buka lebar-lebar,
aku naikkan dan tahan diatas pundakku. Bu Henny hanya mendesis dan
pasrah, aku senang melihat mimiknya, matanya setengah terpejam, mulutnya
setengah terbuka, tangannya diatas kepala, dia menunggu tempiknya yang
mungil siap ditusuk kontolku. Aku juga sudah enggak tahan lagi, Ibu
Henny yang bertubuh ranum dan belum berpengalaman banyak dalam permainan
sex ini perlu segera dipenuhi hasratnya, dipuaskan nafsunya.
"Mas, sakit Mas", jerit Ibu Henny waktu kontolku aku tusukkan kedalam lubang kemaluannya. Memang
aku agak kasar, enggak seperti permainan pertama tadi. Aku peluk kedua
pahanya, agak aku tarik, aku agak kebawah sehingga kontolku
menyodok-nyodok dari posisi yang pas sekali. tusuk-tusuk-tusuk
kocok-kocok kiri-kanan kontolku perkasa sekali mengaduk-aduk tempik Bu
Henny yang enggak aku beri kesempatan mengatur nafas. Kedua tangannya
turun kebawah, kesamping perutnya memegang sprei dan kepalanya
menggeleng kekiri-kekanan aku senang melihat polah dia aku suka
memandang dia aku siksa dengan kejantananku. Aku mulai agak ...merapat,
pantat Bu Henny yang kenyal jadi sasaran remasanku, susu Bu Henny
bergantian kiri kanan aku sedot dan sedot sampai akhirnya untuk kedua
kalinya aku muncratkan airmaniku kedalam lubang kenikmatan Bu Henny.
"Maas. maas. maas".
Aku tahu Ibu Henny puas sekali
Jam 11. 30
persis kami meninggalkan motel, menuju kantor Bu Henny. Dia enggak mau
makan siang dulu. Aku antar dia, sebelum turun aku sun dia.
Belum sempat aku ngomong dia sudah bilang dulu"Thanks ya Kam".
"Aku yang thanks berat Bu", jawabku agak gagap.
Aku ikutin dia
melangkah dengan lenggang menawan masuk ke gedung kantornya, dia menoleh
dan melambai kecil Aku tersenyum dan terus tancap gas, aku menuju mall
PS mencari makan. Di jalan aku berjanji, aku mau mengebor lagi tempik Bu
Henny biar lubang itu tambah lebar
Siang Hari Dengan Ibu Yanti
Sesudah makan
di food court mall PS, aku beli roti di super market yang ada di
basement. Sesudah itu rencanaku mau pulang enggak masuk kantor. Waktu
antri mau bayar di kasir, tiba-tiba ada suara wanita memanggil aku dari
samping, aku menoleh dan belum tahu siapa dia.
"Mas Hikam lupa ya?"
"Sorry, siapa ya?".
"Aku, Bu Yanti yang di Setiabudi dulu".
"Oh, Ibu Yanti ya, aduh sorry lho, aku enggak ingat, habis sekarang udah berubah sich".
Sesudah selesai
membayar, belanjaan Yanti enggak banyak, kami keluar. Aku tanya mobil
dia dimana, dijawab kalo dia enggak bawa mobil karena dia didrop sopir
yang ngantar suaminya ke airport. Dia rencananya mau jalan-jalan terus
fitness dan BL. Akhirnya aku mau antar dia kerumahnya didaerah Tebet.
Dalam mobil kami banyak cerita, soal anak, soal pekerjaan, soal
keluarga.
"Mas Yus banyak
keluar kota Mas. Kalo enggak keluar kota juga cuman kerja aja dikantor
sampai malam. Maklum pegawai negeri eselon II kan banyak gawenya".
Sepertinya dia mengeluhkan sesuatu dan ini aku tangkap sebagai kesempatan baik.
"Yach, banyak
kerja dan banyak keluar kota berarti banyak dokat dong Bu", kataku
sambil aku memberanikan diri memegang lututnya.
"Ya, enggak juga lah, semua ada plus minusnya", sahut Bu Yanti tanpa menepis tanganku.
Percakapan semakin akrab, dia menjadi agak manja.
"Nih, tangannya mulai nakal, kan".
"Habis tangan enggak pernah sekolah, sich", jawab aku dengan tetap menaruh tangan semakin menekan dan keatas.
"Ih, nakal nih", kata Bu Yanti sambil menyentil tanganku.
Aku pandang dia dan aku beranikan bilang"Bu, kita cari tempat ngobrol yang enak, yok".
"Kalo Mas Hikam punya waktu, aku mau aja sich, tapi dimana?".
Ini dia, pucuk dicinta ulam tiba.
"Kita muter-muter aja dulu, entar kalo ketemu kita berhenti", ucap aku yang udah mikirin mau masuk motel lagi aja.
"Terserah Mas Hikam lah".
Akhirnya aku
arahkan mobil ke motel yang tadi pagi aku pakai. Sesudah sampai disana,
room boy mengarahkan ke kamar yang aku pakai tadi pagi juga dan parkir
didalamnya.
Ibu Yanti bertanya"Mas, sering kesini ya?".
"Enggak koq, cuman tahu dari teman aja".
"Tahu atau tahu.", goda Bu Yanti yang terus bilang"Kita ngobrol aja lho, jangan ngapa-ngapain, ya Mas".
"Iya, Bu", kataku.
Akhirnya
sesudah agak lama merayu di mobil, Bu Yanti mau juga masuk kedalam. Room
boy kelihatannya yang tadi dan tersenyum melihat aku yang datang sama
perempuan lain lagi. Singkat cerita sesudah urusan bayar membayar dan
pesan memesan selesai, aku pangku Bu Yanti di sofa, aku usap-usap
pipinya yang kenyal dan berkulit halus sekali. Bu Yanti memang mulus dan
singset karena kerjanya cuman berdandan, fitness, BL, belanja, sesudah
enggak kerja lagi di kantor swasta. Umurnya yang 42 th terlalu tua untuk
tubuhnya yang sangat sintal, meski sudah berputera dua. Sambil terus
mendengarkan cerita Bu Yanti, yang dari dulu memang sangat ramah, aku
cium keningnya, aku kecup bibirnya dan aku mulai merapatkan pelukan
sambil mencium bibirnya.
Dari
obrolannya, aku menangkap suatu kekecewaan Ibu Yanti dengan suaminya dan
kelihatannya dia kesepian. Aku enggak mau melepaskan peluang emas ini.
Aku pagut keras bibir merahnya, aku isap, aku cium lehernya hemm wangi
sekali perempuan ini dan wangi ini aneh sekali pengaruhnya seakan
membius aku mengajak kedalam kesenangan syahwati. Aku menjadi agak liar,
aku remas buah dada Bu Yanti dari luar BLus warna merah mudanya, aku
lepasin kancingnya dengan cepat, aku buka BLus itu, aku lemparkan ke
kursi sebelah. Aku perosotkan beha dia yang masih membungkus buah dada
yang besar, lebih besar dari punya Ibu Henny tadi. Aku cium-cium buah
dada itu, aku buka behanya dan aku taruh ditempat BLus tadi. Puting yang
berwarna coklat itu mulai mengeras, aku pelintir-pelintir, aku cium dan
aku gigit-gigit. Bu Yanti enggak menolak sama sekali.
Dia merintih keras, "Auch. auch. auch.".
Aku makin gila,
aku gigit bergantian buah dada itu, lama sekali aku gigit sambil
tanganku turun kebawah membuka rok Bu Yanti yang berwarna hitam. Bu
Yanti menjerit keras, gila keras banget, dan waktu aku lepas gigitanku
memang ada cupang di buah dadanya sebelah kiri. Aku mau bikin seimbang,
aku gigit lagi yang sebelah kanan, sampai ada cupang dan Bu Yanti
berteriak lagi. Tapi aneh, dia enggak melarang sama sekali, jadi aku
pikir kalo Bu Yanti ini tipe wanita yang suka dikasarin. Aku bangkit
dari sofa dan jongkok didepan Bu Yanti, aku perosotkan roknya aduh putih
sekali pahanya, mulus sekali kakinya yang panjang itu aku elus dari
bawah keatas, sampai pangkal pahanya.
Dia
menggelinjang dengan belaianku, tapi justru saat dia menggelinjang aku
tarik CDnya, aku lepaskan dan lempar entah kemana. Munculah daging
cembung besar dengan rambut hitam keriting yang lebat. Aku mau menikmati
serabi Bandung ini, maka aku tarik Bu Yanti dan sambil aku rangkul aku
dorong dia ke meja kayu yang kelihatannya khusus buat acara 'buka
duren'. Bu Yanti pasrah sekali, badannya terbaring diatas meja, buah
dadanya besar padat menjulang, pantatnya yang besar menyangga vaginanya
yang gembul. Aku pandangin tubuh molek itu, aku angkat pahanya. dan aku
serang serabi belah saus istimewa itu dengan serudukan mulutku, aku
acak-acak jembutnya dengan usapan mulutku, sementara tangan-tanganku
dengan ahlinya meremas-remas buah dada yang menantang itu.
"Maas, Maass. Mass.", Bu Yanti berteriak dan gila baru kali ini aku tahu ada wanita teriak begitu keras waktu dikerjain.
Jariku mulai
menyibak belahan kemaluannya, aku usap-usap dan aku cari kelentitnya
lain perempuan lain kelentitnya kalo Ibu Henny punya seperti kacang
merah besar, Bu Yanti punya seperti kacang mede, yang aku heran kenapa
kacang mede merah Bu Yanti menyembul keluar, jadi gampang dan enak
sekali dimakan. Betul-betul aku kunyah kacang mede Bu Yanti, dia semakin
teriak kencang, aku masukin jariku kedalam lubang perempuannya aku
korek-korek dinding yang hangat lembut didalamnya gantian aku masukin
lidahku kedalamnya, aku jilati habis kelamin Bu Yanti luar dalam.
Ada sekitar 20
menit oral sex ini, sementara tanganku sudah kemana-kemana dan aku
surprised banget sama pantat Bu Yanti yang benar-benar bulat dan besar
padat, pantat yang pantas 'dihajar'. Tapi sebelumnya aku mau permainkan
dulu kelentit Bu Yanti, maka aku masukin kontolku yang keras, aku tancap
keras-keras hingga Bu Yanti menjerit lagi.
"Mas, pelan-pelan Mas, aku sakit.".
Aku tekan
dalam-dalam sekitar 10 kali sambil tanganku mencengkeram pahanya yang
indah sekali yang ada dipundakku. Aku maju sedikit, aku keluar-masukinin
kontolku mencongkel-congkel kelentit Bu Yanti, dia semakin
menggelinjang.
"Auch. auch. auch.", itu saja yang dia bisa keluarkan.
Belum puas aku menghajar kemaluan Bu Yanti, mendadak Bu Yanti bangun dan bilang"Mas, kita pindah ke ranjang".
"OK", kataku.
Bu Yanti cepat bangun dan menarik aku ke ranjang, dia bilang"Aku mau diatas".
Aku senang
sikap dia, aku berbaring dan Bu Yanti sendiri yang aktif mengarahkan
kontolku ke lubang kemaluannya yang sudah tepat diatas kontolku, karena
dia jongkok diatas pinggulku menghadap aku. Bleess pistol tumpul itu
sudah dijepit kemaluan Bu Yanti. Dia menaik-turunkan pantatnya kencang
sekali, dia aktif sekali, nafasnya panas menggebu, tangannya berpegangan
pada tanganku, kepalanya bergoyang sehingga rambutnya yang cukup
panjang berderai-derai. cukup lama dia beraksi, sementara aku enak-enak
diam saja karena bisa memeras susu besar yang menggelantung
sepuas-puasnya tanganku turun kebawah meremas pantat bulat besar Bu
Yanti aku remas-remas dan aku beranikan tampar.
Bu Yanti hanya
berteriak, jadi aku semakin berani menampar-nampar pantatnya makin lama
makin keras dan pantat itu memerah Bu Yanti belum puas juga menggesekkan
dinding-dinding lubang kemaluannya dengan kontolku, dengan tetap
kontolku tertancap, Bu Yanti membalikkan badannya membelakangi aku dan
mulai naik-turun cepat sekali sambil mengaduh-aduh dia geser kesana
kemari memuaskan nafsunya, aku tetap menampar-nampar pantatnya yang
menjadi merah sekali. Sesudah sekitar 25 menit permainan di ranjang,
bendunganku mau jebol, maka aku bangkit dan aku rangkul Bu Yanti dari
belakang, dengan meremas susunya dan menekan pahanya aku pancarkan air
maniku kedalam kemaluan Bu Yanti ada surprise lagi Bu Yanti bangkit dan
berbalik, dia tangkap kontolku yang memuncratkan air mani itu, dia
masukin ke mulutnya, dia isap-isap air mani yang melekat di kontolku dia
telan habis cairan hangat yang tersisa
Sekitar jam 3.
00 aku masih berbaring di tempat tidur. Capek Bu Yanti sudah mandi
sekitar 10 menit lalu, sekarang pakai beha dan CD, Dia kasih aku makanan
kecil dan minuman. Bu Yanti lebih banyak bicara, dia kasih nomer telpon
dan HPnya, aku juga, dan akhirnya Bu Yanti buka rahasia kalo suaminya
sangat lemah di ranjang, paling sekali sebulan dia main, itu saja
sebentar dan tidak berkwalitas. Aku kecup dia untuk membesarkan hatinya.
Bu Yanti melihat kontolku mulai bangun, dia pegang dan dia elus-elus.
menjadi besar dan keras lagi Bu Yanti pindah posisi didepanku, dia lepas
behanya dengan gerakan pelan menggeliat, dia buka celana dalamnya
dengan godaan kaki terbuka "Kamu sebetulnya pintar memuaskan laki-laki,
Bu", aku enggak tahan berkomentar.
"Ach, Mas bisa aja", kata Bu Yanti.
Ibu Yanti yang
aktif mencium-cium aku, sementara aku bersandar, semuanya dia jilati,
bulu kudukku berdiri semua dengan kecupan-kecupan halus Bu Yanti,
pentilku juga dia jilat dan buah dadanya menyentuh-nyentuh kontolku,
kemudian dia jepit kontolku diantara buah dadanya yang besar, dia
naik-turunkan gaya French Fuck, dia pegang kontolku, dia kocok-kocok
sementara aku sedikit dimiringkan karena dia mulai menjilati pantatku,
menjilati selangkanganku menyedot biji pelerku mengulum kepala kontolku
dan mengisap-isapnya dalam-dalam di mulutnya yang merah merekah.
Timbul pikiran
jahatku untuk menjadikannya 'budak seks'. Setelah aku tekan kepala Bu
Yanti keras-keras supaya kontolku mentok di tenggorokannya, aku bangkit
berdiri diatas ranjang dan menarik Bu Yanti supaya berlutut dan tetap
men-sepongku. Aku berdiri tegap sementara rambut Bu Yanti aku
tarik-tarik, aku agak mundur menyandar di dinding, Ibu Yanti mengikuti
gerakanku tanpa melepas jollynya dia terus isep dan kemaluannya aku
mainkan dengan jempol kaki kananku, aku gesek-gesek rambutnya, aku
jembreng-jembreng mulut kemaluannya dengan jari-jari kaki, aku
gosok-gosk dengan telapak kakiku jempol kakiku masuk kedalam lubang
kemaluannya sementara jari telunjuk kaki diluar, keduanya menjepit bibir
kemaluan Bu Yanti, aku naik turunkan Bu Yanti hingga dia berteriak
kesakitan"Sakit maas". Aku pindahin ke kelentitnya, aku gesek-gesek
dengan jempol kakiku Aku enggak tahu perasaan Bu Yanti, tapi inilah
bukti kangkanganku yang sakti terhadap Ibu Yanti.
Aku berbuat
kasar, aku cabut kontolku dari mulut Bu Yanti, aku berpindah
dibelakangnya, aku suruh dia menungging, aku tekan kepalanya dan aku
majukan kakinya. yah bagus sekali dia menungging, pantatnya terangkat
tinggi-tinggi, sementara kepalanya nempel dikasur. Dari belakang aku
usap dulu kemaluan Bu Yanti yang sudah memerah, dia goyang
kekiri-kekanan menahan geli, aku lebarin kakiknya, indah sekali lekuk
liku tubuhnya. Aku tancap aja kontolku kelubang kemaluan Bu Yanti.
"Aduh",
teriaknya, tapi aku enggak peduli, aku genjot terus, aku tancap terus,
aku sodok terus, bunyi ceplak-ceplak-ceplak terdengar teratur irama
musik rock. Aku embat terus kemaluan Bu Yanti dengan gaya naikin anjing
betina sekitar 10 menit dan tanganku mulai mengorek-ngorek lubang
anusnya. Aku buka lebar-lebar, Bu Yanti mendesis.
Tak ayal lagi,
aku pindahin kontolku dari lubang kemaluan ke lubang anus Bu Yanti, Bu
Yanti teriak lagi dan menggoyang-goyangkan kepalanya, aku lihat dia
meneteskan air mata, tangannya mencengkeram seprei kuat-kuat. Aku
perbaiki posisi, aku tarik pantat Bu Yanti lebih mepet ke kontoku, aku
tekan kepalanya dan hajaran-hajaran kontolku membuat Bu Yanti
teriak-teriak aku remas buah dadanya, aku pelintir pentilnya Ibu Yanti
semakin teriak keras kesakitan, sebetulnya aku sendiri juga kesakitan
karena kontolku terjepit lubang anus Bu Yanti yang kencang sekali. Tapi
aku terusin hajaranku sampai sekitar 10 menit dan muncrat lagi cairan
kental hangat dari kontolku. Kali ini Bu Yanti biarkan lubang pantatnya
disiram air kejantananku, mungkin dia sudah kecapaian akhirnya dia jatuh
tertelungkup di kasur dan masih juga aku tindihin dengan berat badanku
yang 70 kg ini, aku masih menggiigit punggungnya yang putih mulus dan
memencet pentilnya, dan memepetkan kontolku di pantatnya yang bulat
besar Yanti sesenggukan meneteskan air mata.
Tiba-tiba dia
berbalik dan aku didorongnya, aku ditindihnya dan dipukulinya dadaku
bertubi-tubi, sambil Bu Yanti teriak-teriak"Mas, koq gini sich jadinya,
Mas enggak jaga aku, Mas gila".
Aku biarkan Bu Yanti puas memukuliku, aku biarkan Yanti melepas emosinya, emosi seorang isteri yang barusan selingkuh
Sesudah reda
tangis Bu Yanti dan tenang hatinya, aku ajak dia mandi bersama, aku
sabunin seluruh tubuhnya, terlebih bagian terpenting buah dada dan
kemaluannya. Selesai mandi kami berpakaian, minum minuman yang masih
ada. Bu Yanti semprotkan parfumnya lagi, wangi kembali tubuhnya. Kami
meninggalkan motel sekitar jam 5. 00. Aku antar dia ke Tebet, selama
perjalanan dia manja sekali bak pengantin baru, dia sering cubit pahaku,
tapi lebih sering lagi dia masukin tangan kanannya kedalam CD ku
mengelus-elus kontolku yang sudah memberikan kenikmatan luar biasa buat
Bu Yanti. Sebelum turun dari mobil Bu Yanti dengan cepat menyambar
bibirku dengan bibirnya - takut kelihatan tetangga - cup-cup.
Aku bilang padanya"Sorry, but someday we have to do it again".
Bu Yanti hanya tersenyum dan menghilang masuk kerumahnya. Aku puas.
*****
Aku sampai ke
rumah sekitar jam 6. 30, aku ketemu isteri, Nuniek, di teras dan minta
dia bikinin kopi. Aku buru-buru masuk kamar mandi yang ada dikamar
utamaku, bilang sama dia kalo kebelet pipis, padahal aku mau ngecek kalo
ada bekas-bekas lipstick atau apa lainnya dari Bu Henny atau Bu Yanti
tadi (pernah ketahuan sekali ada bekas lipstick di bajuku dan kami ribut
sekitar 1 minggu). Aku mandi air panas dari shower sekitar 10 menit.
Badanku jadi segar kembali. Aku lupa enggak bawa handuk jadi keluar dari
kamar mandi telanjang.
Sedang aku cari handuk, isteriku masuk kamar terus bilang"Bugil, nich ye. Sini, aku cariin handuk".
Dia ambil
handuk, dikasihkan ke aku, tapi tangannya sempat memegang kontolku
sambil ngomong"Yang beginian aja koq banyak yang nyari".
Deg, aku kaget
dalam hati. Apa dia tahu lagi aku menyeleweng? Apa dia tahu hari ini aku
masuk motel sama cewek? Apa Bu Yanti udah telepon dia?
Aku masih diam
dan takut ketahuan, ketika isteriku bilang"Kopinya udah Mas, mumpung
masih panas diminum, ada lumpia sama cake juga tuch".
"Iya, iya", kataku.
Aku pakai
celana pendek (CD juga) dan kaos oBLong dan ke ruang keluarga minum kopi
dan menikmati snack, sambil baca koran sementara isteriku menemani,
juga Diah, teman isteriku. Sekitar jam 7. 30 aku masuk kamar, bilang mau
tidur dulu. Aku betul-betul cape, habis seharian ngerjain dua perempuan
masing-masing dua kali lagi. Aku terlelap.
Aku terbangun
ketika merasakan ada tangan halus menggerayangi kontolku, aku buka mata
eh isteriku duduk diranjang dan cepat sekali mencopot celana pendekku
sekaligus CD ku dia langsung sedot kontolku dia kulum dia jilat-jilat
kepala kontolku biji pelerku. Ini betul-betul kejutan karena sudah lama
sekali dia enggak pernah ngoral aku. Tapi aku juga khawatir
jangan-jangan dia mau bikin ngaceng kontolku terus memotongnya, karena
aku ingat kata-kata dia waktu ngambilin handuk tadi"Yang beginian aja
koq banyak yang nyari". Aku jadi waspada, tetapi itu enggak terjadi,
malah sesudah sekitar 5 menit isteriku ngoral kontolku, langsung dia
buka semua pakaiannya, kaosku juga dibukain dan dia jongkok diatas
kontolku, nafsu sekali dia, dia pegang dan masukin ke vaginanya, dia
main atas menghadapku sekitar 7 menit, ganti posisi membelakangiku tanpa
mencabut kontolku (persis seperti Bu Yanti tadi siang), dia
menurun-naikkan pantatnya kencang sekali, penuh gairah yang enggak
biasa-biasanya. Karena rahasia keluarga, aku enggak ceritain detilnya,
yang jelas sesudah sekitar 20 menit aku masih bisa keluarin pejuh meski
cuma beberapa tetes.
Sesudah
selesai, isteriku dengan lembut sekali membersihkan kontolku, dia
sendiri kemudian ke kamar mandi, terus tiduran diatas dadaku, dia
elus-elus dadaku, dikecupnya bibirku. Aku sangat heran dengan
perlakuannya yang sudah lama sekali enggak dia berikan padaku.
Akhirnya dia bilang"Mas, aku mau cerita dan minta sesuatu ke Mas. Tapi sangat rahasia, Mas".
"Ada apa, Niek? Kalo bisa, ya kenapa enggak?".
Dengan suara
lembut akhirnya isteriku buka rahasia, kalo dia meminta aku memberikan
kehangatan buat Ibu Diah. Bu Diah, teman isteriku, umurnya 42 th, punya
anak 1 dan suaminya lagi tugas belajar diluar negeri sudah 1 th tinggal 1
th lagi. Dulu Diah diajak suaminya ke LN enggak mau, dia memilih ambil
MM bidang IT (Information Technology) di satu universitas di Jakarta,
dengan izin cuti panjang dari perusahaannya di Solo.
Selama di
Jakarta, dia banyak tinggal di rumah kami, meski sering bolak balik
Jakarta-Solo menengok anaknya yang diasuh orang tua Bu Diah. Aku tahu
dia rajin sekali belajar dan cari data dari banyak instansi, juga
mengakses internet untuk mendapatkan data maupun pengetahuan IT yang
modern dari universitas di Jepang, Amrik juga Inggris. Dia juga sangat
rajin senam, fitness maupun BL, beberapa kali aku temanin dia jogging di
Senayan. Dia selalu anggun dengan BLazer dan mobil kecil yang dibawanya
dari Solo, meskipun dirumah selalu santai dengan pakaian longgar.
Memang bodynya aduhai sekali, ditambah kulitnya yang mulus kencang.
Payudaranya kelihatan kencang, pinggulnya bagus dan pantat bulat padat.
Tapi aku enggak pernah mikirin Bu Diah yang aneh-aneh. Waktu aku
kelihatan bengong mendengarkan permintaan isteriku, isteriku bilang kalo
Bu Diah sendiri yang memintanya, sudah beberapa kali dengan
pertimbangan2 mendalam.
Bu Diah selama
ini mencoba menahan hasrat sexualnya melalui kegiatan-kegiatan belajar,
senam, fitness, BL, tapi keinginan bersanggama enggak bisa dihilangkan.
Bu Diah onani, tapi enggak puas juga. Waktu suaminya belum ke LN mereka
paling sedikit sehari sekali ML. Bu Diah juga punya teman deket selama
belajar di Jakarta, dia pikir apa mau ngajak mereka ML. Tapi akhirnya Bu
Diah memilih aku, karena dianggap bisa menjaga rahasia, demikian juga
isteriku, tanpa Bu Diah dan suami serta keluarganya kehilangan nama baik
di masyarakat. Isteriku sendiri bilang kalo tidak keberatan.
"Itulah Mas,
ceritanya. Kalo Mas mau, malam ini aku atur acara sama Ibu Diah. Tapi
terus terang tadi aku kerjain Mas, soalnya aku mau duluan sebelum Bu
Diah kerjain punya Mas ini", kata isteriku sambil tersenyum nakal sambil
memegang kontolku.
Aku masih diam
saja, enggak percaya sama permintaan yang enggak masuk akal ini, tidur
sama Ibu Diah yang sama sekali nonsense menurutku.
Petang Hari Dengan Ibu Diah
Kami makan
bertiga, aku duduk diujung meja dengan isteri disebelah kananku dan Ibu
Diah disebelah kiriku. Pemandangan biasa sehari-hari. Tapi kali ini,
bukan lagi biasa. Aku makan cukup banyak. Sesudah makan, Ibu Diah mau kupasin mangga, tapi isteriku bilang"Nggak usah Bu, biar aku aja. Ibu temanin Mas aja".
Kami di meja
makan sekitar 30 menit. Kecuali cerita bohong kalo aku cape sekali kena
macet dijalan dan banyak kerjaan harus ke Cikarang ngecek inventory
disana, aku banyak diam, tapi pikiranku mulai ngebayangin Ibu Diah yang
memang cantik, anggun, berwibawa dan sexy, aku bayangin gerakan2nya kalo
fitness, kalo senam ringan waktu pantatnya nungging, waktu jogging buah
dadanya goyang-goyang. Ibu Diah suka dansa, dia juga bisa tari Jawa.
Enggak terasa lutut kaki kiriku menempel ke kaki kanan Bu Diah dibawah
meja dan ini mulai menimbulkan sensasi sexual yang menggairahkan.
Sesudah selesai
makan, isteriku bilang"Ibu keatas dulu ya, siapin VCD, kita karaoke
bareng-bareng. Aku mau benahin ini dulu", kata isteriku yang cepat
membersihkan meja dll karena pembantu kami cuman kerja siang hari aja,
jadi kami cuma bertiga kalo malam hari.
Isteriku memang
baik sekali, dia juga siapin vitamin h. n dan i. (nggak boleh sebut
merek kan?) supaya aku perkasa, dia tersenyum waktu nyuruh aku minum,
mungkin dalam hati dia bilang"Nih biar kuat, tadi kan cuma ngecret
aja".
Kami bertiga
berkaraoke ria di kamar keluarga diatas. Suasana santai yang diciptakan
isteriku, lagu-lagu yang kami nyanyikan bersama, benar-benar memberikan
kelegaan, keriangan dan kedekatan hatiku dengan Bu Diah. Rasa cape-cape
hilang semuanya. Aku duduk ditengah diapit Nuniek dan Ibu Diah di sofa
besar yang empuk, kadang-kadang berdiri waktu nyanyi, sekali-sekali
makan cake dan minum coca cola yang disediakan isteriku. Ada sekitar 1
jam acara karaokean ini, terus isteriku ngusulin kita melantai aja, dia
pilih lagu-lagu berirama walts seperti Tenneese Waltz, The Last Waltz
dan sejenisnya. Isteriku mula-mula ajak aku dansa, dia seakan
demonstasikan didepan Ibu Diah gimana pasangan suami-isteri dansa sambil
berpelukan erat, pipi menempel, tangan meraba pantat dansa yang pelan
merangsang.
Sesudah 3 lagu,
kemudian dia suruh aku gantian sama Ibu Diah sambil berbisik"Sekarang
Mas sama Bu Diah ya. Aku ikhlas sekali, Mas".
Aku enggak
perlu lagi menjawabnya, karena aku memang sudah ingin mendekap Ibu Diah.
Aku dekatin Diah, aku ajak dia dengan senyum yang Bu Diah balas dengan
senyum manis sekali, aku rangkul kemudian langkah kakiku dan Bu Diah
mengikuti waltz demi waltz yang enggak terputus, karena udah disetel
sama isteriku. Awalnya aku belum rapat memeluk Bu Diah, mungkin aku ragu
dan dia juga malu-malu, tapi aku mulai merasakan kehangatan tubuh indah
ini, body tinggi dengan porsi atletis, lekuk-liku yang artistik sekali,
Hemm, Bu Diah memakai parfum yang merangsang seperti yang dipakai Bu
Yanti tadi. Aku yang Cuma pakai celanda pendek dan kaos, juga Bu Diah
dengan short ketat dan kaos pendek tanpa beha berpelukan erat dan
semakin erat, kepalanya bersandar di bahuku, payudaranya menempel ketat
di dadaku, pantatnya yang besar keras aku rapatkan sambil terus aku
elus-elus, barangnya yang cembung menempel dikontolku yang keduanya
hanya dibatasi celana. detak jantungku bertambah kuat, nafas menderu
panas.
Aku lihat
isteriku udah enggak ada lagi, dia sangat baik memberikan kesempatan
kami mereguk kehangatan. Sambil kaki masih mengayun enggak karuan lagi
mengikuti irama lagu, aku copot kaosku dan aku juga mencopot kaos ketat
Bu Diah. Bukan main Semua cewek hari ini kalah sama Bu Diah, susu Bu
Henny kalah besar, payudara Bu Yanti kalah kenyal, juga isteriku tentu
saja. Aku masih meneruskan ayunan kaki, tapi bibir ini mulai mencium
buah dada Bu Diah hingga dia mengerang, aku kulum pentilnya yang masih
kecil (mungkin dulu dia enggak nyusuin anaknya) warnanya kemerahan. Aku
enggak tahu lagi apa musik masih mengalun apa enggak, tangan ini mulai
meremas buah dada yang indah sekali itu mengelus perutnya yang kecil
meraba dan menekan pantatnya yang besar keras aku tempelkan kontolku
kencang sekali keshort ketatnya yang membentuk cembung karena vaginanya
Di atas ada kamar yang cukup besar, aku ayunkan Bu Diah dengan langkah
pelan kedalam sambil berpelukan erat, aku hidupkan AC dan aku melantai
atau lebih tepat mengadu badan didepan kaca besar.
Aku nikmati
tubuh indah melalui kaca, aku rasakan kehangatan nafas Bu Diah, aku
hirup wangi tubuhnya wangi wanita yang minta dipuaskan syahwatnya. Bu
Diah kelihatan malu waktu melihat dirinya di kaca, dia alihkan pandangan
ketempat lain. Aku sengaja lama-lamain kemesraan ini, sekaligus
memulihkan kondisiku alias mengembalikan keperkasaan kontolku setelah
minum vitamin dan obat kuat dari isteriku tadi. Ibu Diah pasrah tapi
enggak mau pro-aktif, mungkin masih malu, dia biarkan aku berbuat apa
saja menggerayangi lekuk-liku tubuhnya dan kemudian melucuti short dan
sekaligus CD nya kaki yang indah, paha yang berisi. Aku renggangkan
pelukan dan pandang tubuh indah Bu Diah, dia malu.
"Mas, jangan dilihat gitu ach", sambil dia merebahkan badannya ke aku.
Aku peluk dia, aku cium dan aku balikkan kearah kaca.
"Mas, malu ah Mas", kata Bu Diah waktu melihat tubuhnya telanjang bulat di kaca.
Tapi aku
perkuat rangkulanku sambil meremas buah dadanya, aku cium lehernya dan
tanganku yang lain meraba-raba pusat kewanitaannya yang berambut tipis
tanganku kuat memegang pahanya aku buka selangkangannya, aku telusuri
vaginanya yang kenyal aku elus belahannya.
"Mas. udah Mas.", kata Bu Diah dan memang aku merasakan cairan hangat keluar dari vaginanya.
"Aku keluar Mas".
Dia mulai
gemetar, lalu aku angkat dia ke ranjang besar. aku rebahkan dan lagi aku
raba-raba vaginanya. aku elus itilnya. aku lihat merah sekali. Bu Diah
cepat-cepat menutupinya, tapi aku angkat lagi tangannya karena aku mau
menikmati pemandangan 'apem Solo belah tengah' yang gurih ini. Aku
sengaja enggak mau ngoral dia, aku sentuhkan jariku pelan-pelan ke
itilnya. Bibir kemaluan Bu Diah semakin basah. Aku enggak tahan lagi,
aku lepas celana pendek dan CDku aku naik ke atas dan aku arahkan
kontolku yang ngaceng keras itu kelubang kemaluan Bu Diah aku tekan
sekali dua kali belum masuk, akhirnya tangan Diah membantu mengarahkan
ke lubang kemaluannya yang sempit sekali, dan akhirnya BLees kepala
kontolku menembus kemaluan Bu Diah yang rapet, sesak rasanya. Aku maklum
vagina Bu Diah udah setahun enggak kemasukan kontol jadi kaget tapi
senang sekali apalagi tadi aku bilang kepala kontolku memang besar meski
panjang kontolku biasa-biasa aja. Aku sadar siapa yang aku setubuhi,
maka aku beraksi gentleman cara halus aku pakai aku tusuk pelan tapi
mantap ada mungkin 5 menit ketika Bu Diah berbisik"Mas cape ya? Biar aku
yang kerja".
Bu Diah ambil
alih kendali senggama, dia goyangkan pantatnya enggak terlalu cepat,
tapi dia kerja dengan tenaga dalamnya otot-otot vaginanya mencengkeram
erat kontolku memiji-mijit batang kemaluanku, aku betul-betul keenakan,
jarang sekali perempuan bisa empot-empot ayam seperti Bu Diah. Isteriku
pernah coba, tapi enggak lagi sesudah punya anak, beberapa cewek bisa
empot-empot ayam, yang terlama dan terkuat aku ingat Mbak Rita cewek
Kuningan yang aku pernah aku entotin tiga kali. Aku enggak perlu keluar
banyak energi menyetubuhi Bu Diah, aku naik turunkan kontolku
pelan-pelan dan dalam-dalam di lubang senggama Bu Diah, sementara
empot-empot vaginanya terus mengurut-urut batang kontolku sedangkan
mulutku menyedot buah dada putih besar bagai hidangan yang harus
dinikmati, tangan Bu Diah memelukku erat, tangan kananku meremas bokong
dia dan angan kiriku menahan berat badanku. shhssh, sshh. desis Bu Diah
terus menerus ada sekitar 10 menit, lalu Bu Diah mengerang"Maas, aku
keluar lagi Maas.".
Aku cium
keningnya, bukannya Bu Diah melemah tapi dia pindahkan kedua tanganku
dikiri kanan mepet buah dadanya dan tangan dia dua-duanya memegang
sandaran ranjang Bu Diah keluarkan tenaga dalam lebih hebat lagi pantat
memutar teratur sekali lebih keras dan, empot-empot-empot-empot vagina
Bu Diah lebih sering dan lebih kencang memijat-mijat kontolku.
"Maas. aduuh.", Bu Diah orgasme lagi, tapi pantatnya terus berputar dan empot-empotnya enggak berhenti berhenti.
Kontolku dengan
kuat aku gosokkan kekiri-kanan bibir vaginanya, aku senggol-senggolkan
ke itil Bu Dian sementara aku senang sekali pandangin wajah Bu Diah yang
merem melek, mulut terbuka agak lebar aku jawab haus gairah Bu Dian
dengan tusukan-tusukanku kejantananku, aku penuhin dahaga syahwati Bu
Diah dengan sodokan-sodokan kemaluanku yang kuat, aku bikin Bu Diah
menggelinjang mengerang penuh nikmat birahi.
"Aah. aah.
aahh.", erangan erotis Bu Diah yang semakin keras sampai akhirnya aku
tumpahkan air maniku dalam-dalam ke vagina Bu Diah.
"Mas. Maas. Maas.", jerit kecil Bu Diah sambil kakinya mancal-mancal dan dia tarik aku, dia gigit leherku.
Airmaniku
ternyata cepat direproduksi, cairan kelaki-lakianku banyak masuk ke
vagina Bu Diah, pejuh kental hangatku memenuhi hasrat terpendam
kewanitaan Bu Diah, dia puas Agak lama aku masih benamkan kontolku di
vagina Bu Diah, aku enggak mau lepaskan keajaiban bersenggama dengan Bu
Diah, begitu juga Diah masih menjepitkan vaginanya kekontolku dengan
merapatkan pahanya. Kami berdua diam, tersenyum penuh makna, kemudian
Diah meneteskan air mata. Aku hapus airmata itu dan aku berbaring
disampingnya, aku belai dia.
Lama juga Bu Diah diam menenangkan diri sebelum dia bangkit, mengecup bibirku dan bilang"Mas tiduran aja, ya".
Dia masuk ke
kamar mandi yang juga ada di lantai atas, dia bersihkan diri sekitar 5
menit dan ke ranjang lagi, membersihkan kontolku dengan handuk kecil
yang sudah dibasahin, mesra sekali dia perlakuan atau pelayanan dia,
sesudah selesai, dia merangkul aku, aku sun keningnya, kami berbaring
berpelukan.
"Mas, Mas Hikam betul jaga rahasia ya. Aku cuman percaya sama Mas Hikam dan Mbak Nuniek".
"OK, sayang. You can trust me", kataku sambil mempererat dekapanku.
Kami berdua
telanjang berpelukan, buah dadanya menempel dadaku, kaki kiriku ditindih
kaki kanannya, kaki kananku menindih kaki kirinya. pikiranku
melayang-layang penuh kepuasan, janganlah kenikmatan ini berlalu "Ibu
Diah, wanita sempurna luar dalam, cantik, pinter, gesit, pakar di
ranjang", akhirnya aku tertidur.
******
Aku merasa hawa
dingin menerpa tubuhku. Aku buka mata, waktu sekitar jam 3. 00, aku
udah tidur selama 4 jam. Tubuh bugilku masih terbaring diranjang. Aku
tengok Bu Diah, tubuhnya yang mulus telanjang bulat juga masih
tergeletak disampingku. Udah enggak berpelukan lagi seperti waktu mau
tidur. Aku mau cium dia, tapi enggak jadi, aku punya pikiran lain. Aku
bangun pelan-pelan, aku berdiri disamping ranjang dekat Bu Diah. Aku
amati tubuh molek Bu Diah, rambut ikal, hidung mancung, bibir merah
merekah, leher jenjang, buah dada indah sekali besar dan kencang,
pentilnya kemerahan mendongak, perut tipis, pinggul serasi, pantat bulat
padat, kaki panjang dengan paha mulus indah. gembulan daging cembung
diatas selangkangan itu bukan main menantangnya, garis merah membelah,
rambut tipis menghias, itilnya merah sebesar biji kacang tanah bukan
berlebihan tapi kemaluan Bu Diah masih seperti tempik anak umur 16
tahunan yang aku pernah tembus beberapa kali.
Nafas Bu Diah
teratur, posisi tangan diatas kepalanya dan pahanya terbuka lebar
mengundang aku untuk menyetubuhinya. Darahku tersirap tapi aku masih mau
memberikan kepuasan mataku untuk menikmati pemandangan langka ini.
Pelan aku keluar mengambil rokok, menyalakan dan menghirupnya kembali
mendekati Bu Diah yang masih tergolek menantang. Lima menit berlalu
ketika rokok pertamaku habis dan aku matikan di asbak. Aku nyalakan
rokok kedua, kembali aku puaskan mataku dengan keindahan tubuh mulus
wanita, nafasku memburu, rokok aku isap dalam-dalam semakin cepat
kemudian aku matikan. Bu Diah menggeliat sambil mendesis, tangan Bu Diah
bergerak pelan, yang kiri memegang susunya sebelah kiri dan tangan
kanannya memegang vaginanya, dia bergerak sedikit dengan kepala juga
tergoyang kemudian posisinya miring dan kedua tangannya mendekap
vaginanya, tubuhnya melingkar memperlihatkan lekuk liku pinggangnya dan
bokongnya yang mencuat. Aku pikir Bu Diah lagi mimpi, mimpi bersanggama.
Mimpi Bu Diah ini mau aku jadikan kenyataan
Pelan-pelan aku
naik ranjang, kontolku sudah mencuat keras sesudah 4 jam istirahat, aku
berada diatas tubuh mulus Bu Diah yang aku balikkan dari posisi miring,
aku cium bibirnya. dia buka mata, kaget, tapi dia biarkan bibirku
melumatnya, malah dia lebih ganas memagut bibirku, memasukkan lidahnya
kemulutku yang aku sambut dengan lidahku yang kemudian saling
menggelitik tangan kiriku menyangga tubuhku yang kanan mengelus buah
dada Bu Diah, meremas-remasnya, memelintir pentilnya turun mengelus
perutnya yang tipis, pinggang yang ramping, kebawah lagi aku renggangkan
paha. Bu Diah, mulutnya terbuka keluar erangan erotis aauucchh. matanya
tetap tertutup, birahinya bangit. Nafsuku memuncak, tangan kanan
meremas gundukan vagina Bu Diah, dia mendesis, aku gesek belahan merah
ditengahnya dengan jari tengahku, aku usap-usap pelan-pelan, sedikit
naik aku sentuh itilnya yang lembut, aku permainkan dengan belaian
lembut. Diah lebih keras mendesis. orgasme. basahlah dia dalam keadaan
setengah mimpi.
Aku enggak mau
mengoral vagina Bu Diah, aku enggak mau lubangnya basah karena liurku,
aku mau merasakan kekesatan kemaluannya, aku mau menikmati kesesakan
tempiknya. Aku arahkan kontolku yang galak berkepala besar tanpa aku
pegang, tangan kananku tetap meremas-remas bokong Bu Diah, dua kali
kontolku mencoba menusuk lubang sempit kemaluan Bu Diah enggak bisa. Bu
Diah membantu memegang lembut kontolku dan di arahkannya persis menempel
liang sanggamanya. Sesudah pas, dia lepas tangannya, membiarkan
kontolku menembus tempiknya yang cembung, seakan dia tahu aku memang
senang menikmati saat-saat kontolku membiak bibir merah kelaminnya,
menguak lubang sempit vaginanya, menembus gundukan hangat kewanitaannya
aku tekan kontolku, bibir memek Bu Diah merekah merah BLeess. kontolku
menghujam dalam.
"Aaucch.", erang Bu Diah kaget kontolku yang kepalanya besar menusuknya, mulutnya terbuka tapi mata tetap terpejam.
Aku turun
naikkan kontolku pelan, aku nikmati kesempitan lubang persetubuhan Bu
Diah, kekesatan liang sanggamanya. Bu Diah mulai mengangkat bokongnya,
menggelinjang mengerang-erang kenikmatan akibat kekerasan dan kehangatan
kejantananku yang aku pakukan dengan mantap kedalam kemaluannya yang
semakin merah dan terbuka bibirnya. Bokong Bu Diah naik turun mengikuti
gerakan naik turun tusukan kontolku, ranjang tambah bergetar, desisan
nafas semakin kencang erangan semakin keras gundukan Bu Diah erat
menangkap setiap aku coBLosan kontolku, Bu Diah enggak mau melepaskan
pasak kejantananku lepas dari cengkeraman memeknya, aku genjot lagi dia,
keras aku tusuk dan tusuk semakin keras, aku sodokkan kekiri kanan aku
coBLos dan coBLos. Bu Diah makin menggelinjang, pantatnya bergoyang
kencang, badannya bergerak kesana kemari menahan nikmat keperkasaan
kontolku.
Aku puasin mengaduk-aduk memek Bu Diah sekitar 10 menit, terus aku berbisik ditelinganya"Bu, kamu peras-peras punyaku, ya".
Bu Diah tahu
maksudku, matanya tetap terpejam tapi mimiknya sangat menggairahkan,
mulutnya terbuka mengerang-erang, dia betulkan posisi bokongnya, dan
mulailah remasan-remasan vaginanya di batang kontolku empot empot empot
otot-otot vaginanya memeras-meras kontolku, sementara tanganku kuat-kuat
meremas-remas buah dadanya, mulutku melumat-lumat pentilnya.
"Aaaucch aauucchh", nafsu Bu Diah memuncak.
Kembali seperti
petang tadi tanganku dipepetkan disebelah buah dada kiri kanannya,
tangannya kebelakang memegang kuat sandaran ranjang. Aku sedikit
menjauh, aku nikmati raut muka penuh nafsu, buah dada yang naik turun
menggebu-gebu, bokong yang teratur berputar, semua nikmat dipandang dan
yang paling nikmat adalah rasa empot empot vaginanya. remasan otot
vagina kesat yang berdenyut-denyut Bu Diah mulai berkeringat setelah
sekitar 15 menit memeras tenaga meremas-remaskan otot vaginanya ke
kontolku, aku mulai kasihan. Aku mau muasin dia lagi.
Aku kecup keningnya, aku bilang"Udah Bu, jangan repot-repot".
Aku ambil
bantal aku taruh dibawah bokong besarnya yang membuat gundukan memek Bu
Diah semakin membukit, aku buka lebar selangkangannya sementara kontolku
tetap merapat di memeknya.
"Bu, maaf ya
aku mau agak keras menggejot", kataku terus aku genjotkan kontolku
keras-keras berulang kali, sodokan-sodokan kencang, adukan-adukan
pentungan kelaminku yang perkasa.
"Maass", Bu Diah menjerit (Nuniek isteriku mungkin dengar jeritan histeris Bu Diah).
Jam terbang
kontolku, pengalaman menyetubuhi banyak macam perempuan membuat aku tahu
bagaimana membikin Bu Diah lebih histeris, lebih liar, lebih
berkelejotan, lebih mau diperlakukan apa saja aku hujamkan kontolku
lebih ganas lagi saja sekitar 15 menit aku hajar memek Bu Diah.
Tanpa ampun kudengar ratapan Bu Diah"Maas, udah. Mas."
Aku cabut
kontolku sebentar, aku menunduk dan lihat lubang senggama Bu Diah bulat
merah menganga diameternya sebesar spidol aku senang lihat liang
senggamanya yang merah berdenyut-denyut hingga di merasa malu. Aku belum
mau ganti posisi, aku pelesakkan lagi kontolku yang keras mengkilat
ceplak ceplak ceplak gundukan memek Bu Diah membesar dan memerah kena
hempasan kejantananku, Akhirnya pejuku terasa sudah menumpuk dikepala
kontolku, keras sekali kontolku menegang aku tancapkan kontolku
dalam-dalam dan aku tumpahkan air maniku yang kental hangat menyiram
kemaluan Bu Diah. yang terus meronta-ronta. Bersamaan semprotan hangat
cairan kejantananku, Bu Diah juga orgasme.
"Maas, aku juga keluaar.", jeritnya sambil pahanya merapat dipantatku dan kaki-kakinya menendang-nendang.
Kami berdua
cape, aku turun dari atas tubuh Bu Dian, aku berbaring tangan kiriku
dibawah lehernya dan tangan kananku diatas vaginanya yang jadi mewangi
khas campuran cairan kejantananku dan cairan kewanitaan Bu Diah.
Kemudian Bu Diah bangun, kembali dia membersihkan kontolku setelah dia
bersihkan tubuhnya di kamar mandi.
Dia tanya"Mas mau aku bikinin teh panas?".
Aku jawab"Enggak usah lah, kan udah nyusu", jawab aku sambil memegang buah dadanya yang besar.
Gantian
kontolku diremasnya, sambil beranjak mengambil softdrink yang ada di
kulkas di kamar juga, memberikannya padaku dan minum bergantian satu
kaleng.
Sesudahnya kami
berbaring, aku bisikkan di telinganya"Bu, trims ya, kamu cantik ini
pintar sekali", sambil aku tekan vaginanya yang hangat pakai tanganku.
Bu Diah merangkul aku berbisik"Ah, Mas yang hebat, aku juga puas sekali Mas".
Aku cium bibirnya aku goda"Besok lagi ya".
"Heeh", jawab Bu Diah.
Aku lega sekali, aku puas sekali. Aku bertindihan seperti tadi dan tertidur.
Pagi Hari
Aku tidur
nyenyak. Aku terbangun ketika mendengar langkah orang masuk kamar, aku
lihat isteriku masuk kamar membawa nampan berisi kopi panas dan roti
bakar/toast. Aku tengok Bu Diah udah enggak ada disampingku, aku masih
telanjang.
"Selamat pagi, sayang", kata isteriku.
"Cape kerja ya, habis lembur tiga kali sich, tapi enak kan", kata dia lagi sambil menaruh nampan di meja kecil samping ranjang.
"Sekarang jam berapa>", tanyaku.
"Jam setengah tujuh. Masih males, yach. Enggak apa sich, ini kan hari Sabtu. Ini minum kopi dulu, sini aku minumin sayang".
Aku menurut
saja dan diminuminya aku dengan kopi hangat, aku disuruh makan toast
yang dibikinnya. Isteriku udah mandi, baunya wangi, dia duduk mepet aku,
aku tahu dibalik kaos panjangnya dia enggak pakai apa-apa lagi.
Dia pandangi aku penuh arti.
Dia bilang"Puas
kan, Mas. Dua kali kan sama Diah. Pasti dia lebih hebat dari aku, aku
sadar koq tapi enggak apa-apa. Aku ikhlas sekali Mas bisa tidur sama Bu
Diah. Cuman jangan lupa lho, aku kan sekarang fitness dan BL tiap hari,
isterimu juga bisa dua kali lhoo", katanya genit sambil dia geser
duduknya, dia angkat kaosnya dan telanjang bulat.
Tubuh isteriku
masih bagus, lebih bagus dari Ibu Ning yang umurnya 47 th yang aku
kontoli hampir tiap minggu selama 3 bulan Januari -Maret tahun ini juga.
Isteriku gila juga, kontolku dipegang, dikocok-kocok, pelerku
diremas-remas, dikulumnya kontolku, dijilat-jilat dengan lidahnya yang
mulai pakar lagi, diisap-isap seluruh batang kontolku, dimasukkannya
dalam mulutnya sampai mentok di tenggorokannya, adegan yang sama seperti
petang tadi berulang kembali.
Sesudahnya isterku minta"Mas, aku digenjot yang keras, Mas".
Aku penuhin,
aku baringkan dia dengan kasar, aku buka pahanya lebar, aku usap-usap
itilnya yang panjang sekitar 2 senti menonjol keluar, aku masukin jariku
membuka lubang kemaluannya, aku kenal betul lubang kemaluannya jadi
terus aku tusukkan kontolku ke liang kemaluannya, aku tancapkan sodokkan
kontolku, aku aduk-aduk bagian dalam kemaluannya, aku tunggangin aku
entotin sambil tangan kananku meremas payudaranya yang besar masih
kenyal dan tangan kiriku menyangga kepalanya dengan mukanya aku pepetkan
ke ketiakku bukti nyata isteriku ada dibawah ketekku. aku pompakan
kontolku keras sekali ke liang sanggama isteriku.
Sudah lama aku
enggak menyetubuhi Nuniek, isteriku, dengan buas. Aku buktikan aku masih
sanggup menghadapi tantangannya, kebinalannya yang mendadak muncul
lagi. Ada 20 menit aku hujamkan dan pasakkan kontolku keras-keras dalam
tempik isteriku yang menjerit-jerit menggelinjang menggeliat-geliat
meronta-ronta tangannya memukul-mukul punggungku. aku suka itu sambil
memandangi kontolku keluar masuk menusuk-nusuk bukit besar kemaluannya
yang berjembut lebat sampai aku tumpahkan air maniku ke memeknya yang
merah sekali kena hajaran kontolku yang tetap perkasa. Aku cabut
kontolku dan aku amati dilubang kemaluan isteriku ada tetesan pejuh
hangat yang barusan aku semprotkan Waow, pejuhku masih banyak juga
Isteriku tahan banting, dia enggak tiduran tapi terus ngajak aku kekamar
mandi, dengan penuh kasih sayang isteriku membersihkan seluruh tubuhku.
Aku diajak turun kebawah, aku belum mau kataku mau tidur lagi. Isteriku
keluar, aku masih tiduran dan merenung.
*****
Demikianlah
kisah 'pertempuran'-ku dengan Bu Henny dan Bu Yanti yang selalu siap aku
kontoli, Bu Diah yang selalu siap aku gumuli atau malahan Nuniek, istri
tersayang yang menyuruhku menyetubuhinya kapan saja, yang bahkan pada
saat mengajak main bertiga (threesome). Pikiranku jauh melayang.